Rizkia Felisanny P
0806481431
Profesi Gerbong KMB 4
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2008
Kanker Kolon
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah sedangkan kolon
kiri sampai rectum berasal dari usus belakang. Sekum. Kolon asendens dan bagian
kanan kolon transversum didarahi oleh cabang a.mesenterika superior yaitu
a.ileokolika, a.kolika dekstra, dan a.kolika media. Sedangkan kolon transversum
bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum didarahi oleh
a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis superior.
Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksusu
presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus.Oleh karena distribusi
persarafan usus tengah dan usus belakang sehingga nyeri alih pada kedua bagian
kolon kiri dan kanan akan berbeda.
Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus,
serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Kolon menerima 700-
1000 ml cairan usus halus namun hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses
setiap harinya.
Large Intestine
Transverse colon
Ascending colon
Descending
Small intestine colon
Ileocecal valve
Caecum
Appendix
Sigmoid colon
Rectum External anal sphincter
Internal anal sphincter
Anus Anal canal
Neoplasma ganas
Epidemiologi
Secara epidemilogis, kanker kolorektal didunia mencapai urutan ke 4 dalam
hal kejadian, dengan jumlah pasien laki-laki sedikir lebih banyak daripada perempuan
dengan perbandingan 19,4 dan 15,3 per 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat,
kanker kolorektal menempati penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kasus
kanker dan rata-rata pasien berusia 67 tahun dan labih dari 50 % kematian terjadi
pada mereka yang berusia di atas 55 tahun.
Di Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda seperti yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan bekerjasama dengan
Perhimpunan Patologik Anatomi Indonesia bahwa kanker kolorektal cenderung terjadi
pada usia yang lebih muda dibandingkan dari laporan negara Barat. Data yang
didapatkan dari bagian Anatomi FK UI bahwa pasien yang berusia di bawah 40 tahun
adalah 35, 26%.
Etiologi
Kanker kolon dapat timbul melalui interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Polip kolon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga polip kolon
harus dicurigai. Selain itu, radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis
amuba kronik dapat beresiko tinggi menjadi kanker kolorektal. Faktor resiko lainnya
yang dapat menyebabkan kanker kolorektal adalah kekurangan serat dan sayur mayur
hijau serta kelebihan lemak hewani dalam diet. Kanker kolorektal sekitar 75 % di
temukan di rektosigmoid.
Patologi
Kanker kolon paling banyak berasal dari berkembangnya polip adenomatosa
dan secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum. Tipe yang
pertama adalah tipe polipoid atau vegetatif. Tipe ini menonjol ke dalam lumen usus,
berbentuk bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon asendens. Tipe yang
kedua adalah tipe skirus (Bahasa Yunani: scirrhos = keras). Tipe ini mengakibatkan
penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi terutama ditemukan di
kolon desendens, sigmoid dan rektum. Tipe yang ketiga adalah tipe ulseratif dan
terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terdapat di rektum.
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara yaitu penyebaran secara
langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen dan melalui
implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang
pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke
arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau
organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran
limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta. Penyebaran
hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis
karsinomatosa dengan atau tanpa asites.
Klasifikasi
Untuk mengukur derajat keganasan kanker kolon digunakan TNM atau klasifikasi
sistem Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di
dinding usus.
Gambaran Klinis
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan yang kanan. Karsinoma kolon
kiri berbeda dengan yang kanan. Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik
sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena feses
sudah menjadi padat. Sedangkan pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi stenosis
dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.
Gejala pertama yang umumnya timbul pada kanker kolon disebabkan karena
penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat penyebaran.
Karsinoma yang terjadi pada kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan
pola defekasi, seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Apabila letak tumor
makin ke distal maka feses makin menipis atau seperti kotoran kambing atau lebih
cair disertai darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami, apabila ada nyeri di
daerah panggul hal ini merupakan tanda penyakit lanjut.
Gambaran klinis tumor sekum dan kolon asendens tidak khas. Gejala umum
yang terjadi adalah dispepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan dan anemia.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata daripada kolon kanan. Nyeri dari kolon kiri
bermuara dibawah umbilikus, sedangkan nyeri dari kolon kanan bermuara di
epigastrium. Hal ini disebabkan karena asal embriogenik yang berlainan yaitu dari
usus tengah dan usus belakang.
Pemeriksaan
Terdapat beberapa cara untuk memeriksa adanya kanker kolon pada seorang pasien
yang diduga terkena kanker kolon.
1. Palpasi abdomen
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada massa, massa didalam
sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain kolon.
2. Pemeriksaan colok dubur
3. Pemeriksaan rektosigmoid
4. Foto kolon dengan barium / kontras ganda
5. Biopsi yang dilakukan melalui endoskopi (kolonoskopi)
Tatalaksana
Cara yang dilakukan satu-satunya untuk terapi kuratif adalah pembedahan. Tujuan
utama pembendahan ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun
nonkuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat
kuratif.
Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan :
- status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
- Konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan : mis anoreksia,
iritasi lambung, penyimpangan rasa dan mual.
- Distres emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Keluhan masukan makanan tidak adekuat, perubahan sensasi
pengecap, kehilangan minat pada makanan, ketidakmampuan untuk
mencerna yang dirasakan
- Berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh.
- Diare, konstipasi dan kram abdomen.
Hasil yang diharapkan :
- Mendemontrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai lab dan bebas tanda
malnutrisi
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat
- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang
nafsu makan / peningkatan masukan diet
2. Nyeri
Referensi
Black, Joyce M. 1997. Medical Surgical Nursing fifth edition : clinical managemen
for continuity of care. Philadelfia : WB. Saunders company
Sjamsuhidajat. R, de Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah : Edisi kedua. Jakarta :
EGC
Sudoyo, W. Aru,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam : Edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI