Anda di halaman 1dari 33

REFERAT RADIOLOGI

TUMOR KOLON

DISUSUN OLEH :
Uria Prasetya T Siagian
0961050188

PEMBIMBING :
dr. Pherena Amalia Rohani, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


PERIODE 6 APRIL 2015 9 MEI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ilmiah yang berjudul
Tumor Kolon dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran pada kepaniteraan
radiologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam dalam mengerjakan proyek ilmiah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan support kepada penulis dalam
penyelesaian tulisan ilmiah ini.
3. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses pembuatan tulisan ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama. Semoga karya ilmiah yang penulis sampaikan ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Jakarta, 6 Mei 2015

Penulis

TUMOR KOLON
I. DEFINISI
Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel
epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah
proses perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang
timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di kolon sebelumnya
dan faktor herediter
II.

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Secara umum karsinoma selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia,

bahan-bahan radioaktif, dan virus. Umumnya karsinoma kolon terjadi


dihubungkan dengan factor genetic dan lingkungan. Serta dihubungkan juga
dengan factor predisposisi diet rendah serat, kenaikan berat badan, intake alkohol.
III.

EPIDEMIOLOGI
Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma.

Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2 peratus


setahun sejak 1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya meningkat
kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui program skrining.
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira pada bagian :
26 % pada caecum dan ascending colon
10 % pada transfersum colon
15 % pada desending colon
20 % pada sigmoid colon
30 % pada rectum

Insiden karsinoma kolon menunjukkan variasi geografik. Negara industri


kecuali Jepang mempunyai insiden tertinggi. Manakala Negara Amerika Selatan
dan China mempunyai angka kejadian yang relative rendah. Ini disebabkan oleh
perbedaan diet antara negara berkenaan dan faktor lingkungan
Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi
belum ada angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolon. Sjamsuhidajat
(1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per
100.000 penduduk.2 Tirtosugondo (1986) untuk Kodya Semarang. Kira-kira
152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa karsinoma Colon pada tahun 1992
dan 57.000 orang meninggal karena karsinoma ini pada tahun yang sama (ACS
1993). Sebagian besar klien pada karsinoma Colon mempunyai frekuensi yang
sama antara laki-laki dan perempuan. Karsinoma pada colon kanan biasanya
terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. Insidennya
meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55
tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami
karsinoma kolon.
IV.

TIPE KARSINOMA KOLON DAN REKTUM


Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu :

Tipe polipoid atau vegetatif


Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol
dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.
Tipe skirus atau infiltratif,
Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan
gejala obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum.

Tahap ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah
rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi
menjadi tukak yang maligna.
V.

ANATOMI

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum


Kolon memanjang dari ujung ileum ke rektum. Sekum, kolon ascending
dan kolon transversum proksimal adalah bagian dari kolon sebelah kanan. Kolon
transversum distal, fleksura lienalis, kolon descending, kolon sigmoid, dan terdiri
dari rectosigmoid kolon sebelah kiri. Kolon transversum dan kolon sigmoid
bergantungan di rongga peritoneal. Dinding kolon memiliki empat lapisan:
mukosa, submucosa, muscularis, dan serosa. Muscularis propria yang terdiri dari
lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Otot longitudinal kolon
mengelilingi sepenuhnya dalam lapisan yang sangat tipis, dan di tiga titik di
sekitar lingkar itu dikumpulkan ke dalam band tebal disebut taeniae coli. Haustra
adalah hasil pemendekan usus oleh taeniae dan kontraksi otot melingkar

Terdapa lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding kolon begitu tipis
sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi.
Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di
persimpangan rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan mudah
teraba pada dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur biasanya luas dan dpt
dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan saluran
seminalis terletak di sebelah anterior rektum. Biasanya prostat mudah dirasakan,
tapi vesikula seminalis tidak teraba kecuali menggembung, Pada rektovaginal
toucher, struktur mudah teraba dengan satu jari di vagina dan satu di anus.
VI.

METASTASIS
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada

saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma
rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon
dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma
kolon pertama kali paling sering di hepar
VII.

KLASIFIKASI TUMOR

Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum dibagi berdasarkan


gambaran histologik menurut klasifikasi Dukes. Dukes membagi karsinoma
berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus.
Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:
Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for 5 years 97%)
Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis mukosa (80 %)

Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfe


C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %)
C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)
Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)

Klasifikasi TNM
T Tumor primer
Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 - Tidak ada tumor primer
T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa
T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria
T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke
perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal
T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum
viseral
N Kelenjar limfe regional
Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N2 - Metastasis di 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N3 - Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada
kelenjar apikal

M Metastasis jauh
Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 - tidak ada metastasis jauh
M1 - terdapat metastasis jauh

VIII. GEJALA KLINIS


Pasien

dengan

memberikan
(C h a n g e

karsinoma

keluhan berupa
of

bowel

kolorektal

gangguan

h a b i t ),

umumnya

proses

berupa

defekasi

konstipasi

atau

d i a r e , perdarahan segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah
buang air besar (tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia
tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat badan. Adanya suatu massa
yang

dapat

teraba

dalam

perut

jugadapat menjadi keluhan yang

dikemukakan.
Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk makroskopis
dan letak tumor. Bentukpolipoid (cauli flower) dan koloid (mukoid) menghasilkan
banyak mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan
bentuk infiltratif (schirrhus) t u m b u h l o n g i t u d i n a l

sesuai

sumbu

p a n j a n g d i n d i n g r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f menyebabkan
ulkus ke dalam dinding lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden
menimbulkan gejala perdarahan samar sedangkan tumor yang terletak di rektum
memanifestasikan perdarahan yang masih segar dan muncul gejala diare
palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini menyebabkan kolik yang nyata
karena lumennya lebih kecil dan feses sudah berbentuk solid.
IX.

Diagnosis

Diagnosis

karsinoma

kolon

ditegakkan

melalui

anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan


laboratoris, radiologis, kolonoskopi, dan histopatologis.
A. Anamnesis
Pada stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan
gejala. Gejala biasanya m u n c u l s a a t p e r j a l anan peny a k i t s u d a h
l a n j u t . P a s i e n d e n g a n k a r s i n o m a k o l o n biasanya mengeluh
rasa tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri
dip e r u t . D i d a p a t kan juga p e r u b a h a n k e b i a s a a n b u a n g a i r
b e s a r b e r u p a d i a r e a t a u sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah
dan lendir. Buang air besar yang disertai dengan darah dan lendir
biasanya dikeluhkan oleh pasien dengan karsinoma kolon b a g i a n
proksimal.

Hal

ini

disebabkan

karena

darah

yang

d i k e l u a r k a n o l e h k a r s i n o m a tersebut sudah bercampur dengan


feses. G e j a l a u m u m l a i n y a n g d i k e l u h k a n o l e h pasien berupa
kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan

fisik

mungkin

tidak

banyak

menolong

dalam

menegakkan diagnosis.T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada
palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila
tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan
bagian yang keras dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor
sudah metastasis ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal, iliaka,
dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis
ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma
kolorektal harus dilakukan rectal toucher. B i l a l e t a k t u m o r a d a
d i r e k t u m a t a u r e k t o s i g m o i d , a k a n teraba massa maligna
(keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau
rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung
tangan akan terdapat lendir dan darah.

C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau
demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar
hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos
abdomen,barium enema dengan single contrastmaupun double contrast dan
foto thoraks
a. Pemeriksaan Laboratotium
1. Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium
darah (hemoglobin dan hematokrit).
2. Test guaiac pada feses
3. Carcinoembryonic antigen (CEA)
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik
(pencitraan

diagnostik)

untuk

pemeriksaan

alat

alat

dalam

tubuh

manusia,dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan


serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan
cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.
Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan
memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik
ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai
peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Prinsip USG

Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada


kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekwensi antara 20 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan
dalam pemeriksaan USG ini mengunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta
Hz). Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal
yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk
akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan teganganlistrik.
Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan dasar
perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila
dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang
melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan
gelombang suara frekwensi tingi.
Display Modes
Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :
1. A- mode L : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada
osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko
yang diterima transducer.
2. B- mode : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan
garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang
dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua
dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.
3. M- mode : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung.
Tranducer tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ
yang memantulkan eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.
Kekurangan
Kekurangan yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena
USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh persen
gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang pada
perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan. Dengan

demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan.
Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang
memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak sulit, karena lemak
yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang sangat kuat.
Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam
berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain menemukan dan
menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. membedakan kista
dengan massa yang solid. mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena
kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. Pengukuran dan penetuan
volum.

Pengukuran

aneurisma

arterial,

fetalsefalometri,

menentukan

kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum massa
ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu,
ovarium, uterus, dan lain-lain). Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan
jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG. Menentukan
perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya,
dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi,
besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

2. CT-Scan Colon
Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Colon
merupakan teknik yang baru dan dapatkita lakukan dengan sangat cepat dan
dapat meniadakan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. Dengan
pemeriksaan CT Colon ini dapat dilihat gambaran Colon baik dalam maupun
luarnya sebagaimana kita melakukan Colonoskopi.
CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
1. Dengan memasukkan kontras media positif.
2. Dengan memasukkan kontras media negative.

CT Colon adalah pemeriksaan Colon dengan memanfaatkan alat CT Scan


untuk menperlihatkan gambaran Colon dan menggunakan kontras media negative
yaitu udara yang dipompakan kedalam colon. Tujuan pemeriksaan ini sama
halnya dengan pemeriksaan Colon biasa , hanya disini kita tak perlu melakukan
fluoroskopi dan juga tidak memasukkan Barium kedalam usus sipenderita. Jadi
pemeriksaannya jauh lebih nyaman dari pemeriksaan Colon yang biasa kita
lakukan , serta waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat. Pada CT Colon kita dapat
mengevaluasi permukaan luar (3D Colon) dan structure dalam dari Colon dengan
Navigator ,seperti divertikuli , dokter dapat juga mengevaluasi bagian dari
structure abdomen lainnya, seperti liver, ginjal, dll. Setelah dilakukan pemotretan
dalam posisi supine dan prone dengan mempergunakan Helical dan ketebalan
irisan 3 - 5 mm , pasien diperbolehkan keluar dari ruangan pemeriksaan, dan
selanjutnya kita lakukan prosesing gambar pada operator console. Untuk melihat
Colon dengan penampilan tiga dimensi, cukup kita klik Built model, terus 3D
Colon , dengan sekejap kita dapatkan gambaran Colon. Dengan jalan memutarmutar gambar sedemikian rupa , kita dapatkan gambaran Colon yang kita
kehendaki. Gambar Colon 3D yang sudah kita dapatkan kita ubah lagi menjadi
gambaran colon seperti yang biasa kita buat dengan alat Rontgen konvensionil.
Dengan menggunakan alat (Navigator) yang dapat kita gerakkan sepanjang
gambaran Colon , dimana kita sudah mempunyai gambaran Colon dalam
potongan axial , sagital dan coronal sebagai panduan., maka kita dapatkan
gambaran permukaan dalam dari Colon , dimana gambar yang kita lihat adalah
gambaran seperti yang dihasilkan dengan alat Colonoskopi yang selama ini kita
lihat. Bila dokter memerlukan visualisasi dari Colon itu sendiri dapat dengan
mudah dilakukan, walaupun pasien sudah keluar dari bagian Radiologi.
Tujuan pemeriksaan : untuk melihat kelainan-kelainan pada daerah kolon.
Indikasi Pemeriksaan :
1. Colitis
2. Polip
3. Tumor

4. Invaginasi
5. Hemoroid
Kontra indikasi :
1. Perforasi
2. Keadaan umum pasien jelek
3. Diare
Persiapan Pasien :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap
dan disarankan banyak minum air
2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan
jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.
3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks
dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum
garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.
4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika
dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk boleh
bnyak bicara.
5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.
6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Cateter
2. Gunting klem
3. Spuit 20cc
4. Jelly
5. Spuit cateter
6. Handscone
7. Bahan Kontras dan gelas

Persiapan pasien :
1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.
2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg telah
disiapkan / baju pasien.
3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.
Dengan memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan
gambaran CT Colon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice , pasti
gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin halus.
Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang diterima pekerja
radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Colon baik lapisan luar maupun lapisan
dalamnya. Kita bisa melihat gambaran Colonoskopi tanpa menunggu dokter ahli
Penyakit dalam untuk melakukannya. Kelemahannya kita tak bisa mengambil
cuplikan bahan yang akan diperiksa dilaboratorium, apabila ada hal-hal yang
mencurigakan. Kerugiankerugiannya adalah boleh dikatakan tidak ada.
CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada pasien
dengan karsinoma kolorektal.CT scan dapat mengevaluasi abdominal
cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan bisa mendeteksi
metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnyadi
pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada
pasien dengan nilai CEAyang meningkat setelah pembedahan kanker kolon.
Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan memegang peranan penting pada
pasien dengan kanker kolon dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan
operasi. Pelvic CT scan dapat mengidentifikasi invasi tumor kedinding usus
dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah
bening> 1 c m p a d a 7 5 % p a s i e n . P e n g g u n a a n C T d e n g a n k o n t r a s
d a r i a b d o m e n d a n p e l v i s d a p a t mengidentifikasi metastase pada hepar
dan daerah intraperitoneal.

Gambar. CT Scan Ca kolon

Gambar. Metastasis ke hati

Kerugian CT Scan adalah


Karena CT Scan menggunakan sinar x untuk menghasilkan gambar
potongan tubuh ,maka tentu saja pasien yang sedang dalam pemeriksaan CT Scan
akan terpapar dengan sinar x. CT Scan dengan teknologi saat ini hanya akan
memaparkan 4% saja dari radiasi sinar x yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar
x biasa. Oleh karena itu ibu hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT Scan ,
oleh karena itu ibu hamil wajib memeberitahukan kondisi kehamilannya pada
dokter sebelum dokter merekomendasikan pemeriksaan CT Scan. Munculnya
gambaran artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini
biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman CT Scan berlangsung,
pasien yang menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam,
atau kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya gambaran
artefak. Demikian penggunakan CT Scan sejak awal sampai saat ini setelah
banyak sekali kemajuan teknologi yang dicapai ,kemajuan ini dapat sangat
bermanfaat untuk dunia kedokteran dan kesehatan.
3. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan awal untuk melakukan
pemeriksaan barium enema. Apabila pada pemeriksaan foto polos abdomen
ditemukan tanda-tanda perforasi, maka pemeriksaan barium enema merupakan
kontra indikasi.7
Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan
sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan di
sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak obstruksi karena massa.

Gambar. polos abdomen

Gambar. foto abdomen left lateral decubitus

GAMBAR. Foto polos abdomen-Left lateral decubitus


Pada foto BOF/LLD tampak adanya peumoperitoneum (udara bebas diatas hepar
pada foto LLD) menunjukan adanya perforasi usus.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat


mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan
film ukuran 35 x 43 cm.
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid
level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.
Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus
halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran step ladder dan air
fluid level terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak
tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran
berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara
bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan
kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya
perforasi.
4. Barium Enema
Tujuan Pemeriksaan :
Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi
colon.
Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.
Resiko dan Tindakan Pencegahan :
Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita tachycardia atau
colitis berat.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati pada penderita ulcerative
colitis, diverticulitis, berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides
intestinalis.

Nilai Normal :
Barium akan mengisi colon secara rata dan menunjukkan contour, patency
(bebas terbuka) dan posisi bowel yang normal.
INDIKASI :
1.

Gangguan pola buang air besar

2.

Nyeri daerah colon

3.

Kecurigaan massa daerah colon

4.

Melena

5.

Kecurigaan obstruksi colon

KONTRA INDIKASI :
1.

Absolute
toxic megacolon
pseudo membranous colitis
post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)
2. Relatif
persiapan colon kurang baik
baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan kontras

KOMPLIKASI :
1.

Perforasi usus

2.

Extraluminasi ke venous

3.

Water intoxication

4.

Intramural barium

5.

Cardiac arithmia

6.

Transient bactericemia

7.

ES obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)

Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
o 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
o 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
o 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per
anus selanjutnya dilavement
o Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
o 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral
untuk mengurangi pembentukan lendir
o 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Prosedur
1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan
kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset
ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan
3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
4.

Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray:
Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4.

Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma
keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
5.

Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:8.

6.

Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang


irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.

7.

Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem dengan
gunting klem. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke colon sigmoid (5
menit). Tutup gunting klem pada selang irigator. Lakukan pemotretan dengan
kaset 24 x 30 cm.

8.

Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum ( 10


menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan kiri dengan
menggunakan kaset 30 x 40 cm.
9. Pasien dipersilahkan BAB.
10. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien dengan
spuit. (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan dengan posisi
AP.
11. Pemeriksaan Colon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
12. Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / colon in
loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan colon in loop, dengan catatan
bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.
Setelah Pemeriksaan
Perawatan Langsung Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat kembali
makan secara normal.

Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan dehidrasi.


Aktivitas Setelah Pemeriksaan :
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3 hari ).
Teknik Pemasukan Media Kontras
1.

Metode Kontras Tunggal


1. Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media
kontras.
2. Kontras

dimasukkan

ke

kolon

sigmoid,

desenden,

transversum, ascenden sampai daerah seikum.


3.

Dilakukan pemotretan full fillng

4.

Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

2.

Metode Kontras Ganda

1.

Kontras Ganda Satu Tingkat


Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara

untuk mendorong barium melapisi kolon

2.

Selanjutnya dibuat foto full filling


Kontras Ganda Dua Tingkat
1. Tahap pengisian
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis
atau pertengahan kolon transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke
seluruh kolon

2. Tahap pelapisan

Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi


mukosa kolon
3. Tahap pengosongan
Pasien disuruh BAB
4. Tahap pengembangan
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000
ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul
komplikasi : reflex fagal (wajah pucat, bradikardi,
keringat dingin dan pusing )
5. Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon
mengembang semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan
kelainan serta lokasinya.
Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk
fleksura)
Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura
lienalis dan hepatica)

Gambar. Karsinoma kolon-apple core

Gambar. Barium enema

Gambar. Karsinoma kolon

Gambar. Colorecral cancer.


Memberikan keuntungan sebagai berikut :
sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 95 %,
aman,
tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi,
tidak memerlukan sedasi,
telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Terdapat kelemahan pemeriksaan enema barium yaitu:
lesi T1 sering tak terdeteksi,
rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum,
rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar,

rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip < 1 cm,


c. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi merupakan diagnosis pasti dari
karsinoma. Klinisi harus mereview penemuan hasil pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi diagnosis dan dapat segera memberikan terapi yang tepat. Dalam
kedokteran onkologi, ini merupakan prinsip dasar dalam menegakkan diagnosis
keganasan.
X.

DIAGNOSA BANDING

Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :


1. Divertikulitis
Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid atau kolon descendens,
dimana pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang
bercampur dengan darah dan lendir.
2. Colitis Ulcerative
Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulserativa terdapat diare
sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti
kotoran kambing.
3. Appendicitis Infiltrat
Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor
sekum stadium lanjut (tumor sekum pada stadium awal bersifat mobile).
4. Haemoroid
Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah
keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan pada tumor
kolon darah keluar bersamaan dengan feces.

5. Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan
gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen
namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain
itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan
frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor kolon.

Kolon kanan

Kolon tengah

Kolon kiri

Rektum

Abses apendiks

Tukak peptik

Kolitis ulserosa

Polip

Massa apendikular

Karsinoma lambung

Polip

Proktitis

Amuboma

Abses hati

Divertikulitis

Fisura ani

Enteritis regionalis

Karsinoma hati

Endometriosis

Karsinoma ani

Kolesitiasis

Hemoroid

Kelainan pankreas

Kelainan saluran

empedu

DAFTAR PUSTAKA

1.Karsinoma

kolon.

Available

from http://web.squ.edu.om/med-

Lib/MED_CD/E_CDs/Cancer%20of%20the%20Lower%20Gastrointinal
%20Tract/DOCS/Ch7.pdf.
2. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health (2009) Cancer colon
treatment. Available from www.cancer.org

3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Edisi 2: Bab 35


Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum.Jakarta: EGC. 2005.
4. Halpert, RD. Gastrointestinal Imaging 3rd ed: Chapter 7 Colon and Rectum.
Philadelphia: Mosby Elsevier. 2006. 261-300.
5. Deteksi dini , diagnose dan penatalaksanaan karsinoma kolon. Available
fromhttp://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_P
enatalaksanaan_Karsinoma_Kolon_dan_Kerektum.pdf
6. Zieve,

D.

(2009) Colon

cancer.

Available

fromwww.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html. 7. Keuntungan
kolonoskopi

dengan

barium

enema.

Available

from http://books.google.com/books?
id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=kelebihan+kolonoskopi
&source=bl&ots=rqG8SF8GG4&sig=kXhFVJNRwKMsvciNcW9YwdIk
UNY&hl=en&ei=lxcbTv2QKMzHrQfo0tnPAQ&sa=X&oi=book_result&
ct=result&resnum=4&ved=0CDAQ6AEwAw#v=onepage&q=kelebihan
%20kolonoskopi&f=false
8. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan
Biliaris. Jakarta: EGC. 2005. 256-268
9. Gontar Alamsyah Siregar. Deteksi dini dan penatalaksanaan karsinoma kolon,
2007.
10. COLORECTAL CANCER HEALTH CENTRE (2010) LAPAROSCOPIC
PROCTOSIGMOIDECTOMY
AVAILABLE

AND

COLORECTAL

CANCER.

FROMWWW.WEBMD.COM/COLORECTAL-

CANCER/DEFAULT.HTM
11. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital (2010) Treatments for
Sigmoid Colon Cancer . Available fromwww.csmc.edu/6408.html.

Anda mungkin juga menyukai