Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR TEORI

1.1 PENGERTIAN GANGGUAN ALAM PERASAAN


a. Definisi
Gangguan alam perasaan adalah ditandai dengan sindrom depresif persial atau
penuh, atau kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang
dilakukan pada waktu yang lalu ditandai dengan gangguan fungsi social/okupasi.
(Gibbson Towsend , M C, 1995)
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi
gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya
akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir
(Keliat B.A. 1999).
Gangguan Alam perasan adalah Kelompok gangguan dimana terjadi gangguan
emosi di sertai gejala mania atau depresi ( Rachmawati N. 2002).

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang


mempengaruhi seluruh kepribadiaan dan fungsi kehidupan seseorang ( Stuart 2006).

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang di tandai dengan adanya alam perasaan
yang meluas,meningkat,bersemangat atau mudah tersinggung.respon ini dapat di
tunjukkan dengan prilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan
penyimpangan herpes.( Rachmawati N. 2002).

Depresi dapat disebut melankolia adalah suatu keadaan dan berduka yang
berkepanjangan atau abnormal.( Rachmawati N. 2002).

Jadi alam perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi


seluruh kepribadiaan dan fungsi kehidupan seseorang dan ditandai oleh syndroma
depresif sebagian atau total dan ditandai dengan kehilangan minat terhadap aktifitas
sehari-hari

b. Tanda dan gejala dengan mania  (Stuart & Sundeen, 1995)

1) Afektif : gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik.

1
2) Kognitif : ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan.
3) Fisik : gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.
4) Tingkah laku : agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks
berlebihan dan bicara bertele-tele.

c. Tanda dan gejala dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995)

Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,


perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus
asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

1.2 Rentang Respon Emosi


Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dari respon emosi adatif sampai respon
maladaftif, seperti pada gambar dibawah :

2
Keterangan Dari bagan di Atas:

a.      Respon emosi adatif meliputi:

1) Respon Emosional ( Emosional responsieveness) adalah respon emosi di pengaruhi


dengan melibatkan secara aktif dunia eksternal dan internal.ini berarti individu
terbuka dan sadar akan perasaan tertentu.
2) Reaksi kehilangan yang wajar ( Uncomplicated grief reaction) adalah reaksi yang
wajar,yang dialami oleh setiap individu menghadapi realita dari kehilangan dan
tenggelam di dalam proses kehilangan.Reaksi yang sering tampak
adalah:bersedih,berhenti kegiatan sehari-hari.berfokus pada diri sendiri,dan
berlangsung tidak lama.

b.      Respon emosi maladatif meliputi:


a. Supresi emosi (Suppresion of emotions) adalah keadaan dimana individu menyangkal
perasaannya.menjauhkan diri dari perasaannya atau menekan semua aspek perasaan
terhadap lingkungan,pasien tampak menyangkal perasaan tertentu atau tidak
mempengaruhi pasien oleh perasaan tersebut.
b. Reaksi berduka yang memanjang ( Delayed grief reaction )adalah penyangkalan yang
menetap dan memanjang.tetapi tidak tampak reaksi emosi terhadap
kehilangan.penundaan dan penolakan proses berduka dapat terjadi beberapa tahun.
c. Depresi (Melancholia) adalah respon emosi yang maladatif yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yang berlebihandan berkepanjangan dan dapat digunakan
untuk menujukkan berbagai fenomena : tanda,penyebab,gejala,keadaan
emosional,reaksi,penyakit atau kondisi klinik secara menyeluruh.
d. Mania adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan,perluasan alam perasaan atau
keadaan alam perasaan yang mudah tersinggung dan terangsang.mania dapat
digambarkan sama dengan gejala diatas tetapi tidak seberat dengan keadaan mania
atau episode mania.
1.3 Tipe Gangguan Perasaan
Secara garis besar tipe gangguan dapat diklarifikasikan sbg berikut : mood episode,
depressive disorder dan bipolar disorders.

3
1.      Mood episode
a.    Mayor depressive episode
Untuk diagnosis kelompok ini terdapat lima atau lebih gejala-gejala yang di
tampilkan selama periode dua minggu dan menampilkan perubahan fungsi dari fungsi
sebelumnya paling sedikit dari gejala tersebut adalah salah satu dari dua hal berikut :
1. Perasaan depresif
2. Kehilangan ketertarikan terhadap kesenangan
b. Manic episode
Manic episode ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan
secara menetap, meluap-luap atau mood yang mudah terangsang selama satu minggu
(atau beberapa periode saat dirumah sakit juga penting). Selama periode gangguan, tiga
atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang
berarti :
1. Melambungnya harga diri.
2. Menurunnya kebutuhan untuk tidur.
3. Lebih banyak bicara dibanding biasanya.
4. Ide yang meloncat perhatian yang mudah teralih.
5. Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan.
6. Keterlibatan yang berlibihan yang mengakibatkan cidera.
d. Tipe lainnya
Tipe lainnya dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic episode
pada mixed episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manic episode dan mayor
depressive episode. Sedangkan pada hypomanic episode secara jelas menunjukkan
meningkatkan mood yang berbeda dari mood non depressive yang biasa tetapi tidak
dikelompokkan sebagai episode manic.
2.      Depressive disorders
a. Mayor Depressive Disorder
mayor dapat berupa episode berulang atau episode tunggal.
b. Dysthymic Disorder
dalam diagnostic and staticial manual of mental disorder kondisi kelompok ini
dikenal dengan depressi neurosis.

4
3.      Bipolar Disorders
a. Bipolar disordes
Klien dengan type biplar mendemonstrasukan kekuatan (strong), meluap luap
(exaggregated) dan menggambarkan siklus irama mood (cyclid mood swings).
b. Cyclothynic disordes
Individu dengan kelainan cyclothnic cenderung untuk mengalami irama mood di
antara exhilaration and depresion ( kerianggan dan depresif).
B. GANGGUAN AFEK DAN EMOSI

Afek ialah “nada” perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kekecewaan, kasih-sayang),
yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama dan kurang disertai oleh
komponen fisiologik. Emosi ialah manifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak
komponen fisiologik, lagi pula biasanya berlangsungrelatif tidak lama (misalnya :
ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Kadang-kadang istilah afek dan emosi
itu dipakai secara bergantian.
Afek dan emosi yang melekat pada existensi manusia (boleh dinamakan afek dan emosi
existensial) adalah normal dan merupakan dorongan baginya (umpamanya kebanggaan,
kegembiraan, ketakutan dalam batas-batas tertentu). Bilamana afek dan emosi itu sudah
begitu keras, sehingga fungsi individu itu terganggu, maka dikatakan telah terjadi
gangguan afek atau emosi yang dapat berupa :
Depresi : dengan komponen psikologik, misalnya : rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal,
kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis dan komponen
somatik, misalnya : anorexia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan
nadi menurun sedikit. Bila gangguan tidur, anorexia atau berkurangnya semangat
bekerja/bergaul dan nafsu sexual timbul bersamaan, maka ingatlah akan adanya depresi.
Ada jenis depresi dengan penarikan diri dan ada pula dengan kegelisahan.
Kecemasan (anxiety) : dapat dibedakan kecemasan (tidak jelas cemas terhadap apa) dari
ketakutkan atau “fear” (jelas atau tahu takut terhadap apa). Komponn psikologiknya
dapat berupa : khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, lekas terkejut,
sedangkan komponen jenis somatiknya misalnya : palpitasi, keringat dinginpada telapak

5
tangan, tekanan darah meninggi, respons kulit terhadap aliran listrik galvanik berkurang,
peristaltik bertambah, lekositosis.
Kecemasan itu sangat mengganggu homeostasisdan fungsi individu, karena itu perlu
dihilangkan segera dengan berbagai macam cara penyesuaian diