AKADEMI KEPERAWATAN
DELI HUSADA DELITUA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SISTEM NEUROLOGI
A.
1.
a.
RIWAYAT
Data Biografi dan Demografi
Keluhan utama
No
Keluhan
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
12).
13).
14).
Dysphonia(ketidakmampuan
menghasilkan suara
dari laring)
Aphasia (ketidakmampuan
dalam menulis
dan memahami tulisan dan
bicara
Aphasia receptive
Aphasia ekspresif
Aphasia global
Perubahan ekspresi wajah
(ketidak simetrisan
mengangkat alis,
ketidaksimetrisan tersenyum)
Perubahan ukuran pupil,
penurunan daya akomodasi,
nistagmus, diplopia
Tonus meningkat, kekuatan
otot menurun akibat atropi
CN VII (fasial)
CN III, IV, VI
Motor Precentral gyrus (pyramidal) dan system
cerebral, ganglia basal, CN XI, spinal cord,
20).
21).
22).
Otorhea
Penurunan pengecapan
23).
24).
25).
Polineuropati
Inkontinensia fekal
Inkontinensia urin
Flaccid bladder
Spastic bladder
Mengompol
15).
16).
17).
18)
19).
26).
Cerebellum
CN II, Lobus oksipital
CN I
CN VIII, bagian cochlear, lobus temporal,
Disfungsi pembuluh darah batang otak atau
tumor
Fraktur basis cranii,
CN VII, CN IX
Lesi batang otak
Saraf perifer (dermatomes, spinal cord, jaras)
Saraf otonom (S3-5)
Sistem saraf otonom :
Saraf spinal T9 L2, S2-4
Saraf spinal T11-L2
Kortek serebral
b.
2.
3.
5.
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Klien dengan injury pada daerah cervical menunjukkan trias perobahan tanda tanda vital :
hipotensi, bradycardi dan hypotermi yang dihubungkan dengan hilangnya fungsi system
saraf simpatis.
Peningkatan tekanan intra cranial akan mengakibatkan tubuh mengusahakan suplay
oksigen dan glukosa yang adekuat ke otak dengan cara meningkatkan aliran darah.
Cushings respon akan meningkatkan tekanan darah sistolik, tekanan nadi yang melebar dan
bradycardi, perobahan frekwensi dan irama nafas.
b. Mental Status
Pengkajian status mental adalah :
1) Language
a) Sensory/receptive aphasia
Hilangnya kemampuan klien untuk memahami tulisan dan perkataan. Aphasia ini terdiri atas
auditoric ( acoustic ) dan
visual.
b )Motor/expressive aphasia
Hilangnya kemampuan mengexpresikan :kata kata, kata/kalimat dalam tulisan, symbol
symbol
Untuk mengkaji deficits language ini, hal yang dapat dilakukan dilakukan perawat adalah :
a.) Tunjukkan benda benda atau objek objek yang umum kemudian minta klien untuk
menyebutkan nama benda tersebut.
b). Minta klien untuk membaca beberapa kata lalu cocokkan dan minta klien untuk menulis
kata kata sesuai dengan gambar yang diberikan.
c). Minta klien untuk merespon perkataan yang sederhana dan menuliskan perintah perintah.
Contoh : point to your toes or raise your left arm
2). Orientasi
Orientasi ini meliputi kemampuan klien untuk mengetahui : waktu, tempat dan orang
dengan membrikan pertanyan pertanyaan yang bijaksana. Hal hal yang dapat
ditanyakan oleh perawat kepada klien adalah : kota atau tempat tinggal , jam , tanggal,
nama-nama hari dalam 1 minggu, lamanya sakit, nama, nama anggota keluarga.
Contoh pertanyaan :
Where are you now ? , What day is it today ?
3) Memory
Ada 3 memory yang dapat dikaji :
a) Immediate recall
- Minta klien untuk mengulangi menyebutkan 3 seri angka ( mis : 7-4-3 ) dengan perlahan
- Minta klien untuk mengulangi menyebutkan seri angka yang lebih banyak lagi sampai klien
tidak mampu mengulangi seri yang benar ( mis : 7-4-3-5, 7-4-3-5-6, 7-4-3-5-6-2 , dst )
- Mulai lagi dengan 3 angka tapi pada saat klien akan mengulangi lagi minta klien untuk
membelakangi perawat. Rata rata seseorang dapat mengulangi kembali 3 8 digit seri
angka dan 4 6 digit seri angka secara tebalik.
b) Recent memory
- Minta klien untuk meyebutkan kejadian-kejadian yang dialami pada hari itu
- Minta klien untuk mengulangi informasi yang baru disampaikan, misalnya: nama Perawat.
- Berikan klien 3 benda yang dapat disebutkan lagi, mis : warna , benda, alamat ) atau 3 seri
angka dan kemudia minta klien untuk mengulanginya, dan pada saat interview selanjutnya
minta lagi klien untuk menyebutkan ke 3 hal tadi.
c) Remote memory
Perawat dapat menayakan pengalamannya sekitar 5 tahun yang lalu, misalnya : ulang tahun
pribadi atau ulang tahun pernikahan.
4) Penampilan intelektual
Perawat harus menguji kemampuan klien untuk berkonsentrasi dengan cara meminta
pasien untuk meyebutkan huruf atau angka yang dimulai dari akhir ke awal atau
menghitung mundur ( mis : 10-9-8-7-6-dst).
b)
Perawat harus menguji kempuan kalkulasi klien dengan cara minta klien untuk
menyebutkan seri angka yang selalu dikurang 7 atau 3 ( mis : 100 93-86 -81 -74-dst)
Rata rata orang dewasa dapat menyebutkannya dalam 90 detik secara lengkap dengan 3
atau sedikit kesalahan.
5) Level Of Consciousness ( LOC)
Pengkajian ini disebut dengan Glasgow Coma Scale ( GCS ) yang terdiri dari 3 komponen,
yaitu :
spon membuka mata
Score
a)
Spontaneous
To verbal command
To pain
No response
4
3
2
1
b) Respon motorik
To verbal command
6
To painful stimuli :
Localizes pain
5
Flexes and withdraw
4
Decorticate posture
3
Decerebrate posture
2
No response
1
c) Respon verbal
Orientasi
5
Confused conversation
4
Inapproriate words
3
Incomprehensible sounds
2
None
1
Penjumlahan total GCS = 15 menunjukkan klien sadar penuh atau orientasi, total 7 atau
kurang menunjukkan klien comatose.
6) Mood dan Affect
Kaji apakah klien mengalami euphoric
dengan situasi yang ada.
atau
depresi,
apakah
sikap
klien
sesuai
Apakah
e. Sistem Motorik
1). Ukuran otot
Inspeksi kesimetrisan otot bilateral, intercostals dan abdominal.
2). Kekuatan otot
Pengkajian kekuatan otot pada semua extremitas, hasil yang didapatkan :
-. 5/5 : kekuatan penuh
-. 4/5 : dapat bergerak secara bebas dan maksimal serta dapat melawan grafitasi dan lemah
bila diberi tahan
- 3/5 : otot dapat bergerak secara bebas dan hanya dapat melawan gravitasi
-. 2/5 : Otot dapat begerak dengan bebas dengan bantuan dalam melawan efek gravitasi.
- 1/5 : Otot tidak dapat berpindah tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
- 0/5 : Tidak ada kontreaksi dan pergerakan otot
f. Fungsi Sensorik
Pengkajian sensorik ini dengan memberikan rangsang nyeri, sentuhan, getaran, posisi dan
kemampuan membedakan sensasi. Kaji juga pendengaran, penglihatan, penghiduan dan
pengecapan.
Test ini terdiri dari
1). Sensasi Superficial
Dengan cara merangsang kulit pada daerah yang simetris kedua sisi tubuh dengan rasa
nyeri benda tajam dan tumpu
2). Sentuhan dan nyeri
Minta klien untuk menutup mata dan minta menyebutkan rangsangan yang diberikan.dan
menyebutkan rangsangan itu dilakukan didaerah tubuh yang mana. Apabila rangsang tajam
tumpul tidak sensitive maka dilakukan test padaubuh bagian belakang dengan cara
memberi rangsangan suhu yang berbeda.
3). Pengujian yang lain
Dengan cara sentuhan kapas dan sinar penghangat.
g. Sensasi Mekanik
Terdiri dari :
1.)Vibrasi
Test ini dilakukan dengan cara getarkan ujung garpu tala pada tulang yang paling distal ( jari
kaki ), tanyakan pada klien daerah mana yang tidak merasakan vibrasi. Jika vibrasi tidak
dirasakan pindahkan getaran pada pergelangan tangan atau siku atau pada tumit.
2) Propioception
Test ini dilakukan dengan cara minta klien untuk mempertahankan posisi tubuh dengan jinjit
dan menggunakan salah satu kaki dan menggunakan ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki
maka secara normal jari jari lain akan mengalami flexi dan minta klien untuk menahan
tubuhnya
h. Diskriminasi
Test ini untuk membedakan sensasi yang superficial dan sensasi yang dalam.
