Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA Panduan Nasional Penanganan Kanker

Kanker
Rektum
Versi 1.0 2015
Komite Nasional
Penanggulangan Kanker
(KPKN)

2015
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI

Daftar isi……………………………………………………………….ii

Pendahuluan………………………………………........…………….1
PANDUAN NASIONAL
Diagnostik..……..............………….………………........…...……...1
PENANGANAN KANKER REKTUM
Klasifikasi Histologik dan Stadium.............………………….…….3

Penatalaksanaan…………………………...……...........…………...5

Referensi.......................................................................................6
Disetujui oleh:
Algoritma.......................................................................................7
Ikatan Ahli Bedah Digestif Indonesia (IKABDI)

Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik


Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN)

Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia (IAPI)

Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI)

ii
PENDAHULUAN PROSEDUR DIAGNOSTIK

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Karsinoma rekti didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada
Anamnesis
rektum, yang sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan
Keluhan perdarahan melalui anus, gangguan defekasi, kadang
terbanyak pada rektum adalah Adenokarsinoma.
didapatkan massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus,
Rektum merupakan bagian bawah kolon mulai 12 cm anocutan line anemia, penurunan berat badan.
(ACL) ke arah anus diatas anal kanal dan dibagi menjadi 3 bagian: Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering
1/3 atas, 1/3 tengah dan 1/3 bawah. Struktur rektum terletak menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti:
retroperitoneal, dan berdasar aliran getah beningnya, rektum • Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi
memiliki beberapa kelenjar getah bening regional, yaitu KGB defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu pada
presakral, KGB iliaka interna, dan untuk bagian distal, KGB iliaka semua umur
eksterna dan inguinal. Letak anatomi ini berperan memberikan • Defekasi seperti kotoran kambing
morbiditas yang besar pada bedah ekstirpasi dan terjadinya • Perdarahan per-anum tanpa gejala anal pada individu
rekurensi lokoregional. Anatomi dari rektum yang terletak distal dan berusia di atas 60 tahun
terdapatnya sfingter anus juga merupakan hal yang penting • Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar
diperhatikan demi kualitas hidup pasien. berlendir
• Massa intra-luminal di dalam rektum
Penderita kanker rektum berkisar 40.000 per tahun di AS. Dengan
• Tanda-tanda obstruksi mekanik usus
perkembangan metode pembedahan, kemoterapi dan radioterapi
pada beberapa tahun terakhir, telah dimungkinkan tercapainya hasil
terapi yang lebih baik pada karsinoma rekti.

1
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda anemia, kadang • Pemeriksaan foto toraks PA

dapat pula ditemukan massa yang teraba pada abdomen, atau • CT scan/MRI

tanda-tanda obstruksi usus • Ultrasonografi (USG) abdomen

Pemeriksaan colok dubur: • Ultrasonografi (USG) endorektal (bila dapat dikerjakan)

Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap penderita dengan gejala ano- • PET scan (bila diperlukan/tidak rutin)

rektal. Tujuan pemeriksaan ini untuk menetapkan keutuhan sfingter


ani dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum Pemeriksaan Patologi Anatomi

1/3 tengah dan distal, serta menetapkan jarak antara tumor dengan Biopsi dari rektum dan spesimen reseksi menentukan jenis

anocutan line. keganasan dan derajat diferensiasinya

Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:


• Keadaan tumor Pemeriksaan Kolonoskopi/proktoskopi

• Mobilitas tumor Endoskopi

• Ekstensi penjalaran Pemeriksaan endoskopi yang dapat dilakukan:


• Sigmoidoskopi rigid / Rektoskopi

Pemeriksaan Penunjang • Sigmoidoskopi fleksibel

Dalam menegakkan diagnosis karsinoma rekti, beberapa (Lebih efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi rigid

pemeriksaan yang sering dilakukan adalah: untuk visualisasi kolon dan rektum)

Pemeriksaan Laboratorium • Kolonoskopi

Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis. (Akurasi sama dengan kombinasi enema barium kontras

Kimia darah ganda + sigmoidoskopi fleksibel untuk KKR atau polip > 9

Tumor marker CEA mm.

2
Penentuan Stadium Klinik N1 : Metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
Penentuan stadium klinik dilakukan berdasarkan hasil imaging (CT N1a : Metastasis pada satu kelenjar getah bening regional
Scan/MRI, toraks foto, dan USG transrektal/TRUS) N1b : Metastasis pada 2-3 kelenjar getah bening regional
N1c :Tumor deposit pada subserosa, mesenteri, atau
KLASIFIKASI STADIUM DAN HISTOLOGIK perikolik nonperitoneal atau jaringan perirektal tanpa
metastasis kelenjar getah bening regional
Klasifikasi stadium N2 : Metastasis pada 4 atau lebih kelenjar getah bening regional
Stadium Karsinoma Kolorektal Berdasarkan Sistem TNM American N2a : Metastasis pada 4-6 kelenjar getah bening regional
Joint Comittee on Cancer (AJCC), edisi ke 7, tahun 2009. N2b : Metastasis pada 7 atau lebih kelenjar getah bening
regional
T- Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai M- Metastasis jauh
T0 : Tidak ada evidens adanya tumor primer M0 : Tidak ada metastasis jauh
Tis : Karsinoma in situ: intraepitelial atau invasi lamina propria. M1 : Metastasis jauh
T1 : Tumor invasi submukosa M1a : Metastasis terbatas pada satu organ atau bagian
T2 : Tumor invasi muskularis proria (contoh, hati, paru-paru, ovarium, kelenjar non-regional
T3 : Tumor invasi melewati muskularis propria ke dalam jaringan M1b : Metastasis pada lebih dari satu oragan/bagian atau
perikolorektal peritoneum
T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum viseral
T4b : Tumor invasi langung atau menempel pada organ atau
struktur lain

N- Kelenjar getah bening regional


Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastasis kelenjar getah bening

3
Grade II: Tumor berdifferensiasi sedang, mengandung
Pengelompokan Stadium
komponen glandular 50-95%
Stadium T N M Dukes MAC
Grade III: Tumor berdifferensiasi buruk, mengandung komponen
Stadium 0 : Tis N0 M0 - -
glandular 5-50%, adenokarsinoma musinosum dan signet ring
Stadium I : T1 N0 M0 A A
cell carcinoma termasuk dalam grade III
: T2 N0 M0 A B1
Grade IV: Tumor tidak berdifferensiasi, kandungan komponen
Stadium IIA : T3 N0 M0 B B2
glandular <5%, adenokarsinoma medular termasuk dalam grade
IIB : T4a N0 M0 B B2
IV.
IIC : T4b N0 M0 B B3
Stadium IIIA :T1-T2 N1/N1c M0 C C1
Tipe histologik dalam penggunaan panduan ini dibatasi pada
: T1 N2a M0 C C1
karsinoma rekti jenis adenokarsinoma saja, sedangkan tipe
IIIB : T3-T4a N1/N1c M0 C C2
histologik lainnya akan dibahas secara per kasus dalam kolorektal
: T2-T3 N2a M0 C C1/C2
meeting.
:T1-T2 N2b M0 C C1
IIIC :T4a N2a M0 C C2
Standar pelaporan hasil Patologi Anatomi
:T3-T4a N2b M0 C C2
Makroskopik
:T4b N1-N2 M0 C C3
• Kondisi mesorektum utuh atau tidak utuh
Stadium IVA : Semua T SemuaN M1a - -
• Ukuran tumor
IVB : Semua T SemuaN M1b - -
• Batas sayatan yang terdekat dengan tumor
• Jarak terdekat massa tumor dengan permukaan
Grading
mesorektum
Pembagian derajat keganasan tumor berdasar kriteria yang • Jumlah kelenjar getah bening
dianjurkan WHO: • Batas-batas sayatan apakah bebas tumor
Grade I: Tumor berdifferensiasi baik, mengandung struktur
glandular >95%

4
Mikroskopik 2. Stadium IIA-IIIC: Neoadjuvan kemoradioterapi (5-FU/RT short
• Jenis tumor course atau Capecitabine/RT short course), reseksi
• Grading tumor transabdominal (AR atau APR) dengan teknik TME dan terapi
• Staging tumor adjuvant (5-FU ± leucovorin or FOLFOX or CapeOX)
3. Stadium IIIC dan/atau locally unresectable: Neoadjuvant: 5-FU/
RT or Cape/RT or 5FU/Leuco/RT (RT: Long course 25x), reseksi
TATALAKSANA trans-abd resection + teknik TME bila memungkinkan dan
adjuvant in any T (5-FU ± leucovorin or FOLFOX or CapeOx)
Pasien mendaftar di bagian pendaftaran poliklinik sesuai dengan 4. Stadium IVA/B (metastasis dapat direseksi): Kombinasi
dokter yang diinginkan Pemeriksaan oleh dokter sesuai nomor urut, kemoterapi atau reseksi staged/synchronous lesi metastasis+
meliputi : lesi rektum atau 5-FU/pelvic RT. Lakukan reassessmen untuk
Anamnesa, pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang menentukan stadium dan kemungkinan reseksi.
untuk menentukan terapi selanjutnya sesuai dengan staging TNM 5. Stadium IVA/B (metastasis synchronous tidak dapat direseksi
edisi ke 7. atau secara medis inoparabel): Bila simptomatik (terapi
Pemeriksaan penunjang yang wajib dilakukan: simptomatis: reseksi atau stoma atau kolon stenting), lanjutkan
Laboratorium rutin (termasuk CEA), radiologi: chest Xray, USG dengan kemoterapi untuk kanker lanjut. Bila asimptomatik
transanal (ERUS), CT scan dengan kontras atau MRI, rigid berikan terapi non-surgikal lalu reassess untuk menentukan
proktoskopi, biopsi. kemungkinan untuk reseksi.

Setelah melengkapi data tersebut diatas, data pasien akan dibawa PEMANTAUAN
kedalam colorectal meeting untuk ditentukan terapi selanjutnya
sesuai dengan protokol dibawah ini: Evaluasi dan Follow Up
1. Stadium I: Eksisi transanal atau reseksi transabdomen + Pasien diminta kontrol sesuai jadwal untuk diberitahu tentang terapi
teknik TME bila resiko tinggi, observasi. selanjutnya, bila pasien setuju, maka pasien akan dijadwalkan sesuai
dengan rencana terapi selanjutnya.

5
Bila perlu dioperasi maka pasien harus dirawat paling lambat 1 hari
sebelum tindakan untuk pemeriksaan pra anestesi oleh dokter KEPUSTAKAAN:
anestesi atau lebih awal sesuai dengan kebutuhan toleransi operasi. 1. NCCN Guidelines Version 4.2013: Rectal Cancer
Persiapan operasi , termasuk persiapan kolon dilakukan di ruangan 2. Desch CE, Benson III AB, Somerfield MR, et al. Colorectal
oleh perawat atas instruksi dokter bedah. Pasien sudah harus datang cancer surveillance: 2005 update of the American Society of
30 menit sebelum tindakan untuk menyelesaikan administrasi Clinical Oncology Practice Guideline. J Clin Oncol 2005;
keuangan sebelum dilakukan tindakan. Tindakan anestesi dilakukan 23(33):8512-8519.
oleh dokter ahli anestesi

Tindakan pembedahan berupa reseksi transanal atau Low Anterior


atau reseksi anorektal melalui pendekatan Abdomin Perineal baik
laparoskopik / konvensional dilakukan oleh dokter bedah atas indikasi
Pembuatan pengaman Ileostomi ditentukan oleh ahli bedah yg
melakukan operasi. Untuk TME+LAR, dianjurkan untuk dibuat
pengaman ileostomy.

Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan sesuai indikasi. Perawatan


ruangan menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan dipulangkan
pabila kondisi pasien dianggap memungkinkan.

Penatalaksanaan lebih lanjut berdasarkan stadium Patologis, yaitu


pemberian adjuvant terapi.

6
Panduan Nasional Penanganan Kanker

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA Adenokarsinoma Rektum Versi 1.0 2015

Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN)

Anda mungkin juga menyukai