Anda di halaman 1dari 73

Ca Colorectal

WARDAH FAUZIAH., M.Kep


ANATOMI
 Colon ascendens panjangnya sekitar 13 cm, dimulai dari
caecum pada fossa iliaca dextra sampai flexura coli dextra

 Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan


dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra

 Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari


flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana
dimulai colon sigmoideum.
 Colon sigmoideum terletak didalam fossa iliaca sinistra.
 Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang
tergantung isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat
memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui
aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke
arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi.
 Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum
yang memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini
intraperitoneal.
 Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon
transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai
flexura coli dextra.
 Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang
menyebabkan letak dari colon transversum sangat
bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.
 Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris
dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel goblet.
 Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar
longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk
taenia koli.
 Di dalam mukosa dan submukosa banyak terdapat
kelenjar limfa, terdapat lipatan-lipatan yaitu plica
semilunaris
 Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut
haustra coli.
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingots’s Abdominal operation. 10th
edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingots’s Abdominal operation. 10th
edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
 Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis
antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena
haemorrhoidalis medius dan inferior.
 yang bermuara kedalam vena porta melalui vena
mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior,
sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna.
 terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca
interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila
terjadi pembendungan pada aliran vena.
EPIDEMIOLOGI
 Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga di dunia
pada tingkat insiden dan mortalitas
 Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per
100.000 penduduk. Hanya 3,2% dari kasus kanker yang
baru mencari perawatan di Rumah Sakit
 Insidensi pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak
terjadi pada usia produktif

Zahari A : Deteksi dan Diagnosa Dini Kanker kolon dan Rektum: Majalah Kedokteran Andalas
Vol 26.Ed Suplemen 2002;S63-70
http://usebrains.files..com/2008/11/clip-image009.jpg
ETIOLOGI
 Faktor genetik
 Kelompok yang diturunkan (inherated) <10% (ex. FAP & HNPCC)
 Kelompok sporadik sekitar 70%  >35% terjadi pada umur muda
 Kelompok familial mencakup 20%

 Faktor lingkungan
 Bereaksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat
berkembang menjadi karsinoma kolorektal

Weinberg,D;Lewis,N;Sigurdson, E;Meyers,M:Adenocarcinoma Colon and Rectum in Diseases of the


Colon edited Wexner S,D ;Stollman;N .Nen, york 2007;477-s06.
FAKTOR RESIKO
 Polip
 Idiophathic Inflamatory Bowel Disease
 Ulseratif Kolitis
 Penyakit Crohn’s
 Faktor Genetik
 Riwayat Keluarga
 Herediter Kanker Kolorektal
 FAP
 HNPCC
 Diet
 Gaya Hidup
 Usia
Lynch HT, Chapelle ADL. Hereditary Colorectal Cancer. the New England Journal of
Medicine. 2009. Available from : www.pubmed.com p.348:919-932
PATOFISIOLOGI

Loss of heterozygosty
(LOH)
Dua jalur utama inisiasi
pembentukan dan progresi
tumor
Replication error
(RER)

Zahari A : Deteksi dan Diagnosa Dini Kanker kolon dan Rektum: Majalah Kedokteran Andalas
Vol 26.Ed Suplemen 2002;S63-70
Tipe polipoid atau
vegetatif

Secara
Tipe skirus
makroskopik

Tipe Ulseratif
MANIFESTASI KLINIS
 Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi
dan tidak spesifik.

 Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal


berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.
Letak keganasan kolorektal
Kolon kanan
• Kelemahan yang tidak dapat dijelaskan / anemia
• Tes darah samar pada feses
• Gejala dispepsia
• Ketidaknyamanan abdomen kanan persisten
• Teraba massa abdominal

Kolon kiri
• Gangguan pola buang air besar
• Darah makro pada feses
• Gejala obstruksi
Rektum
• Pendarahan per rektal
• Gangguan pola buang air
• Adanya sensasi tidak lampias
• Teraba tumor intrarectal
  KOLON KANAN KOLON KIRI REKTUM
ASPEK KLINIS Kolitis Obstruksi Proktitis
NYERI Karena penyusupan Obstruksi Obstruksi
Tenesmi terus
DEFEKASI Diare/diare berkala Konstipasi progresif
menerus
OBSTRUKSI Jarang Hampir selalu Hampir selalu
DARAH PADA
Samar Samar/makroskopik Makroskopik
FESES
Normal/diare
FESES Normal Perubahan bentuk
berkala
DISPEPSIA Sering Jarang Jarang
ANEMIA Hampir selalu Lambat Lambat
MEMBURUKNYA
KEADAAN Hampir selalu Lambat Lambat
UMUM

Gambaran klinis karsinoma kolorektal


http://www.bcmj.org/articles/surgery-colorectal-cancer-current-trends
Gambar 9. Gambaran kedalaman tumor
Stadium
Deskripsi Bertahan 5
Dukes TNM Derajat
histopatologis tahun (%)

Kanker terbatas pada


A T1N0M0 I >90
mukosa/submukosa
Kanker mencapai
B1 T2N0M0 I 85
muskularis
Kanker cenderung
B1 T3N0M0 II masuk / melewati 70-80
lapisan serosa
C TxN1M0 III Metastasis 35-65
D TxNxM1 IV   5
Tabel 3. Stadium dan Prognosis Kanker Kolorektal
DIAGNOSIS
 Ditegakkan berdasarkan
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Rectal touche
 Pemeriksaan penunjang

 Diagnosis pasti ditentukan berdasarkan pemeriksaan


patologi anatomi
PEMERIKSAAN FISIK
• Adanya bekas operasi
• Penonjolan massa
Inspeksi • Darm kontur
• Darm steifung

• Meraba adanya massa


Palpasi • Pembesaran hepar, asites
• Nyeri tekan pada abdomen

Perkusi • Redup

Auskultasi • Bising usus (+) normal

Sumber
Sumber :: Sjamsuhidajat,
Sjamsuhidajat, Wim
Wim de
de Jong.
Jong. 2010.
2010. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik.
Fisik. Buku
Buku ajar
ajar ilmu
ilmu bedah.
bedah. Edisi
Edisi 3.
3. Jakarta:
Jakarta: EGC.
EGC.
Hal289-293.
Hal289-293.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab
• Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon
memberikan hasil normal.
• Perdarahan samar
• Kadar CEA tinggi pada 70% pasien dengan ca colon

Radiologi
• Proctoscopy untuk mengevaluasi kanal anal, rektum dan kolon
sigmoid.
• Rectosigmoidoscopy
• Colonoscopy, sangat sensitif dalam mendeteksi polip kecil sekalipun
• Barium enema kontra, sensitif dalam mendeteksi polip > 1cm yaitu
sekitar 90%.

CTC
• Sensitifitas 88% dan spesifisitas 95% untuk mendeteksi polip ukuran >
10mm.

Sumber : Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2010. Kolon dan anorektum. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hal762-65.
Kolonoskopi dan sigmoidoskopi

Proctoscopy
Pemeriksaan Barium Enema

Barium enema normal Karsinoma anular kolon sigmoid


Tata laksana
 Tatalaksana yang dapat diberikan ialah reseksi
operasi luas dari lesi dan drainase regional
limfatik

 Tujuan
terapi karsinoma kolon ialah
mengeluarkan tumor dan suplai limfovaskular

 Bila
seluruh tumor tidak dapat diangkat, maka
dibutuhkan terapi paliatif
Stage 0 ( Tis, N0,M0)

Polip yang mengandung carcinoma in situ/ high grade dysplasia


tidak memiliki resiko metastasis nodus limfatikus.

Akan tetapi, high grade dysplasia meningkatkan resiko karsinoma


invasif.

Karena alasan ini, maka polip dieksisi lengkap dan batasnya harus
bebas dari displasia.polip bertangkai harus dilepaskan secara komplit
secara endoskopi

Apabila polip tidak dapat diangkat seluruhnya, maka dilakukan


reseksi segmental.
Stage I: Malignant Polyp (T1, N0, M0)

Pengelolaan polip malignant didasarkan atas resiko rekurensi dan


metastasis ke kelenjar getah bening.

Metastase ke kelenjar getah bening berdasarkan kedalaman invasi


polip.

Pada invasi limfovaskular, histologi diferensiasi buruk dapat


dilkakukan segmental kolektomi.
Stages I and II: Localized Colon Carcinoma (T1-3, N0, M0)

Mayoritas pasien dengan stadium 1 dan 2 dapat disembuhkan dengan


operasi reseksi.

Beberapa pasien dengan reseksi komplit stadium 1 dapat berkembang


rekurensi lokal atau jauh dan kemoterapi tidak meningkatkan survival
pasien ini.

Sebanyak 46% pasien dengan reseksi komplit stadium 2 dapat beresiko


kematian
Stage III: Lymph Node Metastasis (Tany, N1, M0)

Pasien dengan keterlibatan kelenjar getah bening merupakan resiko


yang tinggi terhadap rekurensi.

Oleh karena itu, direkomendasikan ajuvan kemoterapi rutin pada


pasien ini.

Regimen yang digunakan ialah 5- Flourouracil dengan levamisole atau


leukovorin mengurangi rekurensi dan meningkatkan angka ketahanan
hidup.

Agen kemoterapi yang baru ialah as capecitabine, irinotecan,


oxaliplatin, angiogenesis inhibitors, dan immunotherapy
Stage IV: Distant Metastasis (Tany, Nany, M1)

Angka survival sangat terbatas pada stadium ini.

Pasien dengan penyakit sistemik, sebanyak 15% akan bermetastase ke


hati.

Pada stadium ini, sebanyak 20% potensial reseksi untuk sembuh

Pasien yang tidakdioperasi difokuskan untuk paliatif terapi.

Terapi paliatif yang digunakan ialah stenting untuk lesi obstruksi kolon
kiri.
Reseksi kolorektal
Reseksi kolorektal dilakukan pada kondisi bervariasi termasuk
neoplasma ( jinak dan ganas), inflamatori bowel disease dan kasus lain.

Reseksi

Secara umum, ligasi proksimal mesenterik akan mengelimnasi aliran darah pada bagian
kolon lebih besar dan membutuhkan kolektomi.

Pada reseksi proses benign, tidak diperlukan reseksi mesenterika dan omentum dapat
tetap dipertahankan.
 Emergensi reseksi

Reseksi jenis ini digunakan dalam kasus obstruksi, perforasi dan


hemoragi. Pada keadaan ini, usus tidak ada persiapan dan kondisi
pasien tidak stabil.

Pada reseksi kolon kanan atau proksimal tranversal, anastomsosi


oleocolonic dapat dilakukan.
 Reseksi laparoskopik

Keuntungan dari laparoskopik ialah baik secara kosmetik,


mengurangi nyeri post operasi dan pemulihan usus yang
lebih cepat.

Reseksi usus besar secara laparoskopik membutuhkan


waktu yang lebih lama dibanding operasi secara terbuka.
Anastomosis
Anastomosis dapat dibentuk melalui 2 segemen usus. Teknik yang
digunakan dapat berupa handsewn atau stapled.

1.End to end

Dilakukan ketika 2 segmen usus dengan kaliber yang sama. Teknik


ini terutama dilakukan pada reseksi rektum, tetapi dapat digunakan
dalam kolostomi atau anastomosis usus kecil.
2. End to side
Digunakan bila salah satu bagian usus lebih besar dari lainnya.
Teknik ini dilakukan pada obstruksi kronik.

3. Side to end
Dilakukan ketika usus proksimal lebih kecil daripada bagian
distalnya.
4. Side to side
Dilakukan bila menyambung kontinuitas diantara 2 pembuluh
darah atau segmens usus dimana tempat terakhirnya telah ditutup.
Colostomy
 Bentuk kolostomi yang sering digunakan ialah end kolostomi
dibanding dengan loop kolostomi. Kolostomi dibuat pada sisi
kiri kolon.

 Defek pada dinding abdomen dibuat dan akhir dari kolon


dimobilisasi melalui lubang itu. Usus bagian distal yang
dikeluarkan melalui dinding abdomen sebagai mucus fistula
atau di dalam abdomen sebagai Hartmann’s pouch.

 Penutupan kolostomi membutuhkan laparotomi. Stoma


didiseksi dari dinding abdomen dan odentifikasi usus distal,
kemudian dilakukan anastomosis end to end.
Gambar 14. Kolostomi
Kanker rektum

Prinsip operasi ialah reseksi komplit dari tumor primer, kelenjar getah
bening dan organ apapun yang terkena.

Rekurensi lebih tinggi dibanding dengan kanker kolon dengan stadium


yang sama.

Akan tetapi, tumor rektum lebih sensitif dengan radiasi


Terapi lokal

Sepanjang 10 cm distal dari rektum dapat dijangkau melalui anus.


Karena itulah, beberapa terapi dilakukan secara lokal.

Untuk jenis yang benign, noncircumferential dan adenoma villous


dilakukan dengan eksisi transanal

Transanal endoscopic microsurgery (TEM) dioperasikan dengan


menggunakan proctoscope dan alat-alat serupa dengan laparoskopi
yang membuat eksisi lokal dapat dilakukan pada tempat yang lebih
tinggi yaitu sekitar 15 cm.
Reseksi radikal

Reseksi radikal lebih dipilih dibanding terapi lokal untuk banyak kasus
karsinoma rektal.

Reseksi radikal mengangkat segmen yang terkena bersama dengan


limfovaskularnya.

Total mesorektal excision (TME) adalah teknik yang menggunakan


diseksi tajam untuk menghasilkan reseksi total dari mesenterium rektal.

Untuk tumor rektosigmoid, eksisi partial mesorektal paling tidak


sepanyak cm distal dari tumor
Terapi spesifik stadium

Sebelum dilakukan terapi dilakukan ultrasound endorektal untuk


mengetahui T dan N dari kanker rektum. USG ini baik untuk mengetahui
kedalaman tumor namun kurang akurat dalam diagnosis keterlibatan
nodus limfatikus.
Stage 0 (Tis, N0,M0)

Karsinoma in situ ( displasia tingkat tinggi) secara ideal diterapi dengan


eksisi lokal.
 
Stage I: Localized Rectal Carcinoma (T1-2, N0, M0)

Karsinoma invasif yang berasal dari polip pedunkulated hanya memiliki


< 1% resiko metastasis. Terapi yang dapat dilakukan ialah polipektomi.
Terapi lokal dapat dilakukan namun angka rekurensi tinggi.
Stage II: Localized Rectal Carcinoma (T3-4, N0, M0)

Ada 2 pendapat untuk mencegah rekurensi yaitu tidak diperlukannya


kemoradiasi ajuvan setelah dilakukan TME untuk stadium 1,2 dan 3.

Pendapat lainnya ialah diperlukannya kemoradiasi.

Keuntungan kemoradiasi preoperasi ialah pengecilan ukuran tumor,


mereseksi menjadi lebih mudah. Kerugiannya ialah overtreatment dari
tumor masa awal, penundaan penyembuhan uka dan fibrosis pelvis.
Stage III: Lymph Node Metastasis (Tany, N1, M0)

Banyak pendapat yang menyarankan kemoterapi dan radiasi


pre atau post operasi untuk kanker rektal dengan keterlibatan
kelenjar getah bening. Keuntungan dan kerugian sama seperti
yang diungkapkan di atas. Untuk alasan ini, pasien diterapi
dengan neoajuvan terapi diikuti dengan reseksi radikal.
Stage IV: Distant Metastasis (Tany, Nany, M1)

Sama seperti stadium 4 karsinoma kolon, angka harapan hidup


terbatas dengan pasien metastasis.Metastasis ke hepar jarang

Reseksi radikal dapat digunakan untuk mengontrol nyeri,


perdarahan atau tenesmus.

Terapi lokal dengan kauter atau laser digunakan untuk


mengontrol perdarahan atau mencegah obstruksi.

Intraluminal stent berguna untuk mencegah obstruksi namun


sering menyebabkan nyeri dan tenesmus
Sistemik kemoterapi

Tulang punggung regimen kemoterapi untuk kanker kolon


ialah 5- Flourouracil sebagai terapi ajuvan maupun metastase

Selain 5-Florourasil, terdapat capecitabine dan tegafur yang


digunakan sebagai monoterapi atau kombonasi dengan
oxalipatin dan irinotecan.
 5-Fluorouracil + leucovorin
o 5-Fluorouracil: 500 mg/m2 IV seminggu sekali untuk 6
minggu
o Leucovorin: 20 mg/m2 IV seminggu sekali untuk 6
minggu, diberikan sebelum 5-FU
o Siklus diulang setiap 8 minggu untuk total 24 minggu
 LV5FU2 (de Gramont regimen)
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti 600 mg/m2 IV
continuous infusion untuk 22 jam hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 dan 2 sebagai 2 jam
infusion sebelum 5-fluorouracil
o Siklus diulang setiap 2 minggu untuk total 12 minggu
 Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (FOLFOX4)
o Oxaliplatin: 85 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti 600 mg/m2 IV
continuous infusion untuk 22 jam hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 dan 2 sebagai 2 jam
infusion sebelum 5-fluorouracil
o Siklus diulang setiap 2 minggu untuk total 12 minggu
Gambar 15. Terapi adjuvan kemoterapi kanker kolon
Regimen untuk metastasis :

 Irinotecan + 5-fluorouracil + leucovorin (FOLFIRI regimen)


o Irinotecan: 180 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus pada hari 1, diikuti dengan
2400 mg/m2 IV continuous infusion untuk 46 jam
o Leucovorin: 400 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam infus
sebelum 5-fluorouracil
o Mengulang siklus setiap 2minggu
 Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (FOLFOX6)
o Oxaliplatin: 100 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus on day 1, diikuti
dengan 2400 mg/m2 IV continuous infusion untuk 46 jam
o Leucovorin: 400 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Mengulang siklus setiap 2minggu
 Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (mFOLFOX7)
o Oxaliplatin: 100 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 3000 mg/m2 IV continuous infusion
pada hari 1 untuk 46 jam
o Leucovorin: 400 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Mengulang siklus setiap 2minggu
 Capecitabine + oxaliplatin (XELOX)
o Capecitabine: 850-1000 mg/m2 PO terbagi 2 dosis pada
hari 1-14
o Oxaliplatin: 100-130 mg/m2 IV pada hari 1
o Mengulang siklus setiap 21 hari
 FOLFOX4 + bevacizumab
o Oxaliplatin: 85 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti dengan
600 mg/m2 IV continuous infusion pada hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Bevacizumab: 10 mg/kg IV setiap 2 minggu
o Mengulang siklus setiap 2 minggu
Agen biologis

 Bevacizumab (Avastin) merupakan obat antiangiogenesis


pertama yang diindikasikan untuk kanker kolorektal metastasis.

 Ini merupakan antibodi monoklonal untuk vascular endothelial


growth factor (VEGF) dan meningkatkan survival bila
ditambahkan pada kemoterapi.

 Agen biologis lain yang telah direkomendasikan ialah


epidermal growth factor receptor ( EGFR)
Nama obat untuk golongan ini ialah Cetuximab yang digunakan
sebagai monoterapi atau kombinasi dengan irinotecan pada pasien
kanker kolorektal yang refrakter dengan 5-FU dan oxalipatin.

Panitumumab adalah antibodi monoklonal human dan diindikasikan


untuk monoterapi bila kombinasi gagal. Lini pertama untuk kanker
metastasis ialah bevacizumab dan kemoterapi ( oxiliplatin dan
irinotecan).
Terapi radiasi

Radioterapi merupakan modalitas standar bagi pasien dengan kanker


rektum, tetapi terbatas bagi kanker kolon.

Terapi ini tidak mempunyai efek ajuvan maupun metastatik, hanya


sebagai terapi paliatif untuk metastasis tulang atau otak.
Penyebaran Tumor
 Penyebaran langsung
 Metastasis hematogen
 Metastasis kelenjar getah bening regional
 Metastasis transperitoneal
 Metastasis intraluminal
Prognosis
 Tergantung ada tidaknya metastase jauh  klasifikasi
penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor
 Terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran 80%
dalam lima tahun
 Menembus dinding tanpa penyebaran 75%
 Penyebaran kelenjar 32%
 Metastasis jauh 1 %
 Bila disertai differensiasi sel tumor buruk, prognosis
sangat buruk.
Kesimpulan
Karsinoma kolorektal merupakan penyebab
kematian kedua setelah keganasan di paru-paru di USA.
diperkirakan pada tahun 2008 ditemukan 150.000 kasus
baru dan 60.000 diantaranya meninggal karena
karsinoma kolorektal. Tingginya angka kematian
tersebut menyebabkan berbagai upaya untuk
menguranginya, salah satunya dengan kebijakan deteksi
dini atau skrining terhadap kelompok berisiko yang
asimptomatis.
Sebagian besar dari modalitas skrining yang
dimaksud adalah radiologic imaging: Flexible
Sigmoidoscopy (FS), Colonoscopy, Double Contrast
Barium Enema dan CT Colonography (CTC). Pemilihan
modalitas skrining tersebut tergantung pada kondisi
pasien, teknologi yang dimiliki, resiko dan keuntungan
modalitas terhadap pasien, serta kemampuan operator.
Penanganan karsinoma kolorektal membutuhkan
kecermatan pemeriksaan preoperatif untuk dapat
memutuskan modalitas terapi baik pembedahan,
kemoterapi maupun radioterapi. Penanganan
postoperatif dan follow-up sangat tergantung pada
pemeriksaan dan penanganan yang dapat dilakukan
sebelumnya
Hal ini sangat ditentukan oleh staging karsinoma,
yang salah satunya dapat ditentukan oleh imaging
seperti ultrasonografi, CT Scan, maupun MRI. Pada
prinsipnya, semakin dini diagnosis karsinoma
kolorektal, semakin baik prognosisnya karena
penanganannya dapat dengan pembedahan kuratif.

Anda mungkin juga menyukai