Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

FRAKTUR TULANG BELAKANG

Oleh

KELOMPOK: III

Program Studi Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MALUKU HUSADA

KAIRATU

2015

NAMA – NAMA KELOMPOK

1. RAHMAN GADER

2. KADIR A HEHANUSA

3. VICTOR LASOL

4. SANTI IBRAHIM

5. TIKA ANITA SARI

6. ANGGRIANI LAI LAI

7. EKA ARNINDI TATUHEY

8. LISDA S RUMRA

9. SULFIANTI

10. FITRI KARMILA IBRHIM

11. HASMIA NASNIA

12. JUMRA D SAMPULAWA

13. MIRNAWATI M KELIAN

14. EDA HATAUL

15. RAMLA MAHU

16. SADAM HUSEN

17. SURTI ANUR


18. SARTI ODE

19. WA ARNI

20. WA HAJIJA

21. ASMIATI LESSY


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i stikes Maluku husada maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Fraktur
Tulang Belakang”.

Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang


sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Kairatu, Juli 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS

B. KONSEP KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DATAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher
sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang
servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral.
Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae.
Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang
belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang
tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di
tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer,
Arif, et al. 2000).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu fraktur tulang belakang
2. Penyebab fraktur
3. Perawatan fraktur
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher
sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang
servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral.
Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae.
Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang
belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang
tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di
tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer,
Arif, et al. 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Cedera
tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis
akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah
raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997).

2. ETIOLOGI
a. Fraktur patologis fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis
Imperfekta, Osteoporosis dan Penyakit metabolic
b. Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
 Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
 Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

3. PATOFISIOLOGI
Akibat suatu trauma mengenai tulang belakang Jatuh dari ketinggian,
kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga. Mengakibatkan patah tulang
belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis Fraktur dapat berupa patah
tulang sederhana, kompresi, kominutif Dan dislokasi, sedangkan sumsum
tulang belakang dapat berupa memar, Kontusio, kerusakan melintang, laserasi
dengan atau tanpa gangguan Peredaran darah.
Blok syaraf pernapasan  respon nyeri hebat dan akut anestesi Iskemia
dan hipoksemia  syok spinal  gangguan fungsi rektum,kandung
kemih, gangguan rasa nyaman nyeri dan potensial komplikasi Hipotensi,
bradikardia gangguan eliminasi.

4. MANIFESTASI KLINIS
Disfungsi neurologis akibat DAO bisa dibagi kedalam lesi yang
mengenai batang otak, saraf kranial, kord spinal atas, dan akar saraf spinal.
Banyak pasien yang disertai cedera kepala hingga memperrumit gambaran
neurologis.
Cedera batang otak walau sering pada DAO, tidak selalu tampil
lengkap. Postur deserebrasi atau adanya kehilangan fungsi batang otak
lengkap mungkin tampak, walau sulit untuk memastikan apakah seluruhnya
akibat DAO pada pasien yang disertai cedera kepala. Kerusakan piramidal
diskreta mungkin mengakibatkan paraparesis. Ketidakstabilan kardiopulmoner
berakibat bradikardia, respirasi yang irreguler, atau bahkan apnea dapat terjadi
setelah kerusakan batang otak. Kerusakan batang otak berat paling mungkin
sebagai penyebab kematian yang tinggi. Dislokasi kranioservikal mungkin
berakibat avulsi atau peregangan saraf kranial bawah. Saraf kranial keenam,
sembilan hingga duabelas, adalah yang terutama berrisiko.
Etiologi sebenarnya disfungsi saraf keenam sulit dipastikan pada
pasien yang disertai cedera kepala. Hipertensi berat mungkin timbul bila
kedua sinus karotid mengalami denervasi setelah cedera saraf kesembilan.
Gangguan fungsi kord spinal atas berakibat kuadri- plegia, walaupun
hemiparesis lebih sering terjadi pada pasien dengan DAO (setiap disfungsi
motori mungkin juga menunjukkan cedera batang otak). DAO traumatika
mungkin juga disertai cedera akar servikal. Cedera unilateral multipel pada
akar servikal bisa menyerupai lesi pleksus brakhial. Sebagai tambahan atas
kerusakan neural langsung, cedera arteria vertebral mungkin menyebabkan
iskemia atau disfungsi neural. DAO berhubungan dengan kompresi, robekan
intimal, spasme, dan trombosis pembuluh ini. Beberapa pasien dengan DAO
bisa dengan defisit yang timbul tidak sejak awal. Ini mungkin karena trauma
tambahan terhadap sistema saraf (sekunder terhadap pergerakan pada tulang
belakang yang tak stabil) atau terhadap masalah lain seperti iskemia akibat
emboli atau trombosis pembuluh yang rusak. Pasien DAO sering dengan
cedera berganda dan karenanya harus dinilai secara lengkap atas cedera
lainnya.

5. KOMPLIKASI
a. Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke
jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar
akibat trauma.
b. Mal union, gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek
menyebabkan mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan
lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat
saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan
(non union).
c. Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu.
Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
d. Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam
waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.
e. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau
pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat
seperti plate, paku pada fraktur.
f. Emboli lemak.
g. Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung
dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat
pembuluh darah kecil, yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
h. Sindrom Kompartemen Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat
kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)
CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru
AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan:
a. Faktur stabil (tanpa kelainan neorologis) maka dengan istirahat saja
penderita akan sembuh.
b. Fraktur dengan kelainan neorologis, Fase Akut (0-6 minggu)
1. Live saving dan kontrol vital sign
2. Perawatan trauma penyerta
- Fraktur tulang panjang dan fiksasi interna.
- Perawatan trauma lainnya.

c. Fraktur/Lesi pada vertebra


1. Konservatif (postural reduction) (reposisi sendiri)
Tidur telentang alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam mencegah
dekubitus, terutama simple kompressi.
2. Operatif
Pada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara konservatif dan
operatif. Jika dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam pertama
dengan cara:
- Laminektomi
mengangkat lamina untuk memanjakan elemen neural pada kanalis
spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks.
- fiksasi interna dengan kawat atau plate
- anterior fusion atau post spinal fusion
3. Perawatan status urologi
Pada status urologis dinilai tipe kerusakan sarafnya apakah supra
nuldear (reflek bladder) dan infra nuklear (paralitik bladder) atau
campuran. Pada fase akut dipasang keteter dan kemudian secepatnya
dilakukan bladder training dengan cara penderita disuruh minum
segelas air tiap jam sehingga buli-buli berisi tetapi masih kurang 400
cc. Diharapkan dengan cara ini tidak terjadi pengkerutan buli-buli dan
reflek detrusor dapat kembali.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajin
Pengkajian pada klien dengan trauma tulang belakang meliputi:
a. Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok
spinal
b. Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi,
Hipotensi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucat
c. Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi
perut, peristaltik hilang
d. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,
gelisah dan menarik diri
e. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang
f. Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL
g. Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis
flasid, Hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek,
perubahan reaksi pupil, ptosi
h. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah
trauma, dan Mengalami deformitas pada daerah trauma
i. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
j. Keamanan : suhu yang naik turun

2. Diagnosa
Adapun diagnosa yang yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada
fraktur servikal, diantaranya :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragmakerusakan
b. Mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan gangguan rasa nyaman
nyeri
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
d. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat
perkemihan.

3. Intervensi
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot
diafragmakerusakan
Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil : ventilasi adekuat

Intervensi
1) Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak
Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan
untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
2) Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan
karakteristik sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk
mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
3) Kaji fungsi pernapasan
Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi
pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami
kelumpuhan.
4) Auskultasi suara napas
Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi
sekret yang berakibat pnemonia.
5) Observasi warna kulit.
Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang
memerlukan tindakan segera
6) Kaji distensi perut dan spasme otot.
Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan
diafragma
7) Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi
sekret sebagai ekspektoran.
8) Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan
pernapasan
Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus
menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
9) Pantau analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas
sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
10) Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan
keadaan isufisiensi pernapasan.
Rasional : Membentu pasien dalam bernafas
11) Lakukan fisioterapi nafas.
Rasional : mencegah sekret tertahan

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dng kelumpuhan


Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa
diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien
mampu beraktifitas kembali secara bertahap.

Intervensi
1) Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
2) Lakukan log rolling
Rasional : membantu ROM secara pasif
3) Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki.
Rasional : mencegah footdrop
4) Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.
Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik
5) Inspeksi kulit setiap hari.
Rasioanl : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi
kerusakan integritas kulit.
6) Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.
Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan spastisitas.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan
dan pengobatan
Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang

Intervensi
1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
2) Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu,
distensi kandung kemih dan berbaring lama.
3) Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu
mengontrol nyeri.
4) Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol.
5) Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan
kecemasan dan meningkatkan istirahat.

d. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat


perkemihan.
Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatan
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada
Intervensi
1) Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam.
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2) Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
Rasional : dengan palpasi dapat mengetahui kelainan yang ada
3) Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
4) Pasang dower kateter.
Rasional : membantu proses pengeluaran urine
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Cedera
tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis
akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah
raga dan lain-lain.

B. SARAN
Penulis mengharapkan makalah ini dpat di jadikan sebgai pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan dan di jadikan sebagai tmbahan
sumber bahan kuliah pada mata kuliah Moskuloskeletal di program SI
Keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput
dari salah dan kehilafan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai