PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus
buntu).
Di Negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga setelah kanker paru-
paru dan prostat pada pria, dan kedua setelah kanker payudara pada wanita.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh. Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon / usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada
kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
2.2. Etiologi
Terdapat tiga etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi
karsinoma.
1
c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207).
2.3. Patofisiologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 :
335).
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain
( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi
dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000 :177).
2.4. Klasifikasi
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi duke :
Kelas A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa
2
Kelas B : penetrasi melalui dinding usus
Kelas C : invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
Kelas D : metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
2.5. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
2.8. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker
telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian
besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung &
usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
3. Kemoterapi
kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan Diet :
4
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
7
ataupun pengisapan.
4. Letakkan pasien pada posisi yang Ventilasi dalam yang aktif membuka
sesuai, tergantung ada kekuatan alveolus, mengeluarkan ekresi,
pernapasan dan jenis pembedahan. meningkatkan pengangkutan oksigen,
Lakukan latihan gerak sesegera membuang gas anastesi ; batuk
mungkin pada pasien yang reaktif dan membantu mengeluarkan sekresi dari
lanjutkan pada periode pascaoperasi. sistem pernapasan.
5. Lakukan pengisapan lendir jika Obstruksi jalan napas dapat terjadi karena
diperlukan. adanya darah atau mukus alam tenggorok
atau trakhea.
8
pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
9
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan Mengidentifikasi masalah, memudahkan
kesehatan dan kebutuhan akan intervensi.
peralatan.
2. Tentukan tingkat motivasipasien dalam Mempengaruhi penilaian terhadap
melakukan aktivitas. kemampuan aktivitas apakah arena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal Menilai batasan kemampuan aktivitas
penggunaan alat bantu. optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam Mempertahankan/m eningkatkan kekuatan
latihan ROM aktif dan pasif. dan ketahanan otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau Sebagai suaatu sumber untuk
okupasi. mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan / meningkatkan
mobilitas pasien.
10
peradangan.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik Tehnik aseptik membantu mempercepat
aseptik. Balut luka dengan kasa kering penyembuhan luka dan mencegah
dan steril, gunakan plester kertas. terjadinya infeksi.
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi Agar benda asing atau jaringan yang
tindakan lanjutan, misalnya terinfeksi tidak menyebar luas pada area
debridement. kulit
normal lainnya.
6. Setelah debridement, ganti balutan Balutan dapat diganti satu atau dua kali
sesuai kebutuhan sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya
luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai Antibiotik berguna untuk mematikan
indikasi mikroorganisme pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi infeksi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah
Tujuan : Klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi.
Kriteria hasil :
klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat
badan dengan nilai laboratorium normal.
klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.
melaporkan peningkatan intake makanan
tidak ada mual muntah
11
5. Tawarkan minum saat makan bila Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
toleran. makan.
6. Konsultasi tentang kesukaan / Dapat mengurangi mual dan
ketidaksukaan klien yang menyebabkan menghilangkan gas.
distress.
7. Kolaborasi ahli gizi pemberian Melibatkan pasien dalam perencanaan,
makanan yang bervariasi memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam Menstimulasi nafsu makan dan
pemberian suplemen dan obat- obatan, mempertahankan intake nutrisi yang
serta kebutuhan nutrisi parenteral dan adekuat
pemasang pipa lambung.
2. Pantau tanda gejala rupture usus Keadaan ini dapat menjadi penyebab
dan/atau peritonitis kelemahan otot abdomen dan penurunan
peristaltik usus, yang dapat menyebakan
konstipasi.
3. kaji factor penyebab konstipasi. Mengetahui dengan jelas factor penyebab
memudahkan pilihan intervensi yang
tepat
12
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu dan mengarahkan kerja aktivitas
kehidupan sehari-hari.Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat.
5. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan
SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon
merupakan penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak
bisa disembuhkan. Di Negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga setelah
kanker paru-paru dan prostat pada pria, dan kedua setelah kanker payudara pada
wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering
tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan
ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar
peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon.
3.2. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon.
Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI,
Jakarta.
15