Anda di halaman 1dari 16

Anemia + post amputatum et causa Diabetes

Melitus 2

Oleh:
Larasati Aulia Anasah
19360193

Pembimbing:
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD, FINASIM

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:

Anemia + post amputatum et causa Diabetes


Melitus 2

Bandar Lampung, November 2019

Penyaji Pembimbing

Larasati Aulia Anasah dr. Rina Kriswiastini Sp.PD


BAB I

PENDAHULUAN

Anemia merupakan tanda atau gejala dari sebuah penyakit, manifestasi

klinis anemia terjadi akibat hipoksia jaringan dengan tanda dan gejala

menggambarkan respon kompensasi kardiovaskular-pulmonal terhadap lama dan

tingkat keparahan hipoksia tersebut. Anemia mungkin disertai kelemahan, vertigo,

nyeri kepala, tinnitus, mata berkunang-kunang, mudah lelah, mengantuk,

iritabilitas, bahkan berprilaku aneh. Anoreksia, hilangnya, keluhan

gastrointestinal, kadang-kadng ikterus dan splenomegali yang akhirnya gagal

jantung atau syok dapat terjadi. (Kiswari, 2014).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit

lebih rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria

atau Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,1999)

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik

menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang

mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan

konsentrasi glukosa di dalam darah (Hiperglikemia)

Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe

2.Diabetes tipe 1,dulu disebut insulin-dependent atau juvenile/childhood-onset

diabetes,ditandai dengan kurangnya produksi insulin.Diabetes tipe 2,dulu disebut

non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,disebabkan penggunaan insulin

yang kurang efektif oleh tubuh.Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh
diabetes. Orang dengan IGT atau IFG berisiko tinggi berkembang menjadi

diabetes tipe 2.Dengan penurunan berat badan dan perubahan gaya

hidup,perkembangan menjadi diabetes dapat dicegah atau ditunda

Komplikasi dari diabetes melitus adalah meningkatnya risiko penyakit

jantung dan stroke, neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan

kejadian ulkus kaki,infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki. Retino

diabetikum yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,terjadi akibat

kerusakan pembuluh darah kecil di retina. Diabetes merupakan salah satu

penyebab utama gagal ginjal dan resiko kematian penderita diabetes secara umum

adalah dua kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. P
Tanggal Lahir : 03 Agustus 1974
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
No.RM : 133870
Masuk RSPBA : 02/10/19, pukul 09.00 WIB

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB

di Bangsal bedah RS Pertamina Bintang Amin secara autoanamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan lemas sejak ± 7 hari yang lalu

2.2.2 Keluhan Tambahan

Pasien post amputasi kaki kanan sebulan yang lalu,sejak post operasi

amputasi luka keluar nanah,nyeri (+) ,pusing (+),demam (-),nafsu makan

menurun

2.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit

Seminggu sebelum masuk rumah sakit pasien telah mengalami lemas,

namun tidak segera berobat. Keluhan bertambah berat dua hari sebelum

masuk rumah sakit disertai dengan nyeri pada luka post amputasi,keluhan
memberat walaupun pasien tidak melakukan aktivitas.Nafsu makan yang

menurun,Pasien memiliki riwayat diabetes melitus.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu pasien yaitu Diabetes melitus tipe II

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit yang sama tidak ada

2.2.6 Anamnesis Sistem

1. Sistem serebrospinal : Normal

2. Sistem kardiovaskular : Normal

3. Sistem respirasi : Normal

4. Sistem genitourinaria : Normal

5. Sistem gastrointestinal : Normal

6. Sistem muskuloskleletal : Keluar nanah pada kaki sebelah kanan

7. Sistem integument : : Normal.

2.2.7 Riwayat Kebiasaan

-Riwayat merokok :disangkal

-Riwayat konsumsi alkohol :disangkal

2.2.8 Riwayat Makanan& Minuman

Frekuensi/hari : 2 x/ hari

Jumlah/hari : 1 porsi

Variasi/hari : Bervariasi

Nafsu makan : Tidak nafsu makan

2.2.9 Pemeriksaan Fisik


A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60mmHg
Nadi : 84x/menit, regular
Suhu : 36,0⁰C peraksila
Pernapasan : 20x/menit
B. Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Tenang/Hipoaktif/Hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah

Proses pikir :Wajar/Cepat/Gangguan Waham/Fobia/Obsesi

C. Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : akral dingin Lembab/kering : Lembab

Keringat, umum : Sedikit Turgor : lambat

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada

Kelopak : Normal Lensa : Normal

Konjungtiva : Anemis Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal


Lap.penglihatan : Normal Tek.bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

Lubang : Normal Penyumbatan :Tidak ada

Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada

Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Normal Tonsil : Normal

Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Normal

Faring : Normal

 Leher

Kelenjar tiroid : Normal, tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembesaran

 Kelenjar getah bening

Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba

Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

 Thorak

Bentuk : Simetris kiri = kanan


Sela iga : Normal

 Paru Depan Belakang

Inspeksi : Bentuk normal, dan simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanandan kirisimetris , massa (-),


krepitasi (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Kanan : vesikuler


Kiri : vesikuler

 Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung atas : ICS III linea parasternalis sinistra


Batas jantung kiri : ICS VII linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis dextra

Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur(-); Gallop (-)


 Abdomen

Inspeksi : Bentuk cembung, caput medusa (-), ikterik (-)

Palpasi : Nyeri tekan perut regio epigastrik (-), hepar dan limpa

tidak teraba, nyeri ketok CVA (-) kanan/kiri.

Perkusi : timpani (+).

Auskultasi : Bising usus (+), normal

 Ekstremitas

 Ekstremitas superior dextra dan sinistra:


Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),
eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-), white nails (-)
 Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:
Oedem ( -) , deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie

(-), eritem palmar (-), akral dingin (+), krepitasi (-), whitenails(-)

2.2.10 Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium Patologi Klinik


HEMATOLOGI (5 Oktober 2019)

Satua
n
No. Pemeriksaan Hasil Normal
gr/dl
1. Hemoglobin 8,7 LK 14–18 Wn 12–16
Ul
2. Leukosit 9.700 4.500–10.700
Hit. Jenis Leukosit %
3. Basofil 0 0–1
Hit. Jenis Leukosit %
4. Eosinofil 0 0–3
Hit. Jenis Leukosit %
5. Batang 1 2–6
Hit. Jenis Leukosit %
6. Segmen 76 50–70
Hit. Jenis Leukosit %
7. Limfosit 17 20–40
Hit. Jenis Leukosit %
8. Monosit 6 2–8
Ul
9. Eritrosit 3,2 Lk 4,6–6,2 Wn 4,2–6,4
%
10. Hematokrit 26 Lk 40–54 Wn 38–47
Ul
11. Trombosit 408.000 159.000–400.000
Fl
12. MCV 93 80-96
Mg/dl
13. MCH 28 27-31
gr/dl
14. MCHC 34 32–36
2.2.11 Resume

Pasien perempuan usia 45 tahun datang dengan keluhan lemas ± 7

hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan disertai nyeri pada luka post

amputasi,keluhan memberat walaupun pasien tidak melakukan aktivitas,

nafsu makan yang menurun,Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe

II dan kontrol rutin obat. Pasien dibawa keluarga ke RS Pertamina Bintang

Amin pada tanggal 02 Oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB. Keadaan

pasien saat pertama kali datang ialah lemas, tampak sakit sedang tekanan

darah pertama kali diperiksa yaitu 110/60 mmHg, nadi 84 kali per menit,

respirasi 20 kali per menit, suhu tubuh pasien diukur peraksila 36, derajat

celcius. Pasien dicurigai mengalami anemia + post amputatum et causa

diabetes melitus tipe 2 . Sehingga dilakukan pemeriksaan laboratorium

darah lengkap, GDS (Gula Darah Sewaktu). Dari pemeriksaan laboratorium

Pada tanggal 02 Oktober 2019 di dapatkan Hemoglobin: 6,6 gr%, GDS: 155

mg/dL dan cek hb post transfusi 1 kolf. Pada tanggal 3 Oktober 2019

dilakukan terapi lanjutan dan cek hb post transfusi 2 kolf. Pada tanggal 5

oktober didapatan hasil lab dengan hb: 8,7 gr/dl, leukosit: 9.700 µl,eritrosit:

3,2, trombosit: 408.000 µl

Daftar Masalah

Badan Lemas,Anemia Edema pada kaki kanan dan kiri

Luka bekas amputasi keluar nanah

Nafsu Makan menurun


2.2.12 Diagnosis Kerja

anemia + post amputatum et causa diabetes melitus tipe II

2.2.14 Penatalaksanaan

A. Non Farmakologi

Tirah baring
Pengaturan diet seimbang
Olahraga
B. Farmakologi

IVFD RL
Ceftriaxone 2x1 gr/iv
PCT 3X1 tab
Omeprazole 2x1 vial
Novorapid 10-10-10
Ketorolac 1 amp
Tranfusi darah PRC (Packed Red Blood Cell) sebanyak 2 kolf.

2.2.15 ANJURAN PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mengukur jumlah glukosa

(gula) di dalam darah

 Retikulosit darah tepi untuk mengetahui indikator aktivitas sumsum

tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia.


BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Diagnosis Anemia + Post amputatum et cause DM tipe II Teori dan

Gejala Klinis

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun

akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang

mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan

konsentrasi glukosa di dalam darah (Hiperglikemia).

Gejala klinis dari diabetes melitus adalah poliuria adalah keadaan dimana

volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul

sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga

tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan

urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011). (Timbul rasa

haus) Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa

terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan

(Subekti, 2009). Timbul rasa lapar (Polifagia) Pasien DM akan merasa cepat lapar

dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis

sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 dan tipe

2.Diabetes tipe 1,dulu disebut insulin-dependent atau juvenile/childhood-onset

diabetes,ditandai dengan kurangnya produksi insulin.Diabetes tipe 2,dulu disebut


non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,disebabkan penggunaan insulin

yang kurang efektif oleh tubuh.Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh

diabetes. Orang dengan IGT atau IFG berisiko tinggi berkembang menjadi

diabetes tipe 2.Dengan penurunan berat badan dan perubahan gaya

hidup,perkembangan menjadi diabetes dapat dicegah atau ditunda

Komplikasi dari diabetes melitus adalah meningkatnya risiko penyakit

jantung dan stroke, neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan

kejadian ulkus kaki,infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki. Retino

diabetikum yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,terjadi akibat

kerusakan pembuluh darah kecil di retina. Diabetes merupakan salah satu

penyebab utama gagal ginjal dan resiko kematian penderita diabetes secara umum

adalah dua kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes.

3.2 Kasus

Dari hasil anamnesa pada pasien didapatkan keterangan, bahwa pasien

mengalami lemas yang bertambah berat ± 7 hari yang lalu sebelum masuk rumah

sakit dan disertai nyeri pada luka post amputasi,keluhan memberat walaupun

pasien tidak melakukan aktivitas, nafsu makan yang menurun,Pasien memiliki

riwayat diabetes mellitus tipe II,pada tanggal 02 Oktober pada pukul 09.00 WIB.

Keadaan pasien saat pertama kali datang ialah lemas disertai nyeri pada luka post

op. Keadaan tampak sakit sedang tekanan darah pertama kali diperiksa yaitu

100/60 mmHg, nadi 84 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, suhu tubuh

pasien diukur peraksila 36,0 derajat celcius. Pasien dicurigai mengalami anemia +

amputatum et cause diabetes melitus tipe 2. Sehingga dilakukan pemeriksaan

laboratorium darah lengkap, ureum, creatinin, GDS (Gula Darah Sewaktu)


3.3 Penatalaaksanaan Kasus

Penatalaksanaan pada kasus,pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium

darah lengkap,ureum,creatinin , GDS (Gula darah sewaktu). Untuk tatalaksana

selanjutnya pasien direncanakan untuk transfusi darah PRC ( Packed Red Blood

Cell) sebanyak 2 kolf dikarenakan hb pasien 6,6% g/dL. Pasien diberikan obat

Ceftriaxone 2x1 gr/iv antibiotik untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri , PCT

untuk obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit ringan sampai sedang 3X1

tab, Omeprazole 2x1 vial untuk mengatasi gangguan lambung, Novorapid 10-10-

10 Obat ini digunakan untuk mengurangi tingkat gula darah tinggi pada orang

dewasa, remaja dan anak-anak yang berusia 10 tahun ke atas dengan diabetes

mellitus, dan Ketorolac 1 amp obat untuk mengatasi nyeri.


DAFTAR PUSTAKA

Bargman JM, Skorecki K. 2015. Chronic Kidney Disease. In: Kasper DL, Fauci

AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s Principles

of Internal Medicine. 19th Edition. New York: McGraw Hill Education.

Ferri FF. 2013. Ferri’s clinical advisor. Philadelphia: Elsevier Mosby.

Hidayat Rahmat,Azmi Syaiful,Pertiwi dian. 2016.Hubungan Kejadian Anemia

dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian

Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010

Kiswari Rukman. 2014. Hematologi dan Tranfusi. Jakarta: Penerbit Buku

Erlangga.

Kowalak, Welsh, Mayer. 2014. editor. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Soewondo, P. (2015). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta Pusat: Interna

Publishing.

Suwitra K. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi

I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.

Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai