TUMOR KOLON
DISUSUN OLEH :
Uria Prasetya T Siagian
0961050188
PEMBIMBING :
dr. Pherena Amalia Rohani, Sp. Rad
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ilmiah yang berjudul
Tumor Kolon dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran pada kepaniteraan
radiologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam dalam mengerjakan proyek ilmiah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan support kepada penulis dalam
penyelesaian tulisan ilmiah ini.
3. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses pembuatan tulisan ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama. Semoga karya ilmiah yang penulis sampaikan ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Penulis
TUMOR KOLON
I. DEFINISI
Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel
epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah
proses perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang
timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di kolon sebelumnya
dan faktor herediter
II.
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma.
Tahap ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah
rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi
menjadi tukak yang maligna.
V.
ANATOMI
Terdapa lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding kolon begitu tipis
sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi.
Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di
persimpangan rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan mudah
teraba pada dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur biasanya luas dan dpt
dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan saluran
seminalis terletak di sebelah anterior rektum. Biasanya prostat mudah dirasakan,
tapi vesikula seminalis tidak teraba kecuali menggembung, Pada rektovaginal
toucher, struktur mudah teraba dengan satu jari di vagina dan satu di anus.
VI.
METASTASIS
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada
saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma
rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon
dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma
kolon pertama kali paling sering di hepar
VII.
KLASIFIKASI TUMOR
Klasifikasi TNM
T Tumor primer
Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 - Tidak ada tumor primer
T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa
T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria
T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke
perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal
T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum
viseral
N Kelenjar limfe regional
Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N2 - Metastasis di 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N3 - Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada
kelenjar apikal
M Metastasis jauh
Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 - tidak ada metastasis jauh
M1 - terdapat metastasis jauh
dengan
memberikan
(C h a n g e
karsinoma
keluhan berupa
of
bowel
kolorektal
gangguan
h a b i t ),
umumnya
proses
berupa
defekasi
konstipasi
atau
d i a r e , perdarahan segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah
buang air besar (tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia
tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat badan. Adanya suatu massa
yang
dapat
teraba
dalam
perut
dikemukakan.
Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk makroskopis
dan letak tumor. Bentukpolipoid (cauli flower) dan koloid (mukoid) menghasilkan
banyak mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan
bentuk infiltratif (schirrhus) t u m b u h l o n g i t u d i n a l
sesuai
sumbu
p a n j a n g d i n d i n g r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f menyebabkan
ulkus ke dalam dinding lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden
menimbulkan gejala perdarahan samar sedangkan tumor yang terletak di rektum
memanifestasikan perdarahan yang masih segar dan muncul gejala diare
palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini menyebabkan kolik yang nyata
karena lumennya lebih kecil dan feses sudah berbentuk solid.
IX.
Diagnosis
Diagnosis
karsinoma
kolon
ditegakkan
melalui
anamnesa,
Hal
ini
disebabkan
karena
darah
yang
fisik
mungkin
tidak
banyak
menolong
dalam
menegakkan diagnosis.T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada
palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila
tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan
bagian yang keras dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor
sudah metastasis ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal, iliaka,
dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis
ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma
kolorektal harus dilakukan rectal toucher. B i l a l e t a k t u m o r a d a
d i r e k t u m a t a u r e k t o s i g m o i d , a k a n teraba massa maligna
(keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau
rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung
tangan akan terdapat lendir dan darah.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau
demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar
hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos
abdomen,barium enema dengan single contrastmaupun double contrast dan
foto thoraks
a. Pemeriksaan Laboratotium
1. Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium
darah (hemoglobin dan hematokrit).
2. Test guaiac pada feses
3. Carcinoembryonic antigen (CEA)
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik
(pencitraan
diagnostik)
untuk
pemeriksaan
alat
alat
dalam
tubuh
demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan.
Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang
memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak sulit, karena lemak
yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang sangat kuat.
Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam
berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain menemukan dan
menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. membedakan kista
dengan massa yang solid. mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena
kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. Pengukuran dan penetuan
volum.
Pengukuran
aneurisma
arterial,
fetalsefalometri,
menentukan
kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum massa
ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu,
ovarium, uterus, dan lain-lain). Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan
jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG. Menentukan
perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya,
dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi,
besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.
2. CT-Scan Colon
Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Colon
merupakan teknik yang baru dan dapatkita lakukan dengan sangat cepat dan
dapat meniadakan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. Dengan
pemeriksaan CT Colon ini dapat dilihat gambaran Colon baik dalam maupun
luarnya sebagaimana kita melakukan Colonoskopi.
CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
1. Dengan memasukkan kontras media positif.
2. Dengan memasukkan kontras media negative.
4. Invaginasi
5. Hemoroid
Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Diare
Persiapan Pasien :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap
dan disarankan banyak minum air
2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan
jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.
3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks
dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum
garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.
4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika
dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk boleh
bnyak bicara.
5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.
6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Cateter
2. Gunting klem
3. Spuit 20cc
4. Jelly
5. Spuit cateter
6. Handscone
7. Bahan Kontras dan gelas
Persiapan pasien :
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.
2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg telah
disiapkan / baju pasien.
3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.
Dengan memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan
gambaran CT Colon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice , pasti
gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin halus.
Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang diterima pekerja
radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Colon baik lapisan luar maupun lapisan
dalamnya. Kita bisa melihat gambaran Colonoskopi tanpa menunggu dokter ahli
Penyakit dalam untuk melakukannya. Kelemahannya kita tak bisa mengambil
cuplikan bahan yang akan diperiksa dilaboratorium, apabila ada hal-hal yang
mencurigakan. Kerugiankerugiannya adalah boleh dikatakan tidak ada.
CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada pasien
dengan karsinoma kolorektal.CT scan dapat mengevaluasi abdominal
cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan bisa mendeteksi
metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnyadi
pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada
pasien dengan nilai CEAyang meningkat setelah pembedahan kanker kolon.
Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan memegang peranan penting pada
pasien dengan kanker kolon dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan
operasi. Pelvic CT scan dapat mengidentifikasi invasi tumor kedinding usus
dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah
bening> 1 c m p a d a 7 5 % p a s i e n . P e n g g u n a a n C T d e n g a n k o n t r a s
d a r i a b d o m e n d a n p e l v i s d a p a t mengidentifikasi metastase pada hepar
dan daerah intraperitoneal.
Nilai Normal :
Barium akan mengisi colon secara rata dan menunjukkan contour, patency
(bebas terbuka) dan posisi bowel yang normal.
INDIKASI :
1.
2.
3.
4.
Melena
5.
KONTRA INDIKASI :
1.
Absolute
toxic megacolon
pseudo membranous colitis
post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)
2. Relatif
persiapan colon kurang baik
baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan kontras
KOMPLIKASI :
1.
Perforasi usus
2.
Extraluminasi ke venous
3.
Water intoxication
4.
Intramural barium
5.
Cardiac arithmia
6.
Transient bactericemia
7.
Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
o 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
o 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
o 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per
anus selanjutnya dilavement
o Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
o 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral
untuk mengurangi pembentukan lendir
o 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Prosedur
1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan
kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset
ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan
3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
4.
Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray:
Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4.
Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma
keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
5.
Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:8.
6.
7.
Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem dengan
gunting klem. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke colon sigmoid (5
menit). Tutup gunting klem pada selang irigator. Lakukan pemotretan dengan
kaset 24 x 30 cm.
8.
dimasukkan
ke
kolon
sigmoid,
desenden,
4.
2.
1.
2.
2. Tahap pelapisan
DIAGNOSA BANDING
5. Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan
gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen
namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain
itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan
frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor kolon.
Kolon kanan
Kolon tengah
Kolon kiri
Rektum
Abses apendiks
Tukak peptik
Kolitis ulserosa
Polip
Massa apendikular
Karsinoma lambung
Polip
Proktitis
Amuboma
Abses hati
Divertikulitis
Fisura ani
Enteritis regionalis
Karsinoma hati
Endometriosis
Karsinoma ani
Kolesitiasis
Hemoroid
Kelainan pankreas
Kelainan saluran
empedu
DAFTAR PUSTAKA
1.Karsinoma
kolon.
Available
from http://web.squ.edu.om/med-
Lib/MED_CD/E_CDs/Cancer%20of%20the%20Lower%20Gastrointinal
%20Tract/DOCS/Ch7.pdf.
2. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health (2009) Cancer colon
treatment. Available from www.cancer.org
D.
(2009) Colon
cancer.
Available
fromwww.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html. 7. Keuntungan
kolonoskopi
dengan
barium
enema.
Available
from http://books.google.com/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=kelebihan+kolonoskopi
&source=bl&ots=rqG8SF8GG4&sig=kXhFVJNRwKMsvciNcW9YwdIk
UNY&hl=en&ei=lxcbTv2QKMzHrQfo0tnPAQ&sa=X&oi=book_result&
ct=result&resnum=4&ved=0CDAQ6AEwAw#v=onepage&q=kelebihan
%20kolonoskopi&f=false
8. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan
Biliaris. Jakarta: EGC. 2005. 256-268
9. Gontar Alamsyah Siregar. Deteksi dini dan penatalaksanaan karsinoma kolon,
2007.
10. COLORECTAL CANCER HEALTH CENTRE (2010) LAPAROSCOPIC
PROCTOSIGMOIDECTOMY
AVAILABLE
AND
COLORECTAL
CANCER.
FROMWWW.WEBMD.COM/COLORECTAL-
CANCER/DEFAULT.HTM
11. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital (2010) Treatments for
Sigmoid Colon Cancer . Available fromwww.csmc.edu/6408.html.