Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya penelitian ilmiah lebih banyak berhubungan dengan data
yang bersifat interval atau rasio. Data interval dan rasio merupakan data yang
berupa angka hasil dari pengukuran baik pengukuran yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Dalam suatu penelitian terkadang dijumpai data yang
tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka (numerik).
Dijumpainya data dari hasil menghitung jumlah pengamatan yang
diklasifikasi atas beberapa kategori. Namun demikian tidak jarang peneliti
harus bekerja dan terlibat dengan data yang berwujud frekuensi. Data
frekuensi atau distribusi frekuensi merupakan data hasil dari pencacahan atau
pembilangan. Jika kita perhatikan pengujian atau tes hipotesis untuk harga
proporsi hanya melibatkan paling banyak dua proporsi yang diukur dari dua
proporsi yang berbeda. Dalam kenyataannya kita tidak hanya akan
menggunakan dua proporsi, namun lebih dari itu. Oleh karena itu kita tentu
akan mengalami kesulitan jikatiga atau lebih proporsi diuji menggunakan uji
hipotesis harga perbedaan dua proporsi.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut kita menggunakan pengujian lain
yaitu uji Chi-kuadrat atau Chi- square test yang disimbolkan dengan x2. Chi
kuadrat merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menilai
probabilitas guna memperoleh perbedaan frekuensi nyata atau hasil
pengamatan atau observasi dengan frekuensi yang diharapkan dalam
kategori-kategori tertentu. Alat uji ini khusus digunakan untuk menguji lebih
dari dua proporsi dengan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria itu didasarkan pada
ciri data yang akan diuji proporsinya sehingga menimbulkan jenis pengujian
yang berbeda,walaupun tetap menggunakan satu bentuk rumus yang sama.
Hubungan antar variabel sering menjadi objek yang akan diamati
bentuknya dalam sebuah pemodelan. Dua buah variabel yang diduga
mempunyai hubungan sebab akibat, atau dalam bahasa statistik disebut
hubungan antar variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen).
Korelasi mengukur derajat keeratan hubungan antara dua buah variabel
yang berbeda, sedangkan autokorelasi mengukur derajat keeratan hubungan
diantara nilai – nilai yang berurutan pada variabel yang sama atau pada
variabel itu sendiri. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan pengertian
autokorelasi dengan korelasi, yang mana sama – sama mengukur derajat
keeratan hubungan (Siti Rahayu.2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis bivariat data kategorik dan kategorik?
2. Bagaimana analisis hubungan numerik dengan numerik?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan hubungan data kategorik-kategorik dan
numerik-numerik/korelasi pada studi kasus penelitian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis bivariat data kategorik dan kategorik.
2. Untuk mengetahui analisis hubungan numerik dengan numerik.
3. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan hubungan data kategorik-
kategorik dan numerik-numerik/korelasi pada studi kasus penelitian.

Anda mungkin juga menyukai