KEPERAWATAN
HIV /AIDS
KELOMPOK 9
EKA
NINA
RISWAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Human Immunideficiency Virus (HIV) ialah epidemi yang mengakibatkan infeksi HIV, HIV dapat
menyebabkan AIDS jika tidak diobati. Jika seseorang telah terinfeksi HI, virus tersebut akan tinggal di dalam
tubuh selamanya. HIV menyerang sistem kekebalan, yaitu sel CD4 (sel T) yang membantu perangkat kekebalan
melawan kontaminasi. Jika tidak diobati, akan mengurangi kisaran sel CD4 (sel T) dalam tubuh dan akan
menyebabkan infeksi lain (Haryono, R. & Utami, 2018).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah endemik yang merusak perangkat kekebalan dengan
bantuan menghancurkan sel darah putih penangkal infeksi tertentu. Sementara itu, didapatkan
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah tingkat akhir dari infeksi HIV (Ermawan, 2019).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel
darah putih, yaitu sel CD4. HIV menghancurkan sel CD4 tersebut, memperkuat kekebalan terhadap infeksi
oportunistik, seperti tuberkulosis dan infeksi jamur, infeksi berlebihan dan beberapa jenis kanker (WHO, 2021).
2. ETIOLOGI
Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan
kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012). Penyebab penyakit HIV adalah organisasi retro virus yang
sering dikatakan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
HIV pertama kali diamati pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan dianggap sebagai HIV-1. Pada tahun 1986,
retrovirus baru lainnya ditemukan di Afrika, kemudian diberi nama HIV-2. HIV- dikatakan sebagai virus yang jauh
lebih sedikit patogen daripada penggunaan HIV-1. Dalam upaya untuk membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk
mengatakan HIV. Virus HIV merupakan bentuk virus yang mematikan jika penderitanya tidak melakukan pengobatan.
3. Manifestasi Klinis
Penderita yang terinfeksi Hiv di kelompokan 4 golongan:
HIV
SEL DARAH
PUTIH(LIMFOSIT)
KEMATIAN SEL
VIRUS
MEREPLIKASI DIRI
DALAM SEL T-CD4
IMUN MENURUN
HIV / AIDS
Menurut (Kumalasari and Andhyantoro 2012Fase pertama: Masa Jendela/
Window
A. Periode Pada awal seorang terinfeksi HIV belum terlihat adanya ciri-ciri
meskipun dia melakukan tes darah. Masa ini biasanya dialami 1-6 bulan.
a. Fase Kedua
Terjadi setelah 2-10 tahun setelah terinfeksi. Pada fase ini individu sudah positiv
HIV, tetapi belum menampakkan gejala sakit. Pada tahap ini individu sudah dapat
menularkan kepada orang lain. Kemungkinan mengalami gejala ringan seperti flu
(biasanya 2-3 hari dan akan sembuh sendiri).
b. Fase Ketiga
Pada fase ini akan muncul gejala-gejala awal penyakit. Namun, belum dapat
disebut sebagai penyakit AIDS. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV antara lain:
c. Fase Keempat
Fase ini sudah masuk pada tahap AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa
setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T yang turun
hingga di bawah 2.001 mikroliter dan timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yang merupakan penyakit-penyakit yang muncul
pada masa AIDS, yaitu:
5. KOMPLIKASI
A. Respiratori
Pneumonia Pneumocytis carini. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan
demam
B. Gastrointerstinal
hilangnya selera makan, mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis
C. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang paling sering ditemukan merupakan
penyakit yang melibatkan lapisan endotel pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS
d. Neurologi
Sel-sel otak yang terinfeksi HIV didominasi olehsel-sel CD4 + yang berasal dari monosit/magrofag. kelelahan, depresi
atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan malignansi. Manifestasi dini mencangkup gangguan daya ingat,
sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. Stadium lanju
tmencangkup ganggua kognitif global kelambatan dalam respon verbal, gagguan afektif seperti pandangan yang
kosong,hiperrefleksi paraparesis spastik, psikologis, halusiansi, tremor, inkontenensia, serangan kejang, meningitis dan
kematian
e. system integument
Infeksi oportunistik seperti harpes zoster dan harpes simpleks , Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folokulasi menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau
dengan dermatitis atropik seperti ekzema atau psoriasis
Pemeriksaan penunjang
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Stadium pada HIV terdiri atas beberapa stadium namun pada stadium 3 biasanya pasien akan terinfeksi penyakit oportunistik lainnya seperti
TB paru. Untuk penegakan diagnosis TB paru sangatlah beragam gold standaruntuk penegakan TB paru bisa berupa pemeriksaan sputum
SPS
Pada pada pemeriksaan rontgen thorax untuk mendeteksi adanya penyakit pulmoner yang biasanya menyertai fase keempat yaitu fase AIDS.2 Selain itu,
pasien disarankan untuk menjalani pemeriksaan serum antiHIV untuk memastikan, yang dilakukan melalui 3x pemeriksaan. Terdapat dua uji khas yang
digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV, yaitu Gita dan Agustyas ,Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA), dan Western Blot.
Pemeriksaan CD4 digunakan untuk mengetahui prognosis dan dosis obat ARV pada awal terapi.
2. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Seseorang yang ingin menjalani tes HIV/AIDS untuk keperluan diagnosis harus mendapatkan konseling pra tes. Hal ini harus dilakukan agar ia dapat
mendapat informasi sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV/AIDS sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya serta lebih siap
menerima apapun hasil tesnya nanti.
Untuk memberitahu hasil tes juga diperlukan konseling pasca tes, baik hasil positif maupun negatif. Jika hasilnya positif akan diberikan informasi
mengenai pengobatan untuk memperpanjang masa tanpa gejala serta cara pencegahan penularan. Jika hasilnya negatif, konseling tetap perlu dilakukan
untuk memberikan informasi bagaimana mempertahankan perilaku yang tidak berisiko.
A. PENATALAKSANAAN PENYAKIT
1. FARMAKOLOGIS
a) Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi
Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif untuk melawan PCP..
Kompleks Mycobacterium avium, terapi kompleks Mycobacterium avium complex (MAC) masih belum ditentukan dengan jelas dan meliputi penggunaan
lebih dari satu macam obat selam periode waktu yang lama.
Meningitis, Terpi primer yang muthakhir untuk meningitis kriptokokus adalah amfoterisin B IV dengan atau tanpa flusitosin atau flukonazol (Diflucan)..
Retinitis Sitomegalovirus, Retinitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV;cytomegalovirus) merupan penyebab utama kebutaan pada penderita
penyakit AIDS.
Foskarnet (Foscavir), yaitu peparat lain yang digunakan mengobati retinitis CMV, disuntikkan intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3 minggu.
Keadaan lain, Asiklovir dan foskarnat kini digunakan untuk mengobati infeksi ensefalitis yang disebabkan oleh harpes simpleks atau harpes zoster.
Pirimetamin (Daraprim) dan Sulfadiazin atau klindamisin (Cleosin HCL) digunakan untuk pengobatan maupun terapi supresif seumur hidup bagiinfeksi
Toxoplasmosis gondi. Infeksi kronis yang membandel oleh kondendidasi (trush) atau lesi esofagus diobati dengan Ketokonazol atau flukonazol.
Farmakologi
c. Penanganan keganasan
. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa ABV
(Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).
d. Terapi Antiretrovirus
Zidovudin, Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini
menghambat kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus
reproduksi virus HIV
e. Inhibitor Protase
A. Penatalaksaan penyakit
2. NON FARMAKOLOGIS
- suportif dukungan moril
-diet / nutrisi yang baik oral atau
parenteral
4. PENCEGAHAN PENYAKIT BAIK PENCEGAHAN
PRIMER ,SEKUNDER ATAUPUN TERSIER
1) Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No.
MR
2)Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya
ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan
berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan
tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya
Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
2)Pola Nutrisi
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat
(terkadang lebih dari 10% BB).
3) Pola Eliminasi
diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis, ansietas, nyeri, keletihan
3) Diare berhubungan dengan infeksi
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare,
berat badan ekstrem, faktor yang mempengaruhi kebutuhan status cairan: hipermetabolik,
6) Ketidak seimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare, muntah
8) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, ketidak mampuan menelan.
9) Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera;bilogis
10) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis
11) Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme
12) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor, kondisi
ketidak seimbangan nutrisi, penurunan imunologis
13) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi, perubahan turgor kulit, kondisi ketidak
seimbangan nutrisi, faktor imunologi
14) Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi, kerusakan integritas kulit.
15) Keletihan berhubungan dengan status penyakit, peningkatan kelelahan fisik, malnutrisi, ansitas, depresi, stres
16) Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit
17) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkaiit penyakit
18) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik
19) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh
20) Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, gangguan harga diri. (Nanda Internasional, 2014)
HATUR NUHUN
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik