ETIOLOGi
Menurut Harsono (2013) trauma tulang belakang dapat disebabkan :
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari
ketinggian
3. Kecelakaan sebab olahraga (penunggang kuda, pemain sepak bola,
penyelam, dll
4. Luka jejas, tajam, tembak, pada daerah vertebra
5. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi
patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang
2
KLASIFIKASI
Whiplash Injury Disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
Burst Fracture
3
PATOFISILOGI
Setelah terjadi suatu trauma tulang belakang yang diakibatkan oleh
kecelakaan olaraga, kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian hal
tersebut dapat mengenai vetebra dan medula spinalis. Pada vetebra
biasanya terjadi, fraktur yang terjadi pada cervical dan lumbal yaitu
fraktur sederhana, kompresi,komunitif dan dislokasi. Sedangkan pada
medula spinalis dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang.
Laserasi dengan gangguan perdarahan darah, dan laserasi tanpa
peredaran darah.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Kepala berada pada posisi yang tidak semestinya
6. Syok (pucat, kulit basah dan hangat, jari dan
2. Mati rasa atau sensasi geli di sepanjang kaki
tangan kebiru-biruan, pusing, sakit kepala, dan
maupun lengan
setengah tidak sadar)
3. Kelemahan
7. Kurang perhatian terhadap stimuli/lingkungan
4. Ketidakmampuan berjalan
sekitar
5. Paralisis (kehilangan control pergelangan
8. Leher kaku, sakit kepala, atau nyeri pada leher
ekstremitas, yakni lengan dan kaki)
KOMPLIKASI
“
• Syok hipovolemik • Syok Spinal
• Pendarahan Mikroskopik • Hilangnya Sesasi, Kontrol Motorik, Dan Refleks.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik seperti pasien trauma, dimulai dengan
survey - ABCDE. SCI (Spinal Cord Injury) harus dilakukan
secara bersamaan :
• Fungsi Paru
• Disfungsi Respirasi
• Tes Motorik
5
Pemeriksaan Motorik Tulang Belakang Imaging
C5 – Fleksor siku (bisep, brakialis) dan bahu Sinar x spinal
C6 – Ekstensor pergelangan tangan (ekstensor karpi CT-scan
radialis longus dan brevis) X-Ray
C7 – Ekstensor siku (trisep) MRI
C8 – Fleksor jari (fleksor digitorum profunda) untuk jari Foto rongent thorak
tengah AGD
T1 – Jari kelingking (digiti mini)
L2 – Hip fleksor (iliopsoas)
L3 – Ekstensor lutut (quadrisep)
L4 – Ankle dorsifleksor (tibialis anterior)
L5 – Ekstensor kaki (ekstensor halusis longus)
S1 – Fleksor ankle plantar (gastrocnemius, soleus)
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pertolongan pertama untuk cedera tulang belakang dalam
kecelakaan terdiri dari:
1. Jangan asal mengajak korban bergerak karena dapat
menyebabkan kerusakan tulang permanen.
2. Tempatkan handuk yang sudah digulung di bagian nyeri agar
menghindari kerusakan leher dan kepala.
3. Jangan lupa untuk meminta perhatian medis segera.
6
Pengkajian keperawatan
a.Pengkajian primer
1.Data Subjektif
a)Riwayat penyakit sekarang
• Mekanisme Cedera
• Kemampuan Neurologi
• Status Neurologi
• Kestabilan Bergerak
b)Riwayat penyakit masa lalu
• Keadaan jantung dan pernapasan
• Penyakit kronis
7
2.Data Objektif
a)Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal sehinggamengganggu
jalan napas
b)Breathing
Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan dinding dada
c)Circulation
Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulit teraba hangat dan kering,
Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada
suhu lingkungan)
d)Disability
Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak, kehilangansensasi,
kelemahan otot
e)Exposure dan Environment control
Dengan melepas baju dan penutup tubuh pasien untuk melihat adanya deformitas tulang
belakang
Head to Toe
Leher: Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera
Dada: Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan dinding
dada,bradikardi, adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal
Pelvis dan Perineum: Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses, terjadinya gangguan
pada ereksi penis (priapism)
Ekstrimitas: terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau quadriparesis/quadriplegiae) 8
b.Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis (SAMPLE) dan pemeriksaan fisik.
1)Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi badan, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2)Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat
kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3)Anamnesis (SAMPLE)
a)S (Sign and Symtom), Kepala/leher berada pada posisi yang tidak semestinya, mati rasa atau
sensasi geli di sepanjang kaki maupun lengan, kelemahan, ketidakmampuan berjalan, paralisis
(kehilangan control pergelangan ekstremitas, yakni lengan dan kaki), tidak ada control pada GIT dan
system perkemihan, pasien cenderung tidak bisa mengontrol BAB maupun BAK, syok (pucat, kulit
basah dan hangat, jari dan tangan kebiru-biruan, pusing, sakit kepala, dan setengah tidak sadar),
leher kaku, sakit kepala, atau nyeri pada leher
b)A (Allergies), Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-obatan
ataupun kebutuhan akan makanan/minuman
c)M (Medications), Pengobatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulkan reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
d)P (Previous medical / Surgical History), Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit
sebelumnya
e)L (Last Meal) (Time), waktu terakhir kali klien makan atau minum
f)E (Events / Environment surrounding the injury), Exactly what happened 9
4)Aktivitas/istirahat
Kelumpuhan otot terjadi selama syok spinal pada/dibawah lesi. Kelemahan umum/kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).
5)Sirkulasi
Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi, berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi atau bergerak, hipotensi
postural, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat, hilangnya keringat pada daerah yang terkena.
6)Integritas Ego
Menyangkal, tidak percaya, sedih, marah, takut, cemas, gelisah, dan menarik diri
7)Makanan/cairan
Mengalami distensi perut, bising usus
8)Eliminasi
Inkontinensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik hilang. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan
dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
9)Neurosensori
Kesemutan, rasas terbakar pada lengan/kaki, paralisis flasid, hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi
pupil, Kelemahan, kelumpuhan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada saat syok spinal. Kehilangan sensai (derajat bervariasi
dapat kembali normal setelah syok spinal sembuh). Kehilangan tonus otot/vasomotor. Kehilangan reflek/reflek asimetris termasuk tendon,
ptosis, hilangnya keringat dari bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.
10)Nyeri/kenyamanan
Nyeri tekan otot, hiperestensi tepat diatas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada daerah trauma.
11) Pernafasan
Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk menurun
sering didapatkan pada klien cedera tulang belakang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran (koma).
12) Keamanan
Trauma baru/trauma karena kecelakaan, gangguan rentang gerak, kekuatan secara umum mengalami paralisis flasid/spastisitas dapat terjadi
saat syok spinal teratasi, tergantung pada area spinal yang sakit., demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
13)seksualitas
keinginan kembali seperti fungsi normal, erksitidak terkendali (priapisme) atau menstruasi tidak teratur
10
✘ Diagnosa Keperawatan
“
✘ Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI
✘ Retensi urin b.d Disfungsi neurologis (trauma
spinal)
✘ Konstipasi b.d Aktivitas fisik harian kurang dari
yang dianjurkan
✘ Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan
Neuromuskular
11
Intervensi
“
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Retensi urin b.d Eliminasi urine Katerisasi urine
Disfungsi neurologis Setelah dilakukan Periksa kondisi pasien
(trauma spinal) tindakan keperawatan (kesadaran, TTV, distensi
diharapkan eliminasi kandung kemih, refleks
urine membaik : berkemih)
Distensi kandung kemih Siapkan peralatan,
menurun bahan-bahan dan
Frekuensi BAK membaik ruangan tindakan
Karakteristik urine Siapkan pasien :
membaik bebaskan pakaian bawah
dan posisikan dorsal
rekumben untuk wanita
dan supine untuk laki-laki
Pasang sarung tangan
Bersihkan daerah
peerineal dengan cairan
NaCl atau aquades
12
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Konstipasi b.d Aktivitas fisik Eliminasi fekal Manajemen konstipasi
harian kurang dari yang Setelah dilakukan tindakan Periksa tanda dan gejala
dianjurkan keperawatan diharapkan konstipasi
eliminasi fekal membaik Periksa pergerakan usus
dengan kriteria hasil : ,karakteristik fases
Kontrol pengeluaran feses Identifikasi faktor resiko
meningkat konstipasi
Keluhan defikasi menurun Monitor tanda dan gejala
Destensi abdomen menurun ruptur usus
Teraba masa pada rektal Anjurkan diet tinggi serat
menurun Lakukan masase abdomen
Nyeri abomen menurun Lakukan evakuasi fases
Kram abdomen menurun secara manual
Frekuensi defikasi membaik Berikan enema atau irigasi
Latih BAB secara teratur
Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
13
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Gangguan mobilitas fisik b.d Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Gangguan Neuromuskular Setelah dilakukan tindakan Identifikasi adanya nyeri atau
keperawatan diharapkan keluhan fisik lainnya
kemampuan mobilitas fisik Identifikasi toleransi fisik
membaik dengan kriteria melakukan pergerakan
hasil : Monitor kondisi umum selama
Pergerakan ekstrimitas melakukan mobilisasi
meningkat Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Kekuatan otot meningkat dengan alat bantu
Rentang gerak (ROM) Fasilitasi melakukan
Meningkat pergerakan
Nyeri menurun Libatkan keluarga untuk
Gerakan terbatas menurun membantu pasien dalam
Kelemahan fisik menurun meningkatkan pergerakan
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang bisa dilakukan
14
KASUS
Tn. F berusia 38 tahun masuk kerumah sakit umum daerah Jakarta Timur pada tanggal
15 Desember 2020 dengan keluhan Klien mengeluh belum buang air besar selama 4 hari,
perut terasa kembung, begah, dan tidak bisa berjalan saat kecelakaan motor 1 minggu
yang lalu. Sebelumnya Tn. F belum pernah memiliki riwayat operasi. Kesadaran compos
mentis, klien kooperatif, klien mengeluh belum BAB selama 4 hari, perut penuh dan
kembung, nafsu makan berkurang karena mual, BAK dengan DC, klien dengan tirah
baring terdapat kelemahan pada ke 4 ekstremitas, terdapat luka dekubitus di punggung
kiri dan tumit kanan. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapati hasil Suhu
36,8 0 C, Nadi 76 x/ menit, Pernapasan 20 x/ menit, Tekanan darah: 90/ 60 mmHg,
Compos mentis, GCS : E4M6V5. Pupil bulat isokor pada kedua mata,simetris, reflex
cahaya normal baik yang langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan nervus kranialis I
– XII intak. Terdapat kelemahan pada ke empat ekstremitas. distensi kandung kemih,
tidak ada keinginan untuk buang air kecil, Status sensorik tidak ditemukan hipestesi.
Pada status otonom ditemukan inkontinensia urin dan alvi. Pada pemeriksaan Rontgen
didapati hasil SCI Incomplete AIS B SI Setinggi C4 ec Suspect Fraktur C4-C5.
Diagnosa Medis yang diangkat adalah SCI Incomplete AIS B SI Setinggi C4 ec Suspect
Fraktur C4-C5 dengan mendapat terapi saat ini Mecobalamin 3x1, Methylprednisolon
3x1, Cefixime 2x1 15
Pengkajian Keperawatan
Primary Survey
Identitas Klien :
Nama : Tn. F (38 tahun)
No. RM : 1123xxx
Diagnosa Medis : SCI Incomplete AIS B SI Setinggi C4 ec Suspect Fraktur C4-C5
Tanggal Masuk : 15 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 18 Desember- 21 Desember 2020
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Anamnesis
Anamnesis dilakukan di RS XX pada tanggal 18 Desember
Keluhan Utama
Klien mengeluh belum buang air besar selama 4 hari, perut terasa kembung, begah, dan tidak
bisa berjalan saat kecelakaan motor 1 minggu yang lalu
16
Riwayat Penyakit Sekarang
• Klien mengeluh belum BAB selama 4 hari, perut penuh dan kembung, nafsu makan berkurang
karena mual, BAK dengan DC, klien dengan tirah baring terdapat kelemahan pada ke 4
ekstremitas, terdapat luka dekubitus di punggung kiri dan tumit kanan. Saat dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapati hasil Suhu 36,8 0 C, Nadi 76 x/ menit, Pernapasan 20 x/
menit, Tekanan darah : 90/ 60 mmHg, Compos mentis, GCS : E4M6V5. Pupil bulat isokor
pada kedua mata, simetris, reflex cahaya normal baik yang langsung maupun tidak
langsung. Pemeriksaan nervus kranialis I – XII intak. Terdapat kelemahan pada ke empat
ekstremitas. distensi kandung kemih, tidak ada keinginan untuk buang air kecil, Status
sensorik tidak ditemukan hipestesi.Pada status otonom ditemukan inkontinensia urin dan alvi.
Pada pemeriksaan Rontgen didapati hasil SCI Incomplete AIS B SI Setinggi C4 ec Suspect
Fraktur C4-C5.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Tn. F belum pernah memiliki riwayat operasi
Riwaya Penyakit Keluarga
• Ibu klien menderita hipertensi, tetapi klien tidak menderita hipertensi
17
PEMERIKSAAN FISIK
Airway : Tidak terdapat sumbatan/hambatan pada jalan nafas
Breathing: Pernapasan 20 x/ menit, menggunakan pernafasan perut, Tidak ada gerakan
dada, Suara nafas Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
Circulation: Tekanan darah 90/ 60 mmHg, Nadi 76 x/ menit, suhu 36,8 0 C, Suhu
tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan, leher kaku : suhu tubuh naik turun
(kadang normal,kadang tinggi), ada keringat
Disability
Tonus otot : lemah
Terdapat kelemahan pada ke empat ekstremitas
Nilai kekuatan otot :
1411 1141
1111 1111
Exposure dan Environment control
Vertebrae (gerakan, bentuk, ROM) : Normal, Pelvis dan Perineum: tidak ada fraktur,
Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses
18
Tanda Vital
Tekanandarah: 90/60 mmHg Jantung
Nadi: 76kali / menit •Inspeksi: tidakterdapatjejas
“
Pernapasan: 20 kali / menit •Palpasi: tidakterdapatmassa
Suhutubuh: 36,8 C 0
•Perkusi: pekak
Kepala: tidakadamassa, jejas(-) •Auskultasi: lup–dup, lup–dup (regular)
Rambut: warnahitam
Wajah: simetris Abdomen
Mata: pupil bulatisokor Inspeksi: terdapat distensi abdomen, tidak terdapat luka
Telinga: tidakterdapatluka, sekret-/- Palpasi: ada nyeri tekan
Hidung: sekret-/-, hiperemis-/- Perkusi: timpani
Leher: KGB tidakmembesar Auskultasi: bising usus lemah
21
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11.5 g/dl (13.2 – 17.3 g/dl)
Leukosit 2+ Negatif
Darah/ Hb 3+ Negatif
Protein urin 2+ Negatif
Bakteri Negatif
Rontgen
• Didapati hasil SCI Incomplete AIS B SI Setinggi C4 ec Suspect Fraktur
C4-C5
22
ANALISA DATA
23
DATA ETIOLOGI PROBLEM
24
DATA ETIOLOGI PROBLEM
25
DIAGNOSA
“
KEPERAWATAN
✘ Retensi urin b.d Disfungsi neurologis (trauma
spinal)
✘ Konstipasi b.d Aktivitas fisik harian kurang
dari yang dianjurkan
✘ Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan
Neuromuskular
26
Intervensi
“
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Retensi urin b.d Eliminasi urine Katerisasi urine
Disfungsi neurologis Setelah dilakukan Periksa kondisi pasien
(trauma spinal) tindakan keperawatan (kesadaran, TTV, distensi
diharapkan eliminasi kandung kemih, refleks
urine membaik : berkemih)
Distensi kandung kemih Siapkan peralatan,
menurun bahan-bahan dan
Frekuensi BAK membaik ruangan tindakan
Karakteristik urine Siapkan pasien :
membaik bebaskan pakaian bawah
dan posisikan dorsal
rekumben untuk wanita
dan supine untuk laki-laki
Pasang sarung tangan
Bersihkan daerah
peerineal dengan cairan
NaCl atau aquades
27
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Konstipasi b.d Aktivitas fisik Eliminasi fekal Manajemen konstipasi
harian kurang dari yang Setelah dilakukan tindakan Periksa tanda dan gejala
dianjurkan keperawatan diharapkan konstipasi
eliminasi fekal membaik Periksa pergerakan usus
dengan kriteria hasil : ,karakteristik fases
Kontrol pengeluaran feses Identifikasi faktor resiko
meningkat konstipasi
Keluhan defikasi menurun Monitor tanda dan gejala
Destensi abdomen menurun ruptur usus
Teraba masa pada rektal Anjurkan diet tinggi serat
menurun Lakukan masase abdomen
Nyeri abomen menurun Lakukan evakuasi fases
Kram abdomen menurun secara manual
Frekuensi defikasi membaik Berikan enema atau irigasi
Latih BAB secara teratur
Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
28
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Tujuan) (Intervensi)
Gangguan mobilitas fisik b.d Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Gangguan Neuromuskular Setelah dilakukan tindakan Identifikasi adanya nyeri atau
keperawatan diharapkan keluhan fisik lainnya
kemampuan mobilitas fisik Identifikasi toleransi fisik
membaik dengan kriteria melakukan pergerakan
hasil : Monitor kondisi umum selama
Pergerakan ekstrimitas melakukan mobilisasi
meningkat Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Kekuatan otot meningkat dengan alat bantu
Rentang gerak (ROM) Fasilitasi melakukan
Meningkat pergerakan
Nyeri menurun Libatkan keluarga untuk
Gerakan terbatas menurun membantu pasien dalam
Kelemahan fisik menurun meningkatkan pergerakan
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang bisa dilakukan
29
ANALISA JURNAL
Pendahuluan
Di dalam penelitian di sampaikan cedera sumsum tulang belakan traumatis TSCI dapat
menyebabkan bencana psikologis dan fisik seumur hidup. Cedera sumsum tulang
belakang traumatis mempengaruhi tidak hanya korban yang cedera tetapi juga
pengasug korban keluarga komunitas dan masyarakat pada umumnya
Tujuan
Tujuan penenlitian ini mendeskripsikan demografi dan karakteristik cedera koban yang
dating ke pusat gawat darurat dewasa dengan tujuan sekunder untuk mendeskripsikan
manajemen emergenci center saat ini untuk pasien
30
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan
Cross Sectional prospektif. Untuk berbagai data demografi,
kejadian cedera, pelayanan pra rumah sakit yang sudah diterima
serta berbagai pelayanan gawat darurat yang telah diterima
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terstandar
Kesimpulan
32