Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus
buntu).
Di Negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga setelah kanker paru-
paru dan prostat pada pria, dan kedua setelah kanker payudara pada wanita.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh. Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon / usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada
kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

2.2. Etiologi
Terdapat tiga etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi
karsinoma.
1
c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207).

2.3. Patofisiologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 :
335).
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain
( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi
dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000 :177).

2.4. Klasifikasi
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi duke :
 Kelas A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa
2
 Kelas B : penetrasi melalui dinding usus
 Kelas C : invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
 Kelas D : metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
2.5. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

2.6. Manifestasi Klinis


1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, obstruksi, anemia, mucus jarang terlihat
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang
pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada
abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Diare, nyeri kejang, kembung, sering timbul gangguan obstruksi, feses dapat
kecil dan berbentuk seperti pita, mucus maupun darah segar sering terlihat pada
feses, anemia, keinginan defekasi atau sering berkemih.
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah
(Gale, 2000).

2.7. Pemeriksaan Penunjang


1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2. Radiologi
Pemeriksan radiologi yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis
kanker ke paru. 
3. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
4. Histopatologi
3
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

2.8. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker
telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian
besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung &
usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
3. Kemoterapi
kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan Diet :
4
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon diperoleh data sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Aktivitas / Istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada
abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan
pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
c. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada
tekanan darah.
d. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (
misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius / spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi.
Menyangkal, menarik diri, marah.
e. Eliminasi
5
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi
pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah
yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah
dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah
kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites,
pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula,
pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
f. Makanan / cairan
Gejala : kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada
keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati
sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
g. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
i. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
j. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama /
berlehihan.
Tanda: Demam, Ruam kulit, ulserasi
k. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
l. Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
6
m. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau
bantuan) masalah tentang fungsi / tanggungjawab peran penyuluhan /
pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker
payudara
Sisi primer : penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis
Penyakit metastatic : sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah
dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.
n. Riwayat pengobatan
Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.

2. Analisa Data, dan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif kanker kolon
(Wilkinson, 2006 : 621) meliputi :
1. Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi
pascaanastesi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik / nyeri.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan / tahanan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah.
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan
otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
3. Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b/d imobilitas
Tujuan : Menetapkan pola napas yang normal / efektif dan bebas dari
sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
Kriteria hasil : Tidak ada perubahan ada frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Intervensi Keperawatan Rasional


1. Pertahankan jalan nafas pasien dengan 1. Mencegah obstruksi jalan napas.
memiringkan kepala, hiperekstensi 2. Indikasi adanya obstruksi oleh
rahang, aliran udara faringeal oral. mukus atau lidah dan dapat
dibenahi dengan mengubah posisi

7
ataupun pengisapan.

2. Auskultasi suara napas. Dilakukan untuk fektivitas pernapasan


sehingga upaya memperbaikinya
dapat segerra dilakukan.
3. Observasi frekuensi dan Kedalaman Elevasi kepala dan posisi miring akan
pernapasan, pemakaian otot-otot bantu mencegah terjadinya aaspirasi dari
pernapasan, perluasan rongga dada, muntah, posisi yang benar akan
retraksi atau pernapasan cuping hidung, mendorong ventilasi pada lobus paru
warna kulit, dan aliran udara. bagian bawah dan menurunkan tekanan
pada diafragma.

4. Letakkan pasien pada posisi yang Ventilasi dalam yang aktif membuka
sesuai, tergantung ada kekuatan alveolus, mengeluarkan ekresi,
pernapasan dan jenis pembedahan. meningkatkan pengangkutan oksigen,
Lakukan latihan gerak sesegera membuang gas anastesi ; batuk
mungkin pada pasien yang reaktif dan membantu mengeluarkan sekresi dari
lanjutkan pada periode pascaoperasi. sistem pernapasan.

5. Lakukan pengisapan lendir jika Obstruksi jalan napas dapat terjadi karena
diperlukan. adanya darah atau mukus alam tenggorok
atau trakhea.

6. Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai Dilakukan Untuk meningkatkan atau


kebutuhan memaksimalkan pengambilan oksigen
yang akan diikat oleh Hb yang
menggantikan tempat gas anastesi dan
mendorong pengeluaran gas terssebut
melalui zat- zat inhalasi.

2. Intolintoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik / nyeri


Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
 perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri

8
 pasien mengungkapkan mampu untuk  melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
 Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi Keperawatan Rasional


1. Berikan latihan aktivitas  secara 1. Mengurangi aktivitas yang tidak
bertahap. diperlukan, dan energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
2. Tahapan-tahapan yang diberikan
membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini.
2. Bantu pasien alam memenuhi kebutuhan Mengurangi pemakaian energi sampai
sesuai kebutuhan. kekuatan pasien pulih kembali.

3. Setelah latihan dan aktivitas kaji Menjaga kemungkinan adanya respons


respons pasien abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.

3. Hambatan mobilitas fisik b/d pembatasan aktivitas


Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
 penampilan yang seimbang
 melakukan pergerakkan dan perpindahan
 mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas

9
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan Mengidentifikasi masalah, memudahkan
kesehatan dan kebutuhan akan intervensi.
peralatan.
2. Tentukan tingkat motivasipasien dalam Mempengaruhi penilaian terhadap
melakukan aktivitas. kemampuan aktivitas apakah arena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal Menilai batasan kemampuan aktivitas
penggunaan alat bantu. optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam Mempertahankan/m eningkatkan kekuatan
latihan ROM aktif dan pasif. dan ketahanan otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau Sebagai suaatu sumber untuk
okupasi. mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan / meningkatkan
mobilitas pasien.

4. Kerusakan integritas kulit b/d luka pembedahan


Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria hasil :
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi

Intervensi Keperawatan Rasional


1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap Mengetahui sejauh mana perkembangan
perkembangan luka. luka
mempermudah dalam melakukan
tindakan yang tepat.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta Mengidentifikasi tingkat keparahan luka
jumlah dan tipe cairan luka. akan mempermudah intervensi.
3. Pantau peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses

10
peradangan.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik Tehnik aseptik membantu mempercepat
aseptik. Balut luka dengan kasa kering penyembuhan luka dan mencegah
dan steril, gunakan plester kertas. terjadinya infeksi.
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi Agar benda asing atau jaringan yang
tindakan lanjutan, misalnya terinfeksi tidak menyebar luas pada area
debridement. kulit
normal lainnya.
6. Setelah debridement, ganti balutan Balutan dapat diganti satu atau dua kali
sesuai kebutuhan sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya
luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai Antibiotik berguna untuk mematikan
indikasi mikroorganisme pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi infeksi.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah
Tujuan : Klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi.
Kriteria hasil :
 klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat
badan dengan nilai laboratorium normal.
 klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.
 melaporkan peningkatan intake makanan
 tidak ada mual muntah

Intervensi Keperawatan Rasional


1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan Menganalisa penyebab melaksanakan
nutrisi klien intervensi.
2. Perkirakan/hitung pemasukan kalori, Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
jaga komentar tentang nafsu makan nutrisi berfokus pada masalah membuat
sampai minimal. suasana negatif dan mempengaruhi
masukan.
3. Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengawasi keefektifan secara diet.
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering Tidak memberi rasa bosan dan
anjurkan kebersihan oral sebelum pemasukan makanan dapat ditingkatkan.
makan.

11
5. Tawarkan minum saat makan bila Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
toleran. makan.
6. Konsultasi tentang kesukaan / Dapat mengurangi mual dan
ketidaksukaan klien yang menyebabkan menghilangkan gas.
distress.
7. Kolaborasi ahli gizi pemberian Melibatkan pasien dalam perencanaan,
makanan yang bervariasi memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam Menstimulasi nafsu makan dan
pemberian suplemen dan obat- obatan, mempertahankan intake nutrisi yang
serta kebutuhan nutrisi parenteral dan adekuat
pemasang pipa lambung.

6. Konstipasi b/d penurunan asupan cairan dan serat


Tujuan : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut dan
berbentuk.
Kriteria hasil :
 Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang
dibutuhkan.
 Melaporkan keluarny Feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.

Intervensi Keperawatan Rasional


1. Kaji warna dan konsistensi feses, Penting untuk menilai keefektifan
frekuensi, keluarnya flatus, bising usus intervensi,
dan nyeri terkan abdomen. dan memudahkan rencana selanjutnya.

2. Pantau tanda gejala rupture usus Keadaan ini dapat menjadi penyebab
dan/atau peritonitis kelemahan otot abdomen dan penurunan
peristaltik usus, yang dapat menyebakan
konstipasi.
3. kaji factor penyebab konstipasi. Mengetahui dengan jelas factor penyebab
memudahkan pilihan intervensi yang
tepat

12
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu dan mengarahkan kerja aktivitas
kehidupan sehari-hari.Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat.

5. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan
SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon
merupakan penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak
bisa disembuhkan. Di Negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga setelah
kanker paru-paru dan prostat pada pria, dan kedua setelah kanker payudara pada
wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering
tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan
ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar
peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon.

3.2. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon.
Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI,
Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai