Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

AN. F
DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG
ANGGREK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TINGKAT I RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA

VIVI RAMADHANI
17093

2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Gastroenteritis atau biasa disebut diare adalah penyakit yang disebabkan oleh
PENGERTIAN peradangan pada saluran pencernaan. Peradangan dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan permukaan usus dan peningkatan gerakan usus (Ayustawati, 2013).

Diare dapat ditularkan melalui fekal-oral melalui makanan atau minuman yang
PENYEBAB
tercemar oleh enteropatogen, yaitu melalui finger, flies, fluid, field (4F)

 Didunia hampir 1,7 miliar kasus diare pada anak dan angka kematian 525.000 tiap
tahunnya.
DATA  DKI Jakarta angka kejadian diare pada balita cukup tinggi yaitu 54,23%. Kematian
STATISTIK biasanya terjadi akibat dehidrasi berat dengan 70-80%
 Di ruang anggrek RS Raden Said Sukanto Jakarta terdapat 813 anak penderita diare
(24,64%).

2
PERAN PERAWAT

PROMOTIF
PROMOTIF
(Peningkatan
(Peningkatan Kesehatan)
Kesehatan)

PREVENTIF
PREVENTIF
(Pencegahan
(Pencegahan Penyakit)
Penyakit)

KURATIF
KURATIF
(Pengobatan)
(Pengobatan)

REHABILITATIF
REHABILITATIF
(Pemulihan
(Pemulihan Kesehatan)
Kesehatan)
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
ETIOLOGI
Diare dapat ditularkan melalui
makanan serta minuman yang
sebelumnya sudah terkontaminasi
oleh agen patogen yang menginfeksi
PENGERTIAN usus diantaranya oleh virus, bakteri,
dan parasit yang merupakan salah
Gastroenteritis adalah satu dari penyebab utama di
peradangan yang terjadi masyarakat
pada lambung dan usus
yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan parasit.

4
PATHWAY

BAKTERI
Mekanisme Diare

Diare Sektori (Disebabkan oleh infeksi vibrio


cholera atau E. coli)

Diare Osmotik (Disebabkan makanan dan


minuman yang tidak dapat diserap)

Diare Eksudat (Disebabkan oleh adanya


perubahan mukus saluran cerna dan protein
atau darah yang masuk ke usus)

Diare berhubungan dengan transit intestinal


(disebabkan oleh pengosongan kolon yang
terlalu cepat dan meningkatnya jumlah bakteri)

Intoleransi laktosa

NEXT
5
MANIFESTASI KLINIK KOMPLIKASI KLASIFIKASI

• Mual, muntah, sakit kepala, • Dehidrasi (kekurangan • Diare dehidrasi berat


demam cairan). • Diare dehidrasi
• Sakit perut/nyeri pada abdomen • Gangguan sirkulasi ringan/sedang
terjadi di daerah hypogastric • Gangguan asam-basa • Diare tanpa
• nafsu makan menurun, (asidosis) dehidrasi,
• Tinja cair, tinja tercampur • Hipoglikemia (kadar
lender dan atau darah, lama- gula darah rendah)
lama tinja berwarna hijau dan • Gangguan gizi
asam
• Anus lecet
• Berat badan turun,
• Turgor kulit menurun

6
PENATALAKSANAAN
•Beri cairan sebanyak anak mau dan
berikan oralit untuk usia sampai 1
tahun 50-100ml, usia 1-5 tahun 100-
200ml setiap buang air besar
Rencana •Berikan tablet zink selama 10 hari,
TINDAKAN
YANG
A untuk usia <6 bulan ½ tablet, >6 bulan
1 tablet TERAPI BERTUJUAN
UNTUK
•Lanjutkan pemberian makan
PENGOBATAN
•Jelaskan kapan harus kembali

• Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam


pertama ( BB x 75ml ) Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis,
pH dan kadar gula dalam tinja
Rencana • Minumkan sedikit tapi sering, bila
kelopak mata bengkak hentikan
B pemberian oralit dan berikan air masak Pemeriksaan gg. Keseimbangan asam basa
• Setelah 3 jam tentukan klasifikasi diare dalam darah
• Berikan tablet zink 10 hari

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin


• Jika bisa, berikan cairan intravena
segera. Jika anak mau minum berikan
minum, oralit. Pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium
Rencana • Jika tidak bisa memberikan cairan
intravena rujuk segera untuk
dan fosfor dalam serum)
C pengobatan intravena
• Jika sudah terlatih menggunakan pipa Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui
orogastrik, lakukan rehidrasi oralit jenis jasad renik atau parasit (diare kronik)
melalui pipa orogastrik atau mulut 7
BAB 3
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Identitas Pasien Resume

 Pada tanggal 16 Desember 2019 Pukul 00:59 WIB An. F datang diantar oleh
Pasien bernama An. F dengan jenis orangtua ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan demam sudah 3 hari,
kelamin laki-laki, usia 8 tahun, perut terasa kembung, nyeri ulu hati dan mual. Dari pemeriksaan fisik didapati
Agama Islam, nama panggilan An. hasil: keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, berat badan 25 kg,
R, tempat tanggal lahir Tanggerang, CRT normal. Hasil pengukuran tanda-tanda vital, yaitu: frekuensi nadi 98
x/menit, frekuensi pernafasan 21 x/menit, suhu 38,1, akral hangat.
07 Desember 2011, suku bangsa  
Lampung, Bahasa yang digunakan Pada tanggal 16 Desember 2019 Pukul 04.00 WIB An. F tiba diruang Anggrek
Bahasa Indonesia, beralamat di dengan keluhan masih demam, nyeri ulu hati. Dari hasil pemeriksaan keadaan
ASR Brimob Cipinang, RT 003/014 umum lemah, kesadaran composmentis, berat badan 25 kg. Hasil
Pulo Gadung, Jakarta Timur. pemeriksaan tanda-tanda vital diruang anggrek yaitu: frekuensi nadi 116
x/menit, frekuensi pernafasan 28 x/menit, suhu 37,7. Setelah dirawat diruang
anggrek selama satu hari An. F masih mengeluh nyeri pada bagian ulu hati,
mual, batuk dan pilek, ibu mengatakan demam sudah turun semenjak
diberikan obat demam, keadaan umum lemah, kesadaran composmentis,
pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapati hasil: frekuensi nadi 108 x/menit,
frekuensi pernafasan 24 x/menit, suhu 36,8˚C, mukosa oral lembab, CRT
normal, akral 8teraba hangat, terdapat sekret di hidung, suara nafas vesikuler,
tidak terdapat distensi abdomen.
Lanjutan Resume
Pada tanggal 16 Desember 2019 Pukul 04.30 WIB
mengobservasi hasil laboratorium, yaitu: Hemoglobin 13,3
g/dl, Leukosit 8.300 /ul, Hematokrit 42%, Trombosit
235.000/ul, Eritrosit 5,27 Juta/ul. Pada tanggal 16 Desember
2019 Pukul 19.34 WIB pada pemeriksaan urine didapati
hasil: Warna urine kuning keruh, sel epitel +, Kristal asam
Evaluasi keperawatan:
urat ++, dan bakteri +. Masalah keperawatan bersihan jalan
  nafas tidak efektif belum teratasi, tujuan
Masalah keperawatan yang muncul yaitu bersihan jalan belum tercapai dan tindakan
nafas tidak efektif, hipertermia, defisit nutrisi, dan resiko keperawatan dilanjutkan. Masalah
penyebaran infeksi. Tindakan keperawatan mandiri yang keperawatan hipertermia teratasi dan
telah dilakukan adalah melakukan anamnesa keluhan
pasien, mengukur tanda-tanda vital, menimbang berat
tindakan keperawatan dihentikan.
badan, mengkaji CRT, mengkaji suara nafas, mengkaji Masalah keperawatan defisit nutrisi
distensi abdomen, mengkaji jalan nafas, memberikan minum belum teratasi, tujuan belum tercapai
sesuai kebutuhan. Tindakan kolaborasi yang telah dilakukan dan tindakan keperawatan dilanjutkan.
adalah melakukan pemasangan infus IVFD RL 21 tetes Masalah resiko penyebaran infeksi
permenit, pada tanggal 16 Desember 2019 pukul 08.00 WIB belum teratasi, tujuan belum tercapai
memberikan paracetamol sirup 4 x 2 cth via oral (pukul
02.00, 08.00, 14.00, 20.00 WIB), dan memberikan antasida
dan tindakan keperawatan dilanjutkan
sirup 3 x 1 cth via oral (pukul 00.00, 08.00, 16.00 WIB),
memberikan diit makan lunak. Pada tanggal 17 Desember
2019 pukul 01.00 WIB memberikan injeksi Ceftriaxone 2x25
mg via intarvena (01.00, 13.00 WIB) 9
Data Fokus

Data Subjektif:
An. F mengatakan perut bagian tengah atas terasa sakit, nyeri terasa menusuk-nusuk, dan terasa secara
terus-menerus, An. F mengatakan dari skala 1-10 nyeri terasa skala 6, sakit saat menarik nafas. An. F
mengatakan mual, batuk berdahak, pilek, nafas terasa sesak dan An. F mengatakan tidak mau
mengeluarkan sputum karena takut muntah. An. F mengatakan badan bagian perut dan punggung terasa
gatal, urine berwarna kuning keruh. Ibu mengatakan anak sudah tidak demam sejak minum obat demam,
ibu mengatakan nafsu makan anak menurun, makan hanya habis ½ porsi, BAB dengan konsistensi cair, An.
F malas minum dan tangan anak sudah teraba kasar sejak 2 minggu lalu, ibu mengatakan sudah
memakaikan lotion pada tangan yang kasar tapi tetap kasar. An. F mengatakan ingin pulang agar bisa
bermain bola bersama teman-temannya, Ibu mengatakan penyakit tidak mempengaruhi anak, ibu
mengatakan anak dapat tidur dengan nyenyak dan tidak ada masalah pada waktu tidur anak, ibu
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita anaknya dan ibu mengatakan tidak
mengetahui saat ditanya mengenai pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan penanganan
penyakit gastroenteritis.

10
Lanjutan Data Fokus

 Data Objektif:
Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital: frekuensi nadi 112 x/menit,
ferekuensi pernapasan 24 x menit, suhu 36,7, lidah kotor, mukosa bibir kering, CRT 3 detik, bising usus 12
x/ menit, suara nafas ronchi, akral hangat, konjungtiva anemis, pupil isokor, lingkar perut 60 cm, lingkar
kepala 48 cm, berat badan 25 kg, tinggi badan 124 cm, lingkar lengan atas 16 cm, IMT = 16,3, status gizi
berat badan kurang, An. F tampak kurus, tampak sesekali An. F memegangi perut dan meringis, cairan
intake dan output 24 jam; intake (minum 300 ml, infus 600 ml, air metabolisme 152 ml) total intake 1.025
ml, output (feses 150 ml, urine 600 ml, IWL 375 ml) total output 1.125 ml. Balance cairan = total intake –
total output = 1025 ml- 1125 ml= -100 ml. Kebutuhan cairan An. F: 1600 cc/24jam, telapak tangan teraba
kasar dan kering, anak tampak sering menggaruk perut dan punggungnya, anak tidak menangis dan tidak
takut terhadap perawat, anak mau berbicara jika ditanya dan bersikap tenang saat perawat melakukan
tindakan keperawatan, anak tidak menghindari kontak mata dengan perawat, saat diajak berkenalan anak
mau menyambut jabat tangan perawat dan langsung menyebutkan namanya, ibu tampak bingung dan
tidak dapat menjelaskan saat ditanya mengenai penyakit gastroenteritis (pengertian, penyebab, tanda
gejala, komplikasi dan penanganan), hasil laboratorium: Pada tanggal 16 Desember 2019 Pukul 04.30 WIB
terdapat hasil laboratorium, yaitu: Hemoglobin 13,3 g/dl, Leukosit 8.300 /ul, Hematokrit 42%, Trombosit
235.000/ul, Eritrosit 5,27 Juta/ul. Pada tanggal 16 Desember 2019 Pukul 19.34 WIB pada pemeriksaan
urine didapati hasil: Warna urine kuning keruh, sel epitel +, Kristal asam urat ++, dan bakteri +. Hasil test
laboratorium widal: widal negatif.
11
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang muncul pada kasus An. F dengan gastroenteritis yaitu:


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi sekret
b. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer: Kerusakan integritas kulit
e. Ansietas ringan berhubungan dengan dampak hospitalisasi
f. Defisit pengetahuan orang tua mengenai penyakit gastroenteritis
berhubungan dengan kurang terpapar informasi

12
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi sekret, ditandai dengan :
Data Subjektif: An. F mengatakan sakit saat menarik nafas, batuk berdahak, pilek, nafas terasa sesak dan An. F
mengatakan tidak mau mengeluarkan sputum karena takut muntah.
Data Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital: frekuensi nadi 112 x/menit,
frekuensi pernapasan 24 x/menit, suhu 36,7˚C, CRT 3 detik, suara nafas ronchi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas meningkat
Kriteria Hasil: Tidak batuk, frekuensi nafas membaik, pola nafas membaik, produksi sputum berkurang,
menunjukkan jalan nafas yang paten, mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas, dan tanda-tanda vital dalam rentang normal (frekuensi nadi 80-90 x/menit,
frekuensi pernafasan 20-30 x/menit, suhu tubuh 36,7˚C-37,2˚C), tidak tampak sianosis, suara nafas
vesikuler, hasil leukosit dalam batas normal (5.000 – 10.000 /ul)
Rencana Tindakan :
1. Kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran 10. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
2. Kaji tanda-tanda vital 11. Anjurkan minum air hangat
3. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) 12. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
4. Monitor suara nafas keseimbangan cairan
5. Monitor tanda sianosis pada pasien 13. Anjurkan untuk meningkatkan istirahat
6. Mengkaji CRT (Capillary refil time) 14. Ajarkan tekhnik batuk efektif untuk
7. Identifikasi kemampuan batuk mengeluarkan sputum
8. Observasi status cairan 15. Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator bila
9. Posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi perlu
(semifowler atau fowler)
13
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Kamis, 19 Desember 2019

Pukul 07.00 WIB Mengkaji keluhan An. F: ibu mengatakan anak masih batuk berdahak dan pilek.
Pukul 07.02 WIB menganjurkan An. F untuk mengeluarkan sputum dengan cara batuk efektif seperti
yang sudah diajarkan kemari hasil: ibu mengatakan iya. Pukul 07.12 WIB status cairan hasil: An. F
minum 600 cc, balance cairan +4 ml. Pukul 07.13 WIB menganjurkan untuk minum sesuai
kebutuhan (1600 cc/hari) hasil: ibu mengatakan anak masih malas minum. Pukul 17.14 WIB
menganjurkan An. F untuk mengkonsumsi air hangat hasil: ibu mengatakan akan memberikan anak
minum air hangat. Pukul 19.00 WIB Mengkaji keluhan An. F hasil: Ibu mengatakan anak masih
batuk dan pilek tetapi tadi sudah bisa mengeluarkan sputum. Pukul 19.10 WIB mengkaji status
cairan hasil: An. F minum 600cc dan balance cairan +96 ml. Pukul 19.15 WIB menganjurkan untuk
minum sesuai kebutuhan (1600 cc/hari) hasil: ibu mengatakan akan lebih sering memberi anaknya
minum.

14
EVALUASI KEPERAWATAN

Kamis, 19 Desember 2019


Pukul 07.20 WIB Via Telfon Subjektif : Ibu mengatakan anak masih batuk
Subjektif : Ibu mengatakan anak masih batuk dan pilek tetapi sudah bisa
berdahak dan pilek, ibu mengatakan mengeluarkan sputum
anak masih malas minum Objektif : Tidak ada
Objektif : Tidak ada Analisa : Masalah keperawatan bersihan
Analisa : Masalah keperawatan bersihan jalan
jalan nafas belum teratasi dan tujuan belum
nafas belum teratasi dan tujuan belum tercapai.
tercapai. Perencanaan : Tindakan keperawatan
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
dilanjutkan. Rencana tindakan keperawatan dirumah:
Rencana tindakan keperawatan dirumah: 1. Anjurkan sering melakukan batuk efektif
1. Anjurkan sering melakukan batuk efektif 2. Anjurkan minum air hangat
2. Anjurkan minum air hangat 3. Anjurkan minum sesuai kebutuhan (1600 cc/24jam)
3. Anjurkan minum sesuai kebutuhan (1600 cc/24jam) 4. Beritahu kapan harus kembali segera (saat nafas
4. Beritahu kapan harus kembali segera (saat nafas cepat, saat sukar bernafas)
cepat, saat sukar bernafas) 5. Anjurkan untuk kembali control pada hari Jum’at, 20
5. Anjurkan untuk kembali control pada hari Jum’at, 20 Desember 2019 di poli anak
Desember 2019 di poli anak

Pukul 19.25 WIB Via Telfon 15


BAB 4
PEMBAHASAN
Pengkajian Keperawatan Diagnosa Keperawatan
Kesenjangan pada keluhan utama antara teori dan kasus, Diagnosa yang muncul diteori tetapi tidak terdapat
yaitu; klasifikasi dehidrasi. Dalam kasus pasien mengalami dikasus adalah gangguan integritas kulit berhubungan
BAB dengan konsistensi cair sebanyak 1 kali dalam sehari, dengan kekurangan volume cairan, perubahan status
tetapi pada pasien terdapat dehidrasi ringan dengan tanda nutrisi, perubahan sirkulasi dan diagnosa gangguan rasa
gejala seperti kesadaran composmentis, mukosa bibir nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
kering, pupil isokor, telapak tangan teraba kasar dan kering, gastroenteritis, kurang pengendalian lingkungan.
balance cairan -100 ml.
Diagnosa yang muncul dikasus tetapi tidak terdapat di
Kesenjangan pada data penunjang dalam kasus dan teori, teori adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
pada teori terdapat pemeriksaan pemeriksaan feses (stool berhubungan dengan hipersekresi sekret, Resiko
test) dan uji endoskopi atau biopsy pada kolon tetapi pada penyebaran infeksi berhubungan dengan
kasus tidak dilakukan pemeriksaan tersebut. ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: Kerusakan
integritas kulit, dan Ansietas ringan berhubungan dengan
Terdapat pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada dampak hospitalisasi.
kasus tetapi tidak terdapat dalam teori, yaitu pemeriksaan
16
hematologi, urine lengkap dan uji widal
Pelaksanaan Evaluasi
Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Keperawatan

Pada masalah ini rencana tindakan Tindakan yang dilakukan oleh Diagnosa keperawatan yang
diberikan yaitu: pengkajian keadaan penulis tetapi tidak dilakukan masalah keperawatan yang
umum dan kesadaran pasien, oleh perawat ruangan adalah belum teratasi, yaitu
memonitor pola nafas (frekuensi,
mengajarkan batuk efektif diagnosa bersihan jalan
kedalaman, usaha nafas), suara
nafas, tanda sianosis pada pasien, sembari melakukan terapi nafas tidak efektif
mengkaji CRT (Capillary refil time), bermain untuk meminimalkan berhubungan dengan
identifikasi kemampuan batuk, stress dan tindakan fisioterapi hipersekresi sekret karena
mengobservasi status cairan, dada. saat dilakukan pengkajian
mengatur posisi pasien untuk pasien masih mengalami
memaksimalkan ventilasi (semifowler Tindakan yang tidak dilakukan batuk dan pilek
atau fowler). Mengajarkan fisioterapi
oleh penulis dan perawat yaitu
dada bila perlu, menganjurkan minum
air hangat, mengatur intake cairan, berkolaborasi dalam pemberian
menganjurkan meningkatkan istirahat, bronkodilator
mengajarkan tekhnik batuk efektif,
berkolaborasi dalam pemberian
bronkodilator bila perlu. 17
BAB 5
KESIMPULAN PENUTUP
Pada pengkajian terdapat kesenjangan pada pemerikasaan diagnostik. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan
hematologi, urine dan test widal dan pemeriksaan yang tidak dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan feses.

Diagnosa yang terdapat pada kasus An. F dengan gastroenteritis adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi sekret, hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan, defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan, resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer: Kerusakan integritas kulit, ansietas ringan berhubungan dengan dampak hospitalisasi dan defisit
pengetahuan orang tua mengenai penyakit gastroenteritis berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Perencanaan pada kasus ini diprioritaskan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi sekret dengan pelaksanaan tindakannya, yaitu memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),
memonitor suara nafas, memonitor tanda sianosis pada pasien, mengidentifikasi kemampuan batuk, melakukan fisioterapi
dada, memberikan minum sesuai kebutuhan (1600 cc/24jam), menganjurkan minum air hangat, mengobservasi status
cairan dan mengajarkan tekhnik batuk efektif.
 
Evaluasi keperawatan pada kasus sudah teratasi adalah diagnosa hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake
cairan, defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, resiko penyebaran infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan integritas kulit, ansietas ringan berhubungan dengan
dampak hospitalisasi, defisit pengetahuan orang tua mengenai penyakit gastroenteritis berhubungan dengan kurang
terpapar informasi. Evaluasi keperawatan pada kasus belum teratasi adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi sekret 18
SARAN

 Bagi Keluarga Pasien


Perawat diharapakan mampu memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk melakukan
tindakan
mandiri dirumah, dapat memberikan edukasi kepada keluarga bahwa penyakit gastroenteritis dapat
menimbulkan gejala dari penyakit lain yaitu infeksi pada saluran pernafasan

 Bagi Pelayanan Keperawatan


Pada ruang perawatan anak diharapkan menyediakan lingkungan yang nyaman seperti pencahayaan
yang cukup dan suhu ruangan yang nyaman untuk anak. Tersedianya sarana dan prasarana untuk
perlindungan diri yaitu hand rub dan perawat mampu melakukan bermain terapeutik sesuai dengan
usia dan tahap perkembangan pada anak

 Bagi Pendidikan Keperawatan


Bagi mahasiswa diwajibkan mengetahui tanda gejala, penyebab dan perawatan yang harus dilakukan
pada pasien dengan gastroenteritis, perawatan utama yang harus dilakukan terhadap diare dan
tindakan medis yang dilakukan dengan tujuan untuk pengobatan

19
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anzani, B. P. & Saftarina, F. (2019). Penatalaksanaan diare
Pusmarani, J. (2019). Farmakoterapi penyakit
pada anak usia 2 tahun dengan pendekatan kedokteran gastrointestinal [e-book]. Diambil dari
keluarga. Majority, 8(2), 1-8. https://
  books.google.co.id/books?id=RxjGDwAAQBAJ&pg=PA5&d
Ayustawati. (2013). Mengenai keluhan anda [e-book]. q=patofisiologi+diare&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwijvcjn3Mb
Diambil dari oAhXp4XMBH enrBX4Q6AEINjAC
https://books.google.co.id/books?id=uTwfBQAAQBAJ&pg=
PA30&dq=mengenai+keluhan+anda&hl=id&sa=X&ved=0ah Sampakang, E, R. & Herwanto. (2019). Angka kejadian
UKEwjfnsT9sbjoAhXNcn0KHR0TBW4Q6AEIKDAA diare pada anak usia 6-24 bulan dengan riwayat pemberian
. ASI eksklusif di puskesmas kecamatan grogol petamburan.
Tarumanagara Medical Journal, 2(1),
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Manajemen terpadu 143-147.
balita sakit (MTBS). Jakarta: Kemenkes RI  
Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. (2017). Hubungan
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada
Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. anak 1-4 tahun di wilayah puskesmas pekan bahorok. Ibnu
Sina, 25(4), 1-11.
Nari, J. (2019). Asuhan keperawatan pada anak dengan
gastroenteritis akut dalam upaya pemenuhan kebutuhan World health organization. (2017). Diarrhoeal disease in
cairan dan elek trolit di ruangan anak rsud dr.m.haulussy. children due to contaminated food. Bulletin of the world
Global Health Science, 4(3), 159-164. health organization, 95(3), 165-240. Di ambil dari https://
www.who.int/bulletin/volumes/95/3/16-173229/en/

20

Anda mungkin juga menyukai