A. DEFINISI
Ca caecum atau dengan nama lain kanker kolorektal adalah kanker yang
berasal dalam permukaan usus besar (kolon) atau rektum/rektal, umumnya kanker
kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau
berbentuk polip. Adenoma atau polip pada kolorektal dapat diangkat dengan mudah
hanya saja jarang menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu cukup lama hingga berkembang menjadi kanker kolorektal. Kanker
kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan
appendix. Distribusi kanker pada kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon
asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon desenden, dan 50 % di
rektosigmoideus.
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti.Kanker kolon dapat timbul melalui interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan.Polip kolon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga polip kolon
harus dicurigai.Selain itu, radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis
amuba kronik dapat beresiko tinggi menjadi kanker kolorektal. Faktor risiko
lainnya antara lain:
1. Peradangan (inflamasi) usus dalam periode lama, seperti : kolitis ulseratif.
2. Riwayat keluarga.
3. Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan penyakit
keturunan dengan risiko terjadi kanker kolorektal pada usia muda, ditemukan
polip dalam jumlah sedikit.
4. Familial adenomatous polyposis (FAP) merupakan penyakit keturunan yang
jarang ditemukan dapat ditemukan ratusan polip pada kolon dan rektum.
5. Pola makan dan gaya hidup, makanan rendah serat, makanan dengan kadar
lemak tinggi dan lamanya waktu transit sisa hasil pencernaan dalam kolon dan
rektal meningkatkan risiko kanker kolorektal.
6. Diabetes, meningkatkan 40 % berkembangnya kanker kolorektal
7. Rokok dan alkohol
8. Riwayat polip atau kanker kolorektal
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti.Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap
bukan sebagai penyebab langsung.Asam empedu dapat berperan sebagai
karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah
meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.
Tumor-tumor pada sekum dan kolon asendens merupakan lesi yang pada
umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus
dinding kolon dan jaringan sekitarnya.Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik,
hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat
terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3
fase.Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini
berjalan lama sampai puluhan tahun.Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor
tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun
juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang
nyata.Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak
sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga
penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
1. Perdarahan rektum
2. Perubahan pola BAB
3. Tenesmus
4. Obstruksi intestinal
5. Nyeri abdomen
6. Kehilangan berat badan
7. Anorexia
8. Mual dan muntah
9. Anemia
10. Massa palpasi
F. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:
1. Anamnesis yang teliti, meliputi:
a. Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi
(change of bowel habit)
b. Perdarahan per anum
c. Penurunan berat badan
d. Faktor predisposisi:
1) Riwayat kanker dalam keluarga
2) Riwayat polip usus
3) Riwayat kolitis ulserosa
4) Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
5) Uretero-sigmoidostomi
6) Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
1) Status gizi
2) Anemia
3) Benjolan/massa di abdomen
4) Nyeri tekan
5) Pembesaran kelenjar limfe
6) Pembesaran hati/limpa
7) Colok rektum(rectal toucher)
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologis
5. Endoskopi dan biopsi
6. Ultrasonografi
G. KOMPLIKASI
1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
2. Pembentukan abses
3. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
4. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya menyebabkan
perdarahan
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. Ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
a. Inoperabel
b. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
4. Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
5. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
1) Kelemahan, kelelahan/keletihan
2) Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
3) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stres tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala:
1) Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
2) Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
c. Integritas ego
Gejala:
1) Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
2) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan)
3) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
1) Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala:
1) Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
1) Perubahan bising usus, distensi abdomen
2) Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
e. Makanan/cairan
Gejala:
1) Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat
aditif dan bahan pengawet)
2) Anoreksia, mual, muntah
3) Intoleransi makanan
Tanda:
1) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
f. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
2) Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit
g. Keamanan
Gejala:
1) Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
2) Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
h. Interaksi sosial
Gejala:
1) Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
2) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
i. Penyuluhan/pembelajaran
1) Riwayat kanker dalam keluarga
2) Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
3) Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
4) Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
K. ANALISA DATA
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, 1. Bowl Elimination 1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring
malabsorbsi usus atau 2. Fluid Balance siapkan alat yang diperlukan dekat tempat
penyempitan parsial lumen usus 3. Hidration tidur, pasang tirai dan segera buang feses
sekunder terhadap proses 4. Electrolit and Acid Base Balance setelah defekasi).
keganasan usus 2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama oral.
…. diare pasien teratasi dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan tentang makanan-minuman yang
1. Tidak ada diare dapat memperburuk/mencetus-kan diare.
2. Feses tidak ada darah dan mukus 4. Observasi dan catat frekuensi defekasi,
3. Nyeri perut tidak ada volume dan karakteristik feses.
4. Pola BAB normal 5. Observasi demam, takikardia, letargi,
5. Elektrolit normal leukositosis, penurunan protein serum,
6. Asam basa normal ansietas dan kelesuan.
7. Hidrasi baik (membran mukosa lembab, tidak 6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai
panas, vital sign normal, hematokrit dan urin program terapi (antibiotika, antikolinergik,
output dalam batas normaL kortikosteroid).
2. Ketidakseimbangan nutrisi 1. Nutritional status: Adequacy of nutrient 1. Pertahankan tirah baring selama fase
kurang dari kebutuhan tubuh b/d 2. Nutritional Status : food and Fluid Intake akut/pasca terapi
gangguan absorbsi nutrien, 3. Weight Control 2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut
status hipermetabolik sekunder Setelah dilakukan tindakan keperawatan (oral hygiene).
terhadap proses keganasan usus selama….nutrisi kurang teratasi dengan 3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk
indikator: yang sesuai perkembangan kesehatan klien
1. Albumin serum (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
2. Pre albumin serum 4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai
3. Hematokrit indikasi (roborantia)
4. Hemoglobin 5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi
5. Total iron binding capacity parenteral.
6. Jumlah limfosit
3. Kecemasan (uraikan 1. Kontrol kecemasan 1. Orientasikan klien dan orang terdekat
tingkatannya) b/d faktor 2. Koping terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
psikologis (ancaman perubahan Setelah dilakukan asuhan selama……klien diharapkan.
status kesehatan, status sosio- kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: 2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan
ekonomi, fungsi-peran, pola 1. Klien mampu mengidentifikasi dan umpan balik.
interaksi) dan rangsang simpatis mengungkapkan gejala cemas 3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah
(proses neoplasma) 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan yang lazim dialami oleh banyak orang dalam
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas situasi klien saat ini.
3. Vital sign dalam batas normal 4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh others) selama fase kecemasan dan
dan tingkat aktivitas menunjukkan pertahankan ketenangan lingkungan.
berkurangnya kecemasan 5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal
klien yang menunjukan kecemasan.
4. Nyeri b/d agen cedera biologis 1. Pain Level, 1. Observasi reaksi nonverbal dari
(Neoplasma) 2. pain control, ketidaknyamanan
3. comfort level 2. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama pencahayaan dan kebisingan
…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan 3. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
kriteria hasil: pemberian analgesik pertama kali
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri, mampu menggunakan tehnik 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
mencari bantuan) hangat/ dingin
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menggunakan manajemen nyeri 7. Berikan informasi tentang nyeri seperti
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
frekuensi dan tanda nyeri) berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dari prosedur
berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
6. Tidak mengalami gangguan tidur
Black and Jacobs. (1997). Medical surgical nursing: Clinical management for continuity of
care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
I Putu Juniartha Semara Putra.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarrth Volume 2 Edisi 8 .Jakarta: EGC
Jong & Sjamsuhidajat.(1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi). Jakarta : EGC.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta.
Smeltzer and Bare.(2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). akarta: EGC.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.