Interavaskular 4% 4% 5% 6%
Interstitial 25% 11% 10% 15%
Kehilangan Na (Hipovolemia).
Kehilangan H2O (Dehidrasi).
Kehilangan HCO3 ( Asidosis metabolik)
Kehilangan K (Hipokalemia).
Penyakit lain yang mengganggu imbang
cairan & elektrolit
Dari Serum Na
Air yang hilang = 0.6 berat badan x BB ( Plasma Na-1 )
140
Dari Ht
Defisit Plasma (ml) = Vol drh normal-(vol drh normal x HCT awal)
HCT terukur
Terapi Cairan
Terapi Cairan
Resusitasi Koreksi Rumatan
Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi
ASERING DEXTRAN 40,70 KA-EN 3B AMIPAREN
RL Gelatin 3A, 1B, 4A, 4B KA-EN Mg3
NaCl 0.9% starct Pan-Amin
Triparen
Resusitasi
Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh.
Kehilangan akut cairan tbh seringkali menyebabkan syok.
Paling mudah terjadi pada anak.
Ditujukan untuk ekspansi cepat dari cairan intravaskular
dan memperbaiki perfusi jaringan.
Dapat dilakukan dengan penginfusan NS atau RA/RL 20
ml/kg selama 30-60 menit.
Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam 10
menit.
Resusitasi
Pada Syok : Berikan Oksigen, infus isotonik RA/RL atau
NS, dosis bisa mencapai 20 ml/ kg, jika respon tidak
membaik dosis dapat di ulangi.
Pada luka bakar : 24 jam pertama : 2-4 ml RA/RL per kg
BB tiap % luka bakar, dosis diberikan 8 jam pertama
dosis berikut 16 jam kemudian. Sesuaikan dosis infus
untuk menjaga urin 30-50 ml/ jam pada dewasa. Jika
respon membaik, turunkan laju infus secara bertahap.
Resusitasi
Pertimbangan Umum : Medikasi harus diberikan IV
selama resusitasi, Perubahan Na dapat menyebabkan
hiponatremia yang serius. Na serum harus dimonitor,
terutama pada pemberian infus dalam vol besar.
Transfusi diberikan bila Ht dibawah 30. Insulin diberikan
bila kadar GD > 200 mg%. Histamin, H2 bloker dan
antasid sebaiknya diberikan untuk menjaga Ph lambung
7.0.
Rumatan
Memelihara keseimbangan cairan tubuh & nutrisi
Diberikan dengan kecepatan rumatan ( 80ml/jam)
Untuk anak gunakan rumus 4:2:1
Misal BB 25 kg
infus = (4x10) + (2x10) + (1x5) = 65 ml /jam.
Rumatan
Kalium
Kation utama intraselular
Repolarisasi membran sel
Neuro-autonomic
Neuromuscular exitabability
Metabolisme protein
Pelepasan hormon pertumbuhan
pH intraselular
Umumnya infus konvensional ( RL atau NS ) tdk mampu mensuplai
kalium sesuai kebutuhan harian.
KA-EN ( Cairan rumatan) dapat.
Hipokalemia
Pasien rawat inap (26%) kadar serum < 3.5 mmol/L.
Diare, muntah & malnutrisi.
Penyebab bervariasi : Diare kronik, akut, asma.
Hipertensi, intoksikasi digitalis, CABG
Kebutuhan infus 20 mEq/L pada pasien rawat inap
GiTr : Anoreksia, nausea, muntah, kembung, ileus.
Jantung : Gangguan irama
EKG : T datar atau terbalik, ST depresi.
Ginjal : Poliuria
Neuromuskular: Malaise, ngantuk, lemah otot, reflek tendon
menurun, paralisa pernapasan.
Hipokalemia
Eksresi Na & K dalam urine: Urine output 0.5cc/kgBB/hari
Eksresi Natrium : 10-80 mEq/L urine.
Eksresi Kalium : 30 mEq/L urine.
HIPOKALEMIA : Kadar K serum < 3.5 mEq/L
Kelemahan otot, kurang reaktif thd stimulus, distensi
abdomen, ileus paralitik, hipotensi postural, gangguan
jantung, abnormalitas pelepasan insulin.
AKIBAT : Perpindahan K kedalam Sel, Kehilangan K
melalui ginjal yang meningkat atau Kehilangan K yang
berlebih melalui faeses.
Hipokalemia
Tujuan Terapi: menyelamatkan pasien dari keadaan kritis,
bukan untuk mengkoreksi defisit kalium secara
keseluruhan.
Penurunan kadar K serum dari 4 mEq/L jadi 3 mEq/L
menunjukan defisit kalium total 100-200 mEq.
Sedangakn dibawah 3 mEq/L menunjukan defisit total
200-499 mEq.
Syarat pemberian Infus K : Konsentrasi < 40 mEq/L,
Kecepatan 10 mEq/ Jam, Jumlah < 100 mEq/ hari, EKG
monitor, periksa kadar K serum, Urin > 0.5 ml/kg/jam
Hipokalemia
Infus cairan elektrolit sederhana (RA/Asering)
maupun dextrose tidak dapat memenuhi
kebutuhan K tubuh.
Dext 5% = 0 mEq/L
RL/ASERING = 4 mEq/L
KA-EN 3A, 3B, MG3, 4B (10,20,20,8 mEq/L)
Hiponatremia
Berkaitan dengan hipotonisitas (baik osmolalitas normal atau tinggi).
Hiponatremia hipertonik karena akumulasi zat terlarut non-elektolit
aktif glukosa, mengakibatkan perpindahan air dari intraselular ke
ekstraselular.
Biasanya disebabkan karena hiperglikemia.
Hiponatremia hipotonik ada 2 ( ipovolemia & euvolemia)
Hipovolemia(penurunan vol cairan atau penurunan vol arteri efektif)
Euvolemia(peningkatan air bebas dengan perubahan kecil Na tubuh).
Hipernatremia
Kadar serum > 145 mEq/L
Umumnya karena asupan air yang tidak mencukupi.
Dibagi 4 kategori : Hipodipsia primer, Diabetes incipidus,
Asupan air yang tidak memadai dan kehilangan air
dalam jumlah besar.
Klinis Hipernatremia : Na serum 160 mEq/L (iritabilitas,
anoreksia, ataksia, kram). Na serum 180 mEq/L
(koma,stupor, kejang).
Terapi Hipernatremia
Tentukan vol cairan ekstraselular.
Hipernatremia dengan Vol meningkat terapi dengan diuretik (
furosemide) dan penggantian urin dengan air (glukosa 5%).
Hipernatremia dengan Vol normal Terapi akut adalah penggantian
air (glukosa 5%) evaluasi kemungkinan diabetes insipidus.
Hipernatremia dengan Vol menurun ( Air hilang, Na hilang)
perkiraan jumlah air dengan rumus :
(0.6xBB) X ((Na serum/140)-1) koreksi vol dengan RA/RL dan
lanjutkan dengan cairan hipotonik (KA_EN 1B).
Jika Na serum awal > 175 mEq/L cegah edema otak monitor
samapai kadar 155 mEq/L.
Penurunan Na serum : 2 mEq / L setiap jam
Asidosis
Beda dengan asidemia.
Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang menyebabkan
penurunan pH darah.
Asidemia adalah keadaan pH arteri < 7.35.
Klinis asidosis : hipernea (napas dalam tidak terputus), penurunan
kontraktilitas miokardial, aritmia, dilatasi arteri, hipotensi dan edema
paru.
Asidosis respiratori terjadi saat pertukaran CO2 alveolar terhambat.
Penyebabnya: obstruksi/restriksi respiratori, obstruksi akut jalan
udara, pembatasan respiratori akibat obesitas atau kondisi yang
mempengaruhi otot pernapasan.
Asidosis
Asidosis metabolik disebabkan oleh:
Senyawa disebabkan asam yang ditambahkan kedalam
darah sebagai hasil metabolisme.
Senyawa asam yang berasal dari sumber eksogen.
Penurunan senyawa-senyawa basa.
Asidosis metabolik diklasifikasikan sebagai anion gap
tinggi atau normal
Anion Gap = Na- (Cl+HCO3).
Normalnya nilai anion gap = 10-12 mEq/L.