Anda di halaman 1dari 12

PRATIKUM KEPERAWATAN KOMUNITAS

“SAP Sesuai Agregat (Penyakit Tidak Menular)”

Dosen Pengampu :
Mohd. Jamil, SKp.,M.BioMed

DISUSUN OLEH :

Kelompok D
Fitriatul Munnawarroh (2011316036)
Lili Resta Septiana (2011316029)
Pendi Gunawan Syah (2011316038)
Rizki Cahaya Putri (2011316044)
Al Hanifah Armes (2011316031)
Ahmad Mudhofir (2011316041)
Della Fatimah (2011316042)
Septria Rossa (2011316027)
Teguh Wiradharma (2011316034)
Vivi Ramadhani (2011316037)
Windi Wahyuni (2011316045)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema Penyuluhan : Hidup Bahagia Dengan Jantung yang Sehat

Sasaran : Pasien Yang Mengidap Penyakit Jantung Koroner

Tempat : Panti Sosial Tresna werdha

Waktu : 13 Mei 2021

A. Analisa Situasi

1. Jumlah Peserta : 30 orang

2. Pengajar : Fasilitator ádalah mahasiswa Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

3. ruangan

a. Tenang

b. Keadaan penerangan baik

c. Penyuluhan menggunakan leaflet dan lembar balik

B. Tujuan Instruksianal Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan peserta diharapkan mampu mengetahui

dan memahami tentang pentingnya mengatur dan menjaga pola hidup sehat,

terutama dengan memperhatikan kadar kolesterol dalam darah, dan diharapkan

pasien juga mampu mengetahui berbagai cara penanganan untuk mengurangi

gejala-gejala dari penyakit, agar tidak memperburuk kondisi tubuh yang telah

terjangkit penyakit jantung koroner.


C. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu :

a. Audiens mengetahui apa itu Jantung Koroner.

b. Audiens mampu menjelaskan pentingnya untuk menjaga kadar kolesterol

dalam darah agar tidak terjangkit penyakit jantung koroner.

c. Audiens mampu mengetahui berbagai cara penanganan penyakit tersebut

d. Audiens mampu menjelaskan kembali pola hidup yang sehat pada orang

dengan penyakit PJK.

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab

E. Setting Tempat

Keterangan : : Edukator

: Responden

: Partisipan

F. Teori (Terlampir)

G. Media

1. Leaflet

2. Power point
H. Kegiatan Penyuluhan

Hari Waktu Kegiatan

1 10 Menit Pembukaan

Beri penyuluhan kepada pasien selama 30 menit tentang


2 30 Menit
jantung koroner dan komplikasinya.

Beri penyuluhan selama 30 menit tentang penanganan

3 30 Menit penyakit jantung koroner baik secara farmakologi maupun

non farmakologi.

Lakukan evaluasi dengan memberikan beberapa pertanyaan

5 10 Menit terkait dengan materi yang telah di sampaikan, berikan

hadiah apabila dapat menjawab

6 10 Menit Penutup

I. Evaluasi

Stándar evaluasi

a. Peserta mengetahui apa itu Jantung Koroner.

b. Peserta mampu menjelaskan pentingnya untuk menjaga kadar kolesterol

dalam darah agar tidak terjangkit penyakit jantung koroner.

c. Peserta mampu mengetahui berbagai cara penanganan penyakit tersebut

d. Peserta mampu menerapkan edukasi yang diberikan dalam kehidupan

sehari-hari.
KONSEP TEORI

JANTUNG KORONER

A. Definisi

Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama sebagai penyebab

kematian di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan secara berkala

oleh departemen kesehatan menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler memberikan

kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kkematian pada tahun 1993dan

meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998 ( PERKI, 2004 dalam Arif Muttaqin, 2009).

Terdapat beberapa penyakit kardiovaskuler yang dapat menyerang seseorang,

yang memiliki riwayat keluarga atau pola hidup kurang sehat salah satunya adalah

penyakit jantung coroner. Penyakit jantung coroner (arteri coroner) adalah jenis

penyakit yang banyak menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat

penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi coroner karena adanya endapan lemak

dan kolestrol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.

Perubahan pola hidup, pola makan, dan stress juga dapat mengakibatkan terjadinya

penyakit jantung coroner (Kasron, 2012).

Otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen

dari arteri coroner agar jantung dapat berkontraksi dan memompa darah ke seluruh

tubuh secara normal. Namun, jika terjadi penyumbatan arteri yang semakin buruk,

terutama arteri coroner, maka otor jantung dapat mengalami iskemia (berkurangnya

pasokan darah) sehingga menyebabkan kerusakan jantung. Penyumbatan arteri

terutama disebabkan oleh arterosklerosis. Arterosklerosis merupakan penebalan dan

pengerasan pembuluh darah yang disebabkan oleh akumulasi dari lemak, kolestrol,

hasil pembuangan sel, kalsium, dan fibrin. Arteri yang seringkali mengalami
arterosklerosis yaitu arteri coroner. Penyakit jantung coroner (coronary heart disease)

ditandai dengan adanya ateroma yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding

arteri coroner. Atheroma tersebut terbentuk secara bertahap dan tersebar dari

percabangan besar kedua arteri coroner utama. Kedua arteri coroner tersebut

mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Arteroma dapat menonjol

kepermukaan dalam arteri, sehingga diameter arteri menjadi sempit dan dapat

menyumbat aliran darah (Asikin dkk, 2016).

B. Manifestasi Klinis

Penyakit arteri coroner sangat berbahaya apabila tidak segera di tangani karna

dapat menyebabkan kematian dan komplikasi berbahaya lainnya, sehingga untuk

menanggulangi hal tersebut kita harus mengetahui apa saja tanda dan gejala dari

penyakit arteri coroner, menurut rudi hariano, tahun 2013 tanda dan gejala dari arteri

coroner sebagai berikut :

1. Nyeri dada atu rasa tidak enak dibagian tengah dada/uluh hati, perasaan tertekan,

berat atau remuk yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa menit atau

berlalu hilang dan kembali.

2. Sulit bernafas/sesak nafas. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam

rongga udara di paru-paru.

3. Sangat lemah atau geliasah.

4. Detak jantung yang cepat atau tak teratur.

5. Pusing dan pingsan dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke otak akibat

denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang

buruk.
Tanda dan gejala yang biasanya juga akan menyertai antara lain sebagai berikut :

1. Berkeringat atu mungkin juga keringat dingin

2. Rasa sakit atau tak nyaman di bagian-bagian lain pada bagian tubuh atas, termasuk

lengan, bahu, leher, rahang, atau perut.

3. Rasa kembung, perasaan tersedak, perasaan panas dalam lambung.

4. Mual dan muntah.

C. Etiologi

Menurut Asikin 2016 :

1. Factor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain diet ( pola makan) tinggi lemak

atau kolestrol, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, merokok, obesitas, stress,

dan kurang gerak.

a. Diet (pola makan) tinggi lemak yaitu lemak, yang tidak larut dalam air, akan

terikat dengan lipoprotein yang larut dalam air sehingga memungkinkan untuk

dapat diangkut dalam sistem peredaran darah. Tiga elemen metabolism lemak

antara lain kolestrol total, LDL, dan HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya

pada dinding arteri dan dapat mempercepat proses arteriosclerosis.

b. Hipertensi dapat mempercepat pembentukan lesi aterosklerotik pada

pembuluh darah bertekanan tinggi, sehingga dapat menyebabkan stroke.

c. Diabetes mellitus juga mempercepat proses arterosklerotik dengan

menebalkan memberan basah pembuluh darah besar maupun pembuluh darah

kecil. Individu yang memiliki diabetes mellitus memiliki kadar kolesterol dan

trigliserida plasma yang tinggi.buruknya sirkulasi sebagian organ

menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, sehingga merangsang reaksi

peradangan yang berperan menimbulkan arterosklerosis.


d. Merokok merupakan salah satu factor resiko yan paling kuat. Nikotin akan

menurunkan aliran darah ke ekstremitas, serta meningkatkan frekuensi jantung

dan tekanan darah dengan menstimulasi sistem saraf simpatis. Selain itu,

nikotin juga meningkatkan kemungkinan pementukan pembekuan darah

dengan cara maningkatkan agregasi trombosit. Karbon monoksida mengikat

hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan oksigen sehingga dapat

menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah rokok yang diisap berbanding

langsung dengan parahnya penyakit. Pola kebiasaan untuk berhenti merokok

dapat menurunkan resiko.

e. Obesitas, stress, dan kurang gerak ikut berperan dalam proses penyakit

arteriosclerosis ini. Semakin banyak factor resiko yang dimiliki, maka semakin

tinggi pula kemungkinan terjadinya penyakit arteriosclerosis.

2. Factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain orag yang berusia >40

tahun dan jenis kelamin (pria atau wanita setelah menopause), serta riwayat

keluarga.

D. Patofisiologi

Secara patologis, lesi dimulai dari trauma endotel yang disebabkan oleh berbagai

factor yang telah dibahas sebelumnya. Setelah terjadi trauma endotel, sel endotel

mengalami inflamasi dan terjadi aktivitas makrofag. LDL yang teroksidasi masuk ke

intima dinding endotel dan membentuk lapisan lemak. Otot sel polos berpoliferasi dan

menghasilkan kolagen menuju lapisan lemak serta membentuk plak fibrosa. Plak ini rentan

ruptur. Jika plak ruptur, maka terbentuk thrombus yang dapat menyumbat pembuluh darah

serta menyebabkan iskemia dan infark.


E. Pemeriksaan Penunjang

Sejumlah hasil pemeriksaan yang dapat mendukung dalam menentukan

arteriosclerosis yaitu :

1. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, dapat mengindikasikan adanya factor

resiko untuk arteriosclerosis. Kadar kolesterol di atas 180 mg/dL (pada orang yang

berusia 30 tahun) atau di atas 200 mg/dL (pada orang yang berusia > 30 tahun),

dianggap beresiko mengidap penyakit arteri coroner.

2. Pemeriksaan Angiografi, memungkinkan untuk memvisualisasi lesi

arterosklerotik. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengikuti pergerakan aliran zat

warna yang dimasukkan melalui infus.

F. Pencegahan

Pencegahan terbentuknya arteriosclerosis harus dengan cara menghindari interaksi

antara pembuluh darah dengan factor resikonya. Cara yang dapat digunakan untuk

menurunkan resiko antara lain :

1. Menurunkan kadar kolesterol darah

2. Menurunkan tekanan darah

3. Berhenti merokok

4. Menurunkan berat badan

5. Berolahraga secara teratur

Pada orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi mengidap

penyakit jantung, merokok sangat berbahaya. Resiko seorang perokok mengidap

penyakit arteri coroner secara langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang

dihisap setiap harinya. Orang yang berhenti merokok hanya memiliki resiko separuh
dari orang yang selalu merokok tanpa menghiraukan berapa lama mereka telah

merokok sebelumnya.

Berhenti merokok juga mengurangi resiko kematian setelah pembedahan


bypass arteri coroner atau setelah serangan jantung. Selain itu berhenti merokok juga
mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang yang memiliki
arterosklerosis pada arteri, selain arteri yang menuju ke jantung dan otak (Asikin dkk,
2016).

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Asikin tahun 2016 penatalaksanaan medis yang dilakukan untuk pasien

dengan arterisklerosis diantaranya :

1. Diet modifikasi pola makan pakai obat untuk menurunkan kadar kolesterol dan

trigliserida.

2. Obat anti trombosit mengkonsumsi aspirin atau obat anti trombosit untuk

mengurangi pembentukan trombus.

3. Olahraga, mengikuti program olahraga yang terancang baik dapat meningkatkan

pembentukan pembuluh kolateral di sekitar bagian pembuluh darah yang tersumbat

dan dapat menurunkan jumlah lemak dalam darah, serta meningkatkan HDL.

4. Kontrol kadar gula darah, pada pengidap diabetes mellitus, kadar gula darah perlu

dikontrol dengan ketat.

5. Berhenti merokok, menghentikan kebiasaan merokok yang merusak dinding sel

endotel.

6. Obat antihipertensi. Mengkonsumsi obat antihipertensi akan mengurangi gaya


ragang terhadap dinding endotel.

H. Link Video Simulasi Penyuluhan


1. https://youtu.be/n8gdM2tDuCI
2. https://youtu.be/mpVD323qlR8

Anda mungkin juga menyukai