1) Astereognosis bertujuan untuk mengetahui bentuk dan konfigurasi objek dengan cara
merasakan.Caranya minta klien untuk menggenggam benda yang kecil secara bergantian
dan minta klien untuk klien untuk menyebutkannya
2).Agraphestesia bertujuan untuk mengenal bentuk dan konfigurasi tulisan. Tuliskan satu huruf
di telapak tangan klien dan minta klien untuk menyebutkan tulisan tersebut
3) Extinction phenomena bertujuan untuk mengetahui simultan stilulus dengan cara : cubit
kulit klien pada tempat yang sama di kedua sisi tubuh lalu tanyakan pada klien apakah yang
dicubit pada salah satu sisi tubuh atau pada keduanya.
4)Two point stimulation bertujuan untuk mengetahui apakah klien dapat mengetahui jarak
stimulus yang diberikan bersamaan pada 2 bagian tubuh. Sensasi abnormal :
- dysesthesias : tidak dapat melokalisasi sensasi hangat, dingin, gatal, garukan, cubitan
- parasthesia : terjadinya distorsi sensasi, mis; rangasang hangat dirasakan terbakar atau
nyeri yang sangat hebat.
- anesthesia : tidak dapat merasakan sentuhan
- hypoesthesia : penurunan sensasi sentuhan
- hyperesthesia : sensasi rangsangan yang berlebihan
- hypagesia : penurunan sensasi nyeri
- hyperalgesia : peningkatan rangsang nyeri
- Agraphestesia : ketidakmampuan untuk mengidentifikasi symbol yang dituliskan di tangan
dengan mata tertutup.
- Analgesia : tidak mampu merasakan nyeri
- Astereognosis : tidak mampu merasakan perbedaan dalam 3 dimensi
i. Fungsi Motorik.
Pengkajian ini mempunyai tujuan untuk menilai Proprioceptors dan fungsi Cerebellum.
Proprioceptor adalah ujung saraf sensorik yang berada di otot, tendon, jaringan
penghubung, telinga bagian dalam yang memberikan tentang informasi pergerakan dan
posisi tubuh. Stimulus dari Proprioceptor berjalan melalui posterior columna spinal cord.
Klien yang mengalami kerusakan harus memperhatikan/melihat pergerakan tangan dan kaki
untuk memastikan posisinya. Kerusakan/gangguan pada Cerebellum mengakibatkan
munculnya gejala Ataxia yaitu : ketidakmampuan mempertahankan posisi, kurangnya
koordinasi otot, tremor, gangguan keseimbangan.
Pengkajian ini meliputi :
1)
Test pergerakan dan keseimbangan, yaitu :
a) Gaya berjalan
Minta klien untuk berjalan dalam ruangan. Secara normal pada saat berjalan posisi tangan
ke depan akan berlawanan, berjalan tanpa bantuan dan mampu mempertahankan
keseimbangan.
b) Romberg test
Minta klien untuk berdiri tegak dengan kedua tangan di sisi tubuh, anjurkan pasien
membuka mata dan kemudian menutup mata.
Rombergs sign : klien tidak mampu mempertahankan cara berdiri karena pasien membuat
jarak pada kaki untuk mempertahankan posisi tubuh.
Klien yang tidak dapat mempertahankan posisi pada saat menutup mata berarti mengalami
ataxia sensory.
Klien yang tidak mampu mempertahankan posisi pada saat membuka dan menutup mata
berarti mengalami ataxia cerebellum.
c) Berdiri dengan salah satu kaki dengan mata tertutup.
Secara normal seseorang dapat mempertahankan posisi ini selama 5 detik
d) Heel toe walking
Minta klien untuk berjalan pada garis lurus.
Secara normal seseorang dapat berjalan dengan heel to walking pada garis lurus tersebut.
e) Toe or heal walking
Minta klien untuk berjalan beberapa langkah dengan jinjit atau dengan tumpuan kaki.
Secara normal seseorang dapat melakukan beberapa langkah dengan jinjit atau tumpuan
kaki.
2) Test pada extremitas atas, yaitu :
a) Finger to nose test
Minta klien untuk menaikkan tangan lurus setinggi bahu, tangan kiri diluruskan dengan
posisi telapak tangan menghadap kea arah wajah kemudian dengan cepat tangan kanan
menunjuk hidung dengan salah satu jari kanan kemudian menyentuh jari kiri secara
bergantian.
Secara normal dapat mengulangi sentuhan dengan rhythmical.
b) Perubahan posisi tangan supinasi dan pronasi pada lutut.
Minta klien untuk menepuk kedua lututnya dengan telapak tangan dan kemudian dengan
punggung tangannya.
Secara normal seseorang dapat menepuk dengan cepat dengan posisi supinasi dan pronasi
c) Finger to nose and to the nurse finger.
Minta klien untuk menyentuh hidungnya dan kemudian menyentuh jari perawat, jarak
antara klien dan perawat 45 cm ( 18 inc ).
Secara normal dapat dilakukan dengan cepat.
d) Fingers to fingers
Minta klien untuk membuat jarak kedua tangan setinggi bahu kemudian dekatkan kedua
tangan sehingga posisi tangan berada di tengah dan posisi lurus, perlahan lahan anjurkan
membuka lalu menutup mata, kemudian anjurkan membuka dan menutup mata dengan
cepat.
e) Finger to thumb (pada tangan yang sama )
Minta klien untuk menyentuhkan dengan cepat setiap jarinya ke ibu jari .
Secara normal dapat dilakukan dengan cepat.
3) Test pergerakan pada extremitas bawah.
Pada saat pengkajian ini posisi klien berbaring ( posisi supine ).
Pengkajian yang dilakukan yaitu :
a) Heel down opposite shin
Minta klien untuk meletakkan salah satu telapak kaki di lutut kaki yang berlawanan dan
turunkan telapak kaki tersebut , ulangi pada kaki sebelah. Untuk test ini klien juga dapat
dalam posisi duduk.
b) Toe or Ball of foot to the nurse finger
Minta klien untuk menyentuh jari perawat dengan jari jari
6.
Aktivitas Reflek
a.
Reflek normal
No.
REFLEX
TEKNIK PENGKAJIAN
Reflek Tendon
1)
Reflek Bisep
RESPON YG
DIHARAPKAN
Fleksi siku
2)
Reflek
Brachioradialis
3)
Reflek Trisep
4).
Reflek Patella
(lutut
menghentak)
Reflek Achilles
(mata kaki
menghentak)
5).
Reflek
Superfisial
1).
2).
3).
Reflek Abdominal
4).
Reflek Kremasterik
5).
Reflek Anus
6).
Reflek plantar
(normal)
Reflek plantar
(abnormal; tanda
babinskis )
7).
b.
1)
Reflek Corneal
Sentuhan Cahaya di
simpangan corneoscleral
Sentuhan Cahaya yang lembut
di palatum dan pharynx
kelopak mata
menutup
langit-langit mulut
mengangkat/mening
gi
Kontraksi dinding
abdomen kearah
stimulur
5)
c.
J
J
J
J
J
4
3
2
1
0
7.
8.
Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional dilaksanakan bersamaan pengkajian neurologi dikaitan dengan
kemampuan klien melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan klien dan bagaimana klien
mengatasinya harus dicatat. Ditanyakan juga pada keluarga dan klien tentang perubahanperubahan yang telah dibuat untuk membantu kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
klien. Pendokumentasian tidak hanya pada ketidakmampuan klien tapi juga caa
mengatasinya.
9.
Aplikasi klinik
Pengkajian pokok untuk diagnostik dan triase klien dengan kemungkinan penurunan
neurologis meliputi riwayat, pemeriksaan fisik yang singkat, dan pemeriksaan neurologik.
Pemeriksaan neurologik popok meliputi tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS,
respon pupil, keabnormalan sensorik dan motorik pada ekstremitas, fungsi batang otak
melalui pengkajian reflek batuk, reflek muntah, reflek kornea. Perawat bertanggung jawab
terhadap monitor perkembangan klien dan melaporkan perubahan yang tidak diharapkan.
10. Prosedur Diagnostik
a.
Tes diagnostik struktur noninvasive
1) X-Ray kepala dan spinal
Sumber : www.lc-radiology.com
Computed Tomography Scanning, yang juga disebut CT scan, CAT scan atau Computerized
Axial Tomography adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan diagnostic yang dapat
memberikan gambaran struktur tubuh bagian dalam dengan menggunakan x-ray.
Tujuan :
Indikasi umum penggunaan CT scan :
Pemeriksaan sinus
CT scan dapat menunjukkan detail sinusitis, fraktur tulang dan adanya tumor pada tulang.
Pemeriksaan otak
CT scan dapat mendeteksi hematoma, tumor, stroke, aneurisma, dan jaringan otak yang
mengalami proses degeneratif atau infeksi. Pengenalan terhadap CT scan, terutama spiral
CT, dapat menolong mengurangi kebutuhan untuk melakukan prosedur invasif seperti
Cerebral Angiography.
Sumber : www.lc-radiology.com
Pemeriksaan tubuh
CT scan thorax, abdomen, tulang belakang dan ekstremitas dapat mendeteksi adanya
tumor, nodus limfe yang membesar, pengumpulan cairan yang tidak normal dan penyakit
pada vertebra. CT scan juga dapat membantu mengevaluasi luasnya tulang yang retak
pada pasien dengan osteoporosis.
Selain itu, CT scan juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perdarahan intracranial,
SOL (Space-Occupying Lesions), edema serebral dan perpindahan struktur otak. Infark,
Hidrocephalus dan atrofi serebral juga dapat diidentifikasi. Terutama berguna saat terjadi
trauma akut karena dapat mengidentifikasi luasnya injuri secara cepat.
Teknik yang relatif baru, spiral (helical) CT telah meningkatkan keakuratan CT scan terhadap
berbagai macam penyakit. Teknik penggambaran vascular yang terbaru, disebut spiral CT
Angiography, adalah angiography non invasif dan lebih murah dibandingkan angiography
konvensional dan dapat melihat gambaran pembuluh darah tanpa harus melalui prosedur
invasif
Kata spiral CT berasal dari bentuk gambaran yang diambil saat dilakukan scanning. Meja
pemeriksaan berada dalam posisi yang tetap, sementara alat X-ray berotasi secara terus
menerus mengelilingi pasien, membuat jejak berbentuk spiral melalui tubuh pasien.
Hasil Spiral scan biasanya didapatkan selama pasien menahan satu kali nafas saja dan kita
dapat melihat gambaran scan dada atau abdomen dalam 10 detik atau kurang. Kecepatan
kerja jenis scan ini sangat penting bagi pasien lansia, pediatric atau pasien yang sedang
dalam keadaan kritis, atau untuk kelompok pasien yang bermasalah dengan lamanya waktu
scanning.
Spiral CT menggunakan penyuntikan materi kontras, diikuti dengan gambaran pada layar
monitor yang terus-menerus dan cepat untuk mempelajari pergerakan materi kontras
melalui pembuluh darah serebral.
Xenon CT menggunakan gas xenon yang dihirup, yang diabsorpsi ke dalam aliran darah,
untuk meningkatkan gambaran aliran darah pembuluh darah serebral.
a)
b)
c)
Setelah tes dilakukan, kaji klien apakah terjadi reaksi terhadap media kontras dan observasi
adanya komplikasi, seperti adanya hematoma pada tempat penyuntikan. Klien dapat
melakukan aktivitas seperti semula kecuali ada prosedur diagnostic lainnya yang akan
dilaksanakan.
-
f) Keuntungan
Memberikan gambaran berbagai tipe jaringan, termasuk paru-paru, tulang, jaringan lunak
dan pembuluh darah
CT scanning tidak menimbulkan rasa nyeri, non invasif dan akurat
Pemeriksaan CT scan berlangsung cepat dan sederhana
Diagnosis yang dibuat dengan CT scan dapat menyingkirkan kebutuhan untuk prosedur
invasif seperti operasi dan biopsy.
CT scan dapat mengidentifikasi struktur normal dan abnormal, membuatnya berguna
sebagai alat panduan untuk radioterapi, biopsi dengan jarum atau prosedur invasif lainnya.
Biayanya lebih murah untuk berbagai macam masalah klinis
g)
Kerugian
-
Wanita menyusui harus menunggu 24 jam setelah penyuntikan zat kontras sebelum
melanjutkan kembali aktivitas menyusuinya.
-
Risiko reaksi alergi yang serius terhadap zat kontras yang mengandung iodine
Sumber :www.scielo.br
3)
Sumber : www.scielo.br
Memberikan gambaran anatomi tengkorak kepala denga lebih mendetail dibandingkan CT
scan. Selain itu, MRI dapat mendeteksi gangguan pada white matter pathways yang
disebabkan oleh hilangnya myelin, seperti pada kasus Multiple Sclerosis. MRI juga dapat
mengevaluasi infark serebral dalam beberapa jam setelah kejadian. Juga menjadi pilihan
scan untuk mendeteksi adanya malformasi otak congenital dan lesi pada spinal cord.
a). Perawatan sebelum prosedur
Mengajarkan klien dan keluarga tentang tujuan tes, apa yang klien rasakan selama
pemeriksaan, dan kerjasama yang harus dilakukan klien selama tes berlangsung. Sebelum
tes, klien harus menyingkirkan semua benda-benda yang mengandung metal. IV fluid
pumps harus dilepas sebelum tes.
Biasanya klien boleh makan dan mengkonsumsi obat yang diresepkan sebelum
pemeriksaan. Jika akan menggunakan materi kontras, tanya apakah klien cenderung mudah
mengalami nausea.
b). Perawatan setelah prosedur :
Setelah tes dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
4)
5)
6)
Tests for Vascular Abnormalities
Opthalmodynamometry
Digunakan untuk membandingkan tekanan arteri retina pada kedua mata. Dapat membantu
menegakkan diagnosa penyakit vascular ekstrakranial. Saat retina diobservasi dengan
ophtalmoscope, tekanan (atau suction) digunakan pada bola mata dengan dynamometer
dan didapatkan hasilnya. Penurunan tekanan arteri retina menunjukkan adanya aliran
karotis yang tidak adekuat pada sisi ipsilateral.
b)
Doppler Ultrasonography
Digunakan untuk mengukur aliran darah (termasuk arah dan kekentalan) di area
supraorbital. Pada pasien yang mengalami sumbatan atau stenosis pada arteri karotis
interna, arah aliran darah terganggu di arteri supraorbital, perubahan itu dapat dideteksi
oleh USG.
c)
Doppler scanning
Mengkombinasikan USG Doppler dengan pulse-wave echochardiography. Sering digunakan
untuk mengkaji aliran darah yang melalui arteri karotis.
a)
7)
Functional Magnetic Resonance Imaging
Sama seperti MRI, functional magnetic resonance imaging (fMRI) menggunakan magnet
yang kuat dan gelombang frekuensi radio untuk memproduksi gambar.
Pada tes ini, klien diminta melakukan kegiatan-kegiatan motorik, kognitif dan sensorik
selama scan dilakukan. Klien mungkin juga diminta menyebutkan semua kata yang
diingatnya yang dimulai dengan satu huruf tertentu. Area-area tertentu pada otak diaktifkan
dengan tiap jenis kegiatan yang dilakukan klien. FMRI mendeteksi perubahan oksigenisasi
darah vena dan aliran darah pada area yang diaktifkan. Aliran darah meningkat pada area
dimana terjadi peningkatan aktivitas neuron. FMRI lebih banyak digunakan untuk
eksperimen dibanding untuk penentuan diagnosa.
8)
Electroencephalogram (EEG)
Sumber:www.scielo.br
EEG merupakan pengukuran aktivitas listrik pada permukaan superficial dari korteks
serebral. Potensial listrik dari aktivitas neuron dalam otak dicatat dalam bentuk pola
gelombang.
EEG digunakan untuk mengkaji gangguan berupa kejang pada pasien. Tidak adanya
gelombang pada pencatatan (flat lines) menjadi satu criteria untuk menentukan kematian
otak.
Tipe-Tipe Gelombang Listrik Otak
Bentuk Gelombang
(durasi)
Alpha (8-13 siklus/dtk)
Deskripsi
Normal, terlihat selama keadaan relax, terjaga dengan mata
tertutup, menghilang selama tidur, bangun tiba2x, perhatian
kepada stimulus lingkungan & aktivitas mental. Ditemukan
pada area oksipital & parietal
Gelombang cepat mengindikasikan aktivitas fisik atau mental,
banyak ditemukan di area frontal & parietal
Kurang / lebih sedikit ditemukan pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak, sering terlihat selama periode stress
emosional & menjadi cirri kondisi koma & injuri pada otak,
banyak ditemukan pada area temporal & parietal
Normal, terlihat di tahap 3 & 4 saat tidur (tidur dalam)
Terlihat pada tidur tahap 2 ( bukan REM)
Terlihat pada jaringan otak yang mengalami iritasi (kejang)
Pasien dapat melakukan aktivitas, medikasi dan diit seperti sebelumnya. Rambut dapat
dicuci dan aseton dapat digunakan untuk menghilangkan jel elektrode dari kulit kepala dan
rambut.
b. Tes Diagnostik Invasive
1) Lumbal Punksi
Lumbal Punksi adalah memasukkan spinal needle pada sub arachnoid space diantara
vertebra lumbalis 3 dan 4 atau Lumbal 4 dan 5 atau pada Systerna Magna ( jarang
dilakukan) untuk mengambil cerebrospinal fluid (CSF)
Evaluas
i
Tekanan
Warna
Darah
Sel
Kultur &
sensitivi
tas
Nilai Normal
70-180 mmH2O
Jernih
&
tidak
berwarna
Tidak ada
0-5 mononuklear
Tidak ada organisme
Hasil abnormal
mengindikasikan
Meningkat pada meningitis bacterial,
hydrocephalus, perdarahan serebral,
tumor. Menurun pada kondisi syok &
lesi pada spinal
Merah : perdarahan subaraknoid
Keruh : bakteri
Perdarahan serebral
Neutrofil meningkat: infeksi bakteri.
Limfosit meningkat: meningitis viral,
tubercular, jamur
Infeksi bakteri/jamur
Protein
Albumin
15-45 mg/dl
10-30 mg/dl
Glukosa
Kadar
glukosa
rendah
pada
neoplasma, inflamasi & infeksi bakteri
a)
-
Tujuan
c)
-
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang tujuan LP, apa yang akan klien
rasakan, peran serta klien selama prosedur berlangsung.
Minta klien menandatangani surat persetujuan dilakukan tindakan
Klien diminta BAB dan BAK sebelum prosedur
Periksa catatan medik untuk menilai adanya kontra indikasi seperti peningkatan tekanan
intracranial atau gangguan degenerasi sendi
Kaji riwayat alergi terhadap obat-obat yang akan di gunakan untuk lokal anestesi atau
obat yang akan dimaksukkan (Radiopaque dye)
d)
2)
Mengevaluasi TTV
Klien dianjurkan untuk tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa jam
(3-12
jam) setelah prosedur LP untuk mengurangi resiko sakit kepala dan mengembalikan sirkulasi
liquor.
Minum banyak cairan dapat membantu mengembalikan volume CSF
Myelography
Myelogram adalah pemeriksaan x-ray yang digunakan untuk menentukan penyebab nyeri,
baal dan/atau kelemahan di area punggung, tangan kaki. Selama tes, medium kontras
disuntikkanke dalam kanal spinal untuk dapat memberikan gambaran spinal cord dan saraf
a)
- Tidak ada pemeriksaan diagnostik kecuali klien memiliki riwayat masalah perdarahan atau
kondisi seperti penyakit ginjal atau gagal ginjal
-. Medikasi : jangan mengkonsumsi aspirin atau produk yang mengandung aspirin
- Jika klien menderita DM : tetap berikan insulin dan sarapan sebelum jam 8 pagi, tidak boleh
makan lagi setelah sarapan
- Jangan mengenakan perhiasan dan selama prosedur :
* Premedikasi, walaupun jarang diperlukan, dapat membuat klien relaks dan mengantuk
* Klien pakai gaun khusus RS selama pemeriksaan
* Klien dianjurkan untuk tengkurap
* Bagian punggung dibersihkan dengan antiseptik, kemudian diberikan anestesi local
* Saat area tsbmenjadi baal, materi kontras disuntikkan ke dalam kanal
spinal
* Klien dapat merasakan sedikit rasa tidak nyaman atau sedikit pusing
b)
3)
Cerebral Angiography
Carotid angiogram
Anterior view
Vertebralangiogram
Anteriorview
Carotid angiogram
Lateral View
Vertebralangiogram
Lateral View
Sumber : www.neuropat.dote.hu
4)
a)
b)
Kontraindikasi
Kontraindikasi dan pengukuran TIK adalah infeksi sistemik atau infeksi local pada area
penusukan alat pemantauan TIK.
c)
Prosedur
F Teknik Intraventrikular
Teknik ini terdiri atas pemasangan kedalam ventrikel lateral. Lubang ulir bersekrup atau
lubang bur pada bagian lateral kearah midline setinggi sutura korona, biasanya ditempatkan
pada daerah yang tidak dominan. Kateter ventrikulostomi dipasang melalui serebrum
kedalam kornu anterior ventrikel lateral. Dihubungkan ke kateter ventricular melalui stopkok
atau selang bertekanan yang disebut transduser. Larutan ringer laktat steril digunakan
untuk mengisi cairan pada kolumna antara CSF dan diafragma transducer.
Keuntungan:
Pengukuran tekanan lang sung CSF
Akses untuk drainase atau sample CSF
Akses untuk menentukan respon-respon tekanan-volume
Akses untuk memasukkan obat-obat
Kerugian:
Memerlukan punksi otak
Kesulitan dalam menentukan letak ventrikel lateral
Sumbatan pada kateter oleh komponen cairan atau dinding ventrikel
Risiko terhadap hemoragi atau infeksi intrakranial
F Teknik Subaraknoid
Device mur dimasukkan melalui lubang ulir drill dan dijulurkan kedalarn spasium subdural
atau subaraknoid. Walaupun serebrum tidak terpenetrasi, tekanan seperti pada teknik
intraventrikular, diukur lang sung dan CSF. Transducer yang berisi larutan RL dihubungkan
langsung dengan stopkok pada mur. Seperti halnya pada setiap teknik pemantauan TIK,
device flus kontinu merupakan kontraindikasi.
Keuntungan:
Pengukuran tekanan langsung dan CSF
Tidak perlu penetrasi serebrum untuk menentukan letak ventrikel
Akses untuk drainase dan pengambilan sample CSF
Mudah pemasangannya.
Kerugian:
Berisiko terhadap komplikasi dibanding dengan teknik intraventrikuler
Perlu melakukan penutupan tulang kepala
Kemungkinan penyumbatan pada device pengukur karena TIK yang tinggi
Kemungkinan pengukuran T1K dibawah perkiraan saat tekanan inimeningkat
FTeknik intra parenkimal
Kateter dimasukkan melalui baut kecil subaraknoid, dan setelah melakukan fungsi
durameter dan mengkoagulasi membran araknoid, kateter didorong lebih dalam ke masa
putih otak.
Keuntungan:
Akurat
Mudah pemasangan
Tidak ada system pengisian cairan dan udara
Mengurangi efek tekanan hidrostatik
Meminimalkan artifak-artifak, penyimpangan, kebocoran dan infeksi
Tidak perlu penyelarasan setelah pemasangan
Tidak perlu kalibrasi
Tidak ada pengaruh terhadap posisi transducer
Kerugian:
Kateter akan rusak dengan lengkungan
Tidak ada rute untuk drainase dan CSF
Tidak bisa kembali ke titik nol
Memerlukan peralatan yang baik
F Teknik Epidural
Teknik mi memerlukan pemasangan alat epidural seperti balon dengan radionukleid,
radiotransmiter atau serat optik atau transducer pneumatic antara tulang tengkorak dengan
duramater.
Keuntungan:
Kurang invasive
Pemanfaatan transducer tertentu untuk pemantauan ubun-ubun anterior
Kerugian:
Tekanan CSF yang ditunjukkan masih dipertanyakan
Waktu respon lambat
Tidak ada rute untuk drainase dan CSF
Tidak bisa ke titik nol
F. Teknik Telenetri
Dua keutamaan penggunaan teknik ini adalah menurunkan risiko infeksi dan pemantauan
jangka panjang, seperti Mien yang mengalami hidrosefalus, ensefalopati metabolic dan
tumor otak dengan terapi.
D. Interpretasi hasil
c.
d.
2)
Electromyography (EMG)
EMG berfungsi untuk mengukur aksi potensial otot-otot skeletal.EMG mampu mendiagnostik
secara objektif penyakit-penyakit neuromuskular
3)
Biopsi Otot
Biopsi Otot berfungsi untukmendiagnosis dan membedakan gangguan neuropathi dan
myopathi
4)
Pengkajian Seluler
Pengkajian Seluler berbentuk analisis kromosom yang digunakan untuk membantu
diagnosis beberpa kondisi-kondisi abnormal neurologis dan bahan dasar konseling di
keluarga untuk pembuktian malformasi neurologis kongenital.
DAFTAR
PUSTAKA
Ackly & Badwin, (2004) Nursing Diagnosis Handbook, A Guide to Planning Care, 6
Mosby Inc, St.Lous, Missouri.
th
ed,
Arlene, (1996) Care Prinsiples and Practice of Medical Surgical Nursing, WB Saunders
Company, Philadelphia
Black, (2005) Medical Surgical Nursing Clinical Management for Contiunity of Care,
5 th ed. WB Saunders Company, Philadelphia.
Brunner & Suddarths (1996) Texbook of Medical Surgical Nursing,8
Pub, Philadelpia
th
ed, Lippincot-Raven
Burrel & Barlack, (1997) Nursing Management of Adult with Neurologic Problem, 2
Appleton & Lange, USA
nd
ed,
Hudak & Gallo, (1998) Critical Care Nursing a Holistic Approach, Lippincot-Raven Pub,
Philadelpia
Polaski, (1996), Lucmanns Core Prinsiples and Practice od Medical Surgical Nursing,
1st ed, WB Saunders Company, Philadelphia
Nursing Education Physical Assessment (2006) Neuro Exam.Diambil pada 11 September 2006
dari http://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexam
Womenss Health Program Nursing Aducation (2006). Physical Assessment; Aguide for
Nurses. Diambil pada 11 September 2006 dari http://www.umanitoba.ca/womenhealth/nephys.htm.sop