Dosen Pengampu :
Elvi Oktarina, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB
DISUSUN OLEH :
Tujuan pembelajaran:
Setelah menyelesaikan sesi ini, mahasiswa mampu:
Tujuan pembelajaran:
a. Mahasiswa mampu untuk menentukan adanya trauma thoraks tertutup (tension
pneumothoraks) dan pneumothoraks terbuka (open pneumothoraks)
b. Mahasiswa mampu untuk mensimulasikan tindakan kegawatdaruratan pada tension
pneumothoraks
c. Mahasiswa mampu untuk mensimulasikan tindakan kegawatdaruratan pada open
pneumothoraks
Komplikasi yang mungkin timbul pada tindakan Emergency Needle Decompression for
chest:
Terdapat beberapa komplikasi yang bisa terjadi saat tindakan needle decompression
1. Perdarahan (kemungkinan sangat rendah)
2. Kegagalan penetrasi dinding dada lengkap, sehingga dibutuhkan kateter dan needle yang
lebih panjang untuk mencapai ruang pleura
3. Neuralgia inter kostal
4. Tamponade jantung
5. Pneumonia
6. Atelaksis
7. Drainase yang tidakefektif
8. Hematoma intrapleural terlokalisasi
Sumber:
Wernick B, Hon HH, Mubang RN, et al. (2015).Complications of needle thoracostomy: A
comprehensive clinical review. Int J Crit Illn Inj Sci, 5(3): 160–169. Diambil dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4613415/
Pengkajian pasien
Sebelum melakukan tindakan Emergency Needle Decompression for chest ada beberapa hal
yang harus dikaji oleh petugas kesehatan, yaitu:
1. Takikardia
2. Takipnea / distress napas
3. Agitasi
4. Berkeringat
5. Pergeseran garis tengah trachea
6. Bunyi napas pada paru-paru yang cedera tidak ada
7. Perkusi hiperresonan pada perkusi di atas paru-paru cedera
8. Hipotensi
9. Henti jantung
10. Alarm tekanan tinggi (jika menggunakan ventilator mekanis)
11. Gelisah
12. Shock
Sumber:
Somantri. I. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Rini. I. S., Suharsono. T., Ulya. I., Suryanto., Kartikawati. D., Fathoni. M. (2019).
Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD). Malang: UB Press
Prinsip dasar
Prinsip dasar needle decompresi terdiri dari:
1. Memasukkan selang kedalam ronga pleura, sehingga akan menciptakan jalan baru dan
mengakibatkan udara keluar dari rongga tersebut sehingga tekanan positif akan menurun.
2. Bukan merupakan prosedur definitive untuk penatalaksanaan tension pneumothorax,
needle decompression dilakukan untuk menghambat peningkatan tekanan prosifit didalam
rongga paru sehingga fungsi jantung tetap terjaga.
3. Lakukan pemeriksaan ulang jika mendapati suara paru yang berbeda pada thorak sebelum
melakukan tindakan needle decompression.
Sumber: Santoso. T. (2019). Keperawatan Gawat Darurat. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera
Peralatan
a. Kateter intravena no 14 atau 16, panjang 2 inchi g. Larutan aquades
b. Apusan betadin h. Sarung tangan
c. Balutan dan plester
d. Gunting Pendukung
e. Stetoskop a. Bag valve mask
f. spuit 10 ml b. Selang O2
Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk tiduran dengan posisi supinasi dengan elevasi kepala 30˚. Posisi ini
dapat mempermudah aliran udara naik keatas pada bagian anterior dada. Selain itu, posisi
ini juga membantu tenaga kesehatan lain dalam membantu tindakan tersebut.
3. Bersihkan kulit dan cukur rambut pada area yang akan dilakukan penusukan jarum dengan
menggunakan povidone iodine atau chlorhexidine solutions.
4. Lakukan periapan masker oksigen, oximetri, cardiac monitor, setup selang dada, infuse,
dan tim emergensi lain.
Sumber: Santoso. T. (2019). Keperawatan Gawat Darurat. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera
Prosedur
Menurut Santoso (2019) prosedur pemasangan needle decompression terdiri dari:
1. Dekompresi dilakukan dengan kateter vena besar ukuran 12, 14, atau 16 pada sela kosta
ke-2 pada garis mid-clavicula. Gunakan tangan nondominanan untuk memastikan lokasi
penusukan jarum, sedangkan tangan dominan memegang jarum cateter.
2. Masukkan jarum dengan menyusuri kosta ke-3. Tujuannya adalah untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada neurovakular yang terletak dibawah kosta ke-2.
3. Tarik jarum pemandu pada jarum kateter dan dengarkan adanya suara aliran udara dengan
maupun tanpa adanya darah. Setelah tekanan rongga pleura kurang lebih sama dengan
udara luar, akan terlihat perbaikan klinisnya pasien yang sangat dramatis. Penderita akan
merasa berkurang sesaknya, syoknya teratasi dan frekuensi pernapasannya membaik.
Petunjuk:
Mahasiswa memperhatikan penjelasan dan demonstrasi dari fasilitator, sambil mengisi lembaran
kerja yang tersedia
Indikasi tindakan:
1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
2. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
3. Efusi pleura
4. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
5. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
6. Hemothoraks
7. Hemopneumothoraks
8. Chylothoraks
9. Empyema
Sumber: Buku kompetensi II. (2006). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan
(maternitas, medical bedah, & anak). Surabaya : STIKES Hang Tuah
Kontraindikasi
1. Infeksi pada tempat pemasangan
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
Sumber:
Potter & Perry. (1997). Fundamentals of Nursing 3 Thed. The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia-New York : Lippincott
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada tindakan ini adalah
1. Pneumothoraks
2. Splenic laceration
3. Hematothoraks
4. Komplikasi minor seperti nyeri, batuk, hematoma, infeksi (selulitis, emyema), dan
subcutaneous seratoma.
5. Tension pneumothorax
Sumber: Santoso. T. (2019). Keperawatan Gawat Darurat. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera
Pengkajian pasien/Tanda dan gejala
Sebelum melakukan tindakan Balutan Kedap Udara ada beberapa hal yang harus dikaji oleh
petugas kesehatan, yaitu:
1. Riwayar trauma tembus dada
2. Luka terbuka dada
3. Pasien gelisah
4. Pernafasan asimetris
5. Tachypnea/respiratory distress
6. Tachycardia
7. Hypotensi
8. Suara nafas menurun pada area yang terkena
9. Terdengar suara menghisap pada luka saat inspirasi
10. Hiperresonance pada area yang terkena
Sumber: Rini. I. S., Suharsono. T., Ulya. I., Suryanto., Kartikawati. D., Fathoni. M. (2019).
Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD). Malang: UB Press
Prinsip dasar
Mekanisme pernapasan normal bekerja atas prinsip tekanan negatif yaitu tekanan dalam
rongga dada adalah lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga menyebabkan udara untuk
bergerak ke dalam paru-paru selama inspirasi bilamana darah dibuka untuk alasan apa saja
maka akan terjadi kehilangan tekanan negatif yang dapat mengakibatkan kolaps paru
penumpukan udara cairan atau substansi lain didalam dada dapat mengganggu fungsi
kardiopulmonal dan bahkan menyebabkan paru kolaps
Sumber: American College of Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support: Tenth Edition.
Diambil dari http://bulletin.facs.org/2018/06/atls-10th-edition-offers-new-insights-into-
managing-trauma-patients/#Chapter_4_Thoracic_Trauma
Peralatan
a. Sarung tangan Pendukung
b. Balutan kedap udara a. Bag valve mask
c. Gunting b. Selang O2
d. Kassa
e. plester
Persiapan pasien
Lakukan informed consent pada pasien dan atau keluarga pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama proses atau
pasca tindakan balutan kedap udara.
Sumber:
American College of Surgeons. (2018). Advanced Trauma Life Support: Tenth Edition. Diambil
dari http://bulletin.facs.org/2018/06/atls-10th-edition-offers-new-insights-into-managing-
trauma-patients/#Chapter_4_Thoracic_Trauma
Prosedur Pelaksanaan
Langkah - langkah
1. Lakukan teknik steril saat melakukan olesan pada selang dada.
2. Buat balutan dan rekatkan dengan tape pada 3 sisinya sehingga udara dapat mengalir
keluar saat proses ekspirasi dan pada saat inspirasi udara tidak dapat masuk kedalam
rongga paru akubat adanya tekanan negative intrathorakal.
3. Rekatkan balutan dengan menggunakan tape yang kedap udara.
4. Jika melakukan pengantian dressing perhatikan lokasi penusukan selang, isi drainage,
warna dan aroma dari discharge.
Sumber: Santoso. T. (2019). Keperawatan Gawat Darurat. Kediri: Chakra Brahmanda Lentera