Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN BEDAH DIGESTIF


DENGAN KARSINOMA
KOLOREKTAL

SRI YULIA RAHAYU, M.KEP


TOPIK PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Etiologi
3. Anatomi & Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik
5. Penentuan Staging
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
8. Asuhan Keperawatan
Definisi
q Kanker Kolorektal (KKR) adalah
tumor ganas epitelial pada kolon
atau rektum (Haryono, 2010).

q Kanker kolorectal adalah


keganasan yang berasal dari
jaringan usus besar, terdiri dari
kolon dan/atau rectum ( (Panduan
Penatalaksanaan KKR).
Etiologi
• Bahan-bahan kimia, bahan-bahan radioaktif,
dan virus.

• Umumnya kanker usus besar terjadi


dihubungkan dengan faktor genetik dan
lingkungan.

• Faktor predisposisi; diet rendah serat,


kenaikan berat badan, intake alkohol.
Faktor Resiko Kanker Usus
1. Usia; Insiden meningkat setelah usia 50
tahun
2. H e r e d i t e r ; S e k i t a r 8 0 % t e r j a d i s e c a r a
spora d i k d a n 2 0 % t e rj a d i p a d a p a s i e n
dengan riwayat kanker kolorektal dalam
keluarga
3. Lingkungan dan faktor diet
4. Inflammatory Bowel Disease (Kolitis)
5. Merokok (terutama setelah > 35 tahun)
ANATOMI COLON
ANATOMI COLON
 Lumen paling lebar di
cecum, makin ke
distal makin sempit.
 Lapisan otot
longitudinal bersatu di
3 tempat membentuk
Taenia.
 Sakulasi (Haustrae)
akbt adanya taeniae &
kontraksi otot sirkuler.
Anatomi Colon
1. Colon ascenden; memanjang dari caecum ke fossa iliaca kanan

sampai ke sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm.

2. Colon Transversum; bagian usus besar yang paling besar dan paling
dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesocolon, yang ikut
membentuk omentum majus. Panjangnya antara 45-50 cm.

3. Colon descenden; Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah

abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis

sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid, dan

dibelakang peritoneum.
4. Colon sigmoid disebut juga colon pelvinum
Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura
pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi
rectum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini
ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli, dan
terletak + 15 cm di atas anus.

5. Colon sigmoideum tergantung oleh mesocolon


sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga
dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
FISIOLOGI COLON
• Absorpsi, sekresi, motilitas, digesti intra
lumen  membuat effluent ileum jadi
feses semi padat  disimpan  defekasi.
• 1000 – 2000 ml effluent ileum masuk
cecum
 100 – 200 ml air di feses.
• Colon proksimal mengabsorpsi air &
elektrolit lebih efisien pd colon
descendens & rectum.
• Fungsi dlm metabolisme nutrien lain : ?
GAS INTESTINAL
• Volume & komposisi bervariasi.
• Gas di usus halus 100 ml, colon >>
• Sebagian diserap melalui mukosa &
dikeluarkan lewat paru.
• 400 – 1200 ml/hari dikeluarkan sbg flatus.
• Nitrogen (N2) : 30 – 90% ,
terutama dr udara yg tertelan , jg dr darah
dgn difusi melalui mukosa ke lumen usus.
GAS INTESTINAL
• Gas lain :
O2, CO2, H2, metan, zat² berbau spt metil
sulfid, H2S, indol & skatol.
• H2 & metan : gas eksplosif  hati²!
• Gas berlebihan :
- rektum yg sensitif thdp volume yg sedikit
saja
 sering flatus.
- Produksi gas banyak
 atur diet.
RECTUM - ANUS
 Rectum : endoderm
 Anal canal : invaginasi
jar ektoderm.
 Anorectum terjadi
akibat fusi rectum &
anal canal.
 Linea dentata : tempat
fusi & merupakan
transisi dr endoderm
ke ektoderm.
RECTUM - ANUS
 Rectum :
panjangnya 12 – 15 cm
 Anal canal anatomik :
- mulai dr Linea dentata
- berakhir di Anal
verge :
pertemua mukosa
anus
dgn kulit peri anal.
 Anal canal surgikal :
Otot2 dasar panggul –
anal verge.
ANAL CANAL
 Mekanisme sphincter :
1. Sphincter interna :
- lanjutan otot sirkuler
rectum,
- involunter,
- kontraksi saat istirahat.
2. Sphincter eksterna :
- volunter,
 Sph. interna & eksterna
dipisahkan oleh conjoint
longitudinal muscle.
FUNGSI RECTUM - ANUS
• Tempat menampung & melepaskan
produk sisa.
• Fungsi rectum :
- tempat menampung yg luwes
- volume normal 650 – 1200 ml
• Sphincter ani interna :
- otot polos , 85% tonus istirahat.
• Sphincter ani eksterna :
- otot rangka, 15% tonus istirahat,
- 100% voluntary squeeze pressure.
FUNGSI RECTUM - ANUS

• Jaringan Hemorrhoid :
o Mempertahankan kontinens
o Mengurangi trauma waktu defekasi.

• Kontinens : tekanan dlm rectum < tek.


sphincter
FUNGSI RECTUM - ANUS
Proses Defekasi :
• Wkt istirahat, rectum tak kosong, sensasi
isi (-).
• Serabut sensorik levator yg mula²
memberi sinyal thdp pelvis yg penuh 
rectum mengurangi tonus, memungkinkan
isinya tetap di dalam.
• Secara berkala sphincter interna relaksasi,
FUNGSI RECTUM – ANUS
 Isi rectum turun ke anal
canal  sensasi oleh
anoderm
 Sebagai respons, sphincter
eksterna kontraksi  isi
didorong kembali ke rectum.
 Sampling Reflex.
 Distensi progresif rectum :
- relaksasi sphincter interna
& eksterna
- ingin bab.
Patofisiologi
Dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar sebelah
kanan dan kiri berbeda:
Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden, transversum
sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid.
Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri.
Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi
dengan simtom : sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering
berkaitan dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-
kadang disertai diare ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia
karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi,
mungkin karena volum colon kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi
massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colon
descenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin. Pada permulaan,
tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak
melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah mengalami
ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir dan darah,
konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.
Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama dan hasil pemeriksaan fisik:
•Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi
defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu (semua
umur)
•Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)
•Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal
6 minggu (di atas 60 tahun)
•Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
•Massa intra-luminal di dalam rektum
•Tanda-tanda obstruksi mekanik usus.
•Setiap penderita dengan anemia defisiensi Fe (Hb < 11g%
pada pria dan Hb < 10g% pada wanita pasca menopause)
b. Pemeriksaan Rectal Tuse

• Dilakukan pada setiap penderita dengan gejala ano-rektal


• Menetapkan keutuhan sfingter ani
• Menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah
dan distal.
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan RT, yaitu indurasi dan adanya
suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
• Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi

• Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang
menonjol
Stadium dan Prognosis Kanker Colorectal
Stadium

Deskripsi Histopatologi
Dukes T N M Derajat

A T1 N0 M0 I Kanker terbatas pada mukosa/submukosa

B1 T2 N0 M0 I Kanker mencapai muskularis

B2 T3 N0 M0 II Kanker cenderung untuk masuk atau melewati lapisan serosa

C Tx N1 M0 III Tumor melibatkan kelenjar getah bening regional

D TxNxM1 IV Metastasis
Pemeriksaan Diagnostik

1. Flexible Sigmoideskopi; dapat melihat colon dan rektum


dengan alat sigmoidoscope.
2. K o l o n o s k o p i ; d a p a t m e l a k u k a n i n s p e k s i l e b i h
luas/panjang terhadap kolon sampai sekum, versi yang
lebih panjang dibandingkan dengan sigmoidescope,
3. Double contras Barium Enema; barium enema dengan
kontras udara,
4. CT Colonography (virtual colonoscopy); CT scan dari
colon dan rektum
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan lab rutin
2. Fecal Occult Blood Test (FOBT)
3. Fecal Immunochemical Test (FIT)
3. Test DNA Feses
4. Pemeriksaan Antegen Karsinoembrionik (CEA)
Rekomendasi American Cancer Society untuk
deteksi dini kanker colorektal:

•Test untuk menemukan polyp dan kanker


•Flexible sigmoidoscopy tiap 5 tahun*
•Colonoscopy tiap 10 tahun
•Double-contrast barium enema tiap 5 tahun*
•CT colonography (virtual colonoscopy) tiap 5 tahun*
•Fecal occult blood test (FOBT) tiap tahun*
•Fecal immunochemical test (FIT) tiap tahun*
•Stool DNA test (sDNA), interval tidak pasti*
Ket:*= colonoscopy harus dilakukan jika hasilnya positif
Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan; pembuatan stoma
2. Kemoterafi Adjuvan
üRegimen intravena
üRegimen Oral
3. Radiotherapi
Prinsip Tatalaksana KKR
Stadium Therapi
Stadium 0 • Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
((TisNoMo) • Reseksi en-bloc segmental untuk lesi
(yang tidak memenuhi syarat eksisi lokal)
Stadium I • Wide surgical resection dengan anastomosis
(T1-2NoMo) tanpa kemoterapi ajuvan
Stadium II • Wide surgical resection dengan anastomosis
(T3NoMo, • Terapi ajuvan setelah pembedahan pada pasien
T4a-bNoMo) dengan resiko tinggi
Stadium III • Wide surgical resection dengan anastomosis
(T apapun N1-2Mo) • Terapi ajuvan setelah pembedahan
Stadium IV • Reseksi tumor primer pada kasus kanker
(T apapun N kolorectal dengan metastasis yang dapat
apapun M1) direseksi
• Kemoterapi sistemik pada kasus KKR dengan
metastasisi yang tidak dapat direseksi & tanpa
gejala
RESEKSI KOLON PADA
TUMOR

HEMIKOLEKTOMI KANAN HEMIKOLEKTOMI KANAN YG


DIPERLUAS
RESEKSI KOLON

KOLEKTOMI SIGMOID
HARTMANN’S OPERATION
KOLEKTOMI TOTAL

PROKTO KOLEKTOMI TOTAL,


ILEAL POUCH-ANAL ANASTOMOSIS
Miles Procedure
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan
dengan melakukan abdominal reseksi pada
rektum dilanjutkan dengan reseksi perineal
karena suatu proses keganasan pada
rektum 1/3 distal. Prosedur ini dilakukan
melalui pendekatan abdominal dan perineal
dan dibuat proksimal end kolostomi
permanen untuk diversi (anus
preternaturalis) dan perineum ditutup.
Radiotherapi
Radiasi pada carsinoma recti dapat diberikan pada kasus yang
resektabel ataupun tidak, tujuannya :
•Mengurangi resiko rekuren lokal → prognosis pasien buruk
•Me↑kan kemungkinan prosedur preservasi sfingter
•Me↑kan tk resektabilitas pada tumor yang lokal lanjut/tidak resektabel
•Me↓kan jumlah sel tumor yang viabel sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kontaminasi sel melalui aliran darah pada saat
operasi

Ada 2 jenis radiasi :


•Radiasi eksterna Pra Operasi
•Radiasi eksterna Pasca Operasi
Konsep Askep KKR
1. Pengkajian

ü Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi


tentang perasaan lelah: adanya nyeri abdomen atau rektal dan
karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan atau defekasi). Pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup
adanya darah atau mukus.

ü Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang


penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi
obat saat ini.

ü Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan


serat serta jumlah komsumsi alkohol.
.
ü Riwayat penurunan berat badan adalah penting.

ü Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen


terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area
nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen
feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah
dan lender

ü Area rektum apakah ada massa


INTERVENSI
NO DIAGNOSA INTERVENSI

1. Managemen nyeri
- Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
- Ajarkan tekhnik non farmakologi
( relaksasi, distraksi dll )
- Kolaborasi dengan tim medik untuk
pemberian analgetic
- Tingkatkan pengetahuan pasien dalam
mengelola nyeri ( memonitor nyeri
secara mandiri )
2. - Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Sajikan makanan yg menarik
dg suhu yg sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
dan tinggi protein
- Kolaborasi pemberian anti
emetic ( bila perlu)
- Kolaborasi dg ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
3. - Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
4
- Kaji Tindakan invasive yang di lakukan tim bedah

- Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril

- Angkat drainage sesuai indikasi

- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik

5
- Bina hub saling percaya antar perawat dengan pasien

- Kaji tingkat kecemasan pasien

- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien

- Jelaskan pada pasien tentang prosedur perawatan dan

pengobatan

Anda mungkin juga menyukai