Anda di halaman 1dari 34

EMBRIOLOGI DAN ANATOMI KOLON,

VASKULARISASI

Secara embriologik , kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri
sampai dengan rectum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan
embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan
dan sekum mempunyai mesenterium yang bebas. Keadaan ini memudahkan
terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dapat
terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya
yang sempit
Usus besar atau kolon berbentuk
gelombang, dengan panjang 5 kali atau
sekitar 1,5 meter yang terbentang dari
sekum sampai rektum

Kolon di bagi menjadi 5 bagian :


1. Ascendens colon
2. Tranverse colon
3. Descanding colon
4. Sigmoid colon
5. Rectum atau anus

Dinding kolon sendiri terdiri dari 4 lapisan :


1. Mucosa
2. Submucosa
3. Muscularis
4. serosa
Vaskularisasi usus besar diatur oleh
arteri mesenterika superior dan inferior.

Arteri mesenterika superior mempunyai


tiga cabang utama yaitu arteri
ileokolika, arteri kolika dekstra, dan
arteri kolika media.
Arteri mesenterika inferior mempunyai
tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra,
arteri hemorroidalis superior, dan arteri
sigmoidea
• Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampai
dua pertiga proksimal kolon transversum).
• Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari
sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal).
• Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria
hemorroidalis inferior dan media.
• Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis
superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran
balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid.
• Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal
arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna kili yang
bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini
menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher
(kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh
darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisi iliaka
interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran
limfe inguinalis superficialis
FISIOLOGI KOLON
 Menyimpan Dan Eliminasi Sisa Makanan
 Menjaga Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Menghasilkan lendir untuk menyerap air dan elektrolit dari
tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan,
tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat.
 Pemeliharaan Ekologi Flora Usus
Bakteri (mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi & membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K).
Bakteri penting untuk fungsi normal dari usus.
EPIDEMIOLOGI
● Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga di dunia pada tingkat insiden
dan mortalitas
● Lebih dari 150.000 kasus baru di Amerika dan lebih dari 52.000 pasien
meninggal tiap tahunnya, hal ini membuat kanker kolorektal menjadi
pembunuh kedua pada penyakit kanker di Amerika.
● Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk.
Hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari perawatan di Rumah
Sakit.
● Insidensi pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak terjadi pada usia
produktif
ETIOLOGI

Faktor genetik
 Kelompok yang diturunkan (inherated) <10% (ex. FAP & HNPCC)
 Kelompok sporadik sekitar 70%  >35% terjadi pada umur muda
 Kelompok familial mencakup 20%

 Faktor lingkungan
 Bereaksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat
berkembang menjadi karsinoma kolorektal
FAKTOR RESIKO

• Polip
• Idiophathic Inflamatory Bowel Disease
• Ulseratif Kolitis
• Penyakit Crohn’s
• Faktor Genetik
• Riwayat Keluarga
• Herediter Kanker Kolorektal
• FAP
• HNPCC
• Diet
• Gaya Hidup
• Usia
PATOFISIO LOGI

Dua jalur utama inisiasi pembentukan dan progresi tumor :


Loss of heterozygosty
(LOH)
• Mencakup mutasi tumor gen supressor
meliputi gen APC dan p 53 serta aktifasi
onkogen
Replication error
(RER)
• Adanya mutasi gen hMSH2, hMLH1,
hPMS1 dan hPMS2
KLASIFIKASI
Disebut juga tipe vegetatif yang tumbuh menonjol
Tipe polipoid atau kedalam lumen usus, berbentuk kembang kol dan
vegetatif ditemukan terutama di daerah sekum dan kolon
asendens.

Tipe ini mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi


Tipe skirus stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di
daerah kolon desendens, sigmoid dan rektum.

Tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral


Tipe Ulseratif
terdapat di rektum.
Manifestasi Klinik
Faktor yang menentukan gejala

Kolon kanan Kolon kiri Rektum

Tipe tumor Polipoid Skirus, ulceratif Ulseratif

Diameter Lebar Sempit Lebar

Isi viskus Setengah cair Setengah padat Padat

Fungsi utama Absorpsi Penyimpanan Defekasi


Manifestasi Klinik

Kolon kanan Kolon kiri Rektum


1. Obstuksi jarang Hampir selalu Tidak jarang
2. Feses Normal/ diare Normal Perubahan bentuk
3. Defekasi Diare/ diare berkala Konstipasi progresif Tenesmus
4. Darah pada feses Occult blod Occult/Makroskopik Makroskopik
5. Nyeri Ulu hati dan diatas Perut bawah Perut bawah, Panggul
umbilicus dalam, dasar panggul,
daerah anus

6. Dispepsia Sering Jarang Jarang


7. Anemia Hampir selalu Lambat Lambat
8. Memburuknya Hampir selalu Lambat Lambat
Keadaan Umum
Manifestasi Klinik

Gejala Lokal Gejala Sistemik Gejala Metastasis

• Perubahan pola • Kehilangan BB • Hepar


defekasi cepat • Vesica Urinaria
• Tenesmus • Pusing, mual, • Paru
• Diameter feses yang kelelahan
mengecil (seperti
kotoran kambing)
• Feses bercampur
darah / lendir
• Muntah, nyeri,
kembung
• Teraba massa
Tumor Staging
Stadium Kedalaman Status Kelenjar Metastasis Jauh
Getah Bening
I T1, T2 N0 M0
II T3,sT4 N0 M0
Setiap N (kecuali
III Setiap T M0
N0)
IV Setiap T Setiap N M1
Keterangan TNM:

Tumor Primer (T)


Tis : Karsinoma In situ : intra epitel atau invasi dari lamina propia (intra mucosal)
T1 : Tumor yang menyerang sub mukosa
T2 : Tumor yang menyerang lapisan otot
T3 : Tumor yang menyerang mulai lapisan otot sampai sub serosa atau sampai sekitar kolon non peritoneum
T4 : Tumor secara langsung menyerang organ-organ lain/jaringan-jaringan lain dan perforasi sampai peritoneum visceral
N (node), kelenjar getah bening regional
N0 : Tidak ada metastasis kelenjar limfonodi regional
N1 : Metastasis 1-3 kelenjar limfonodi regional
N2 : Metastasis 4 atau lebih kelenjar limfonodi regional
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Metastasis jauh
Tumor Staging
ANAMNESA
Anamnesis yang cermat sering dapat menentukan diagnosis. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan pada kelainan kolon adalah:
• dyspepsia
• hematokezia
• Nyeri perut
• Benjolan
• Mual,muntah dan cepat lelah
• Penuruanan BB yang cepat
• Obstruksi
Yang perlu ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, Frekuensi dan konsitensi tinja.
Pemeriksaan Fisik
• Adanya bekas operasi
• Penonjolan massa
Insp • Darm kontur
eksi • Darm steifung

• Meraba adanya massa


• Pembesaran hepar, asites
Palp
asi • Nyeri tekan pada abdomen

• Redup
Perk
usi

Aus • Bising usus (+) normal


kult
asi
Regio Abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Lab
• Hitung darah lengkap/Complete Blood Count (CBC) dapat menunjukkan adanya anemia.
• Perdarahan samar
• Kadar CEA tinggi pada 70% pasien dengan ca colon

• Radiologi
• Proctoscopy untuk mengevaluasi kanal anal, rektum dan kolon sigmoid.
• Rectosigmoidoscopy
• Colonoscopy, sangat sensitif dalam mendeteksi polip kecil sekalipun
• Barium enema kontra, sensitif dalam mendeteksi polip > 1cm yaitu sekitar 90%.

• CT scan dan MRI


• Untuk mengetahui metastase
Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen

Adanya dilatasi dari usus


disertai gambaran “step ladder”
dan “air fluid level” pada foto
polos abdomen dapat
disimpulkan bahwa adanya
suatu obstruksi atau massa.
Gambar: carcinoma caecum, polyp dan apple core pada foto Barium enema
ENDOSKOPI

Gambar : karsinoma kolon yang dilihat dengan pemeriksaan endoskopi


PROKTOSIGMOIDOSKO
PI

Gambar : karsinoma kolon yang dilihat dengan proktosigmoidoskopi


KOLONOSKOPI

Gambar : Kolonoskopi
dari tumor jinak

Gambar: Colon Normal


Gambar : Kolonoskopi dari
karsinoma kolon
CT-SCAN

Gambar : CT scan menunjukkan adanya tumor kolon yang sudah metastasis pada
hepar
Diagnosis banding
PENTALAKSANAAN
• Tujuan penatalaksanaan karsinoma kolon adalah untuk mengangkat tumor
primer beserta dengan suplai limfovaskularnya. Karena pembuluh limfe
pada kolon bersamaan dengan suplai arteri, panjang kolon yang direseksi
bergantung pada pembuluh darah yang terlibat dalam menyuplai sel
kanker
• Persiapan prabedah mencakup penentuan stadium klinis yang tepat pada
pasien ini serta persiapan dengan antibiotika dan enema.
Prinsip Bedah
• Operasi bertujuan mengeksisi lesi primer dengan batas adekuat,
untuk membentuk kembali kesinambungan usus bila mungkin dan
untuk mencegah komplikasi. Berbagai jalur penyebaran harus
dipertimbangkan, mencakup mural, vena, implantasi dan perluasan
langsung.
• Perluasan reseksi yang penting untuk adenokarsinoma kolon dextra, seperti yang
ditunjukkan oleh tempat penyebaran potensial melalui kelenjar getah bening
• Perluasan kolektomi kanan, cocok untuk lesi pada kolon kanan, flesura hepatis dan
kolon tranversa.
• Kolektomi kiri sesuai dengan keganasan yang mencakup kolon sigmoid, kolon desenden,
dan fleksura lienalis
• Perluasan reseksi abdominoperineal kombinasi untuk tumor pada rektum tengah dan
bawah.
Terapi Paliatif
• Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau
mengatasi obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas
hidup penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat
dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada metastasis
hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul, dapat dipertimbangkan
eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui arteri hepatika, yaitu
perfusi secara selektif yang kadang ditambah lagi dengan terapi
embolisasi dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas.

Anda mungkin juga menyukai