ASKEP KEGAWATDARURATAN II
Tentang:
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 4
TANIA LALURAA
NADIA E PANDOY
ELI WENDA
TERASIA TELENGGEN
JASTIN CENTENO
VERONIKA G LOMBOAN
Dosen Pembimbing:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan
berkat dan hikmat serta kesempatan saya , saya dapat menyalesaikan makalah
kegawatdaruratan II”
Tidak lupa pula saya menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing saya yaitu : Ns.Angelia, Pondete, S,Kep yang telah membimbing serta
mengajarkan kami saya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Seperti kata pepatah “ tiada gading yang tak retak”,demikian pula dengan makalah ini,
tentu masih banyak kekurangan, makah dari pada itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi mahasiswa terutama bagi saya sebagai penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Di era gobalisasi saat ini kebanyakan manusia memerlukan mobilitas cepat dalam
kehidipannya sehari-hari. Salah satu dampak yang ditimbulkannya berupa trauma, yang dapat
terjadi dari semua aktivitas kehidupan sehari-hari baik dalam bekerja, olahraga, lalu lintas dan
lain-lainnya. Trauma yang terjadi dalam berupa trauma tumpul, trauma tajam dan trauma
lainnya.
Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai
dengan selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang sevikal, 12 buah
tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrae merupakan
penghubung antara dua korpus vertebrae. System otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang
tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka
akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut. Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai
cervicalis, vertebrae dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga dan sebagainya yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu
atau lebih tulang vertebrae sehingga menyebabkan deficit neurologi.
Pada saat ini trauma merupakan penyebab mobilitas dan morbiditas yang tinggi di
masyarakat. Dalam jam-jam awal setelah trauma, merupakan periode emas, dimana pada waktu
ini resiko kematian dan kecacatan dapat dicegah dengan penanganan yang cepat dan tepat.
Kematian yang terjadi akibat trauma kebanyakan terjadi pada jam-jam awal trauma, sedangkan
kematian yang terjadi beberapa minggu akibat trauma biasannya diakibatkan oleh komplikasi
lambat dan mengalami kegagalan organ multiple.
Maka dari itu sangatlah penting untuk mengetahui pemeriksaan awal dan pengelolaan
penderita trauma tulang belakang yang dapat mengancam nyawa dan ancaman kehilangan
anggota gerak. Trauma tulang belakang dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan
struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah dan saraf.
Secara umum dikenal dalam bentuk fraktur dan dislokasi.
D. GEJALA
Kemampuan untuk mengontrol gerakan anggota tubuh tergantung pada likasi cedera di
sepanjang tulang belakang dan beratnya cedera pada saraf tulang belakang. Cedera saraf tulang
belakang dapat diklasifikasikan sebagai cedera lengkap atau tidak lengkap.
1. Pada cedera lengkap, jika semua kemampuan sensorik dan kemampuan untuk mengontrol
pergerakan hilang dibawah likasi cedera.
2. Pada cedera tidak lengkap, penderita masih memiliki beberapa fungsi motoric dan sensorik
yang tersisa di bawah lokasi cedera.
Selain itu, kelumpuhan pada cedera saraf tulang belakang dapat disebut sebagai:
1. Tetraplegia atau quadriplegia, yaitu kelumpuhan terjadi pada tangan, lengan, kaki dan organ
dalam panggul.
2. Paraplegia, yaitu kelumpuhan terjadi semua atau sebagian dari badan, kaki, dan organ
dalam panggul.
E. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
Akibat pendarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi
kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma
2. pendarahan Mikroskopik
Pada semua cedera madula spinal atau vertebra, terjadi pendarahan kecil. Yang disertai
reaksi peradangan.
3. Hilangnya Sesasi,control motoric dan Refleks
4. Syok spinal
5. Hiperrefleksia Otonom
6. Paralisis
Cedera saraf tulang belakang sering disebabkan oleh kejadian mendadak. Hal terbaik yang
dapat dilakukan adalah dengan mengurangi resikonya. Beberapa langkah pencegahan,
diantaranya adalah:
1. Menggunakan sabuk pengaman saat berada dalam mobil
2. Memakai pelindung saat melakukan kegiatan beresiko
3. Periksa kedalaman kolam sebelum meloncat masuk kedalam kolam.
4. Jangan menyetir mobil ketika berada dalam pengaruh alcohol
5. Mencegah jatuh seperti meletakkan keset yang tidak menyebabkan tergelincir pada
lantai
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Fase Akut
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah ceder SCI yang lebih parah dan untuk
mengobserfasi gejala neurologis progresif. Pasien diresusitasi sesuai prosedur dan oksigenasi dan
stabilitas kardiovaskular dijaga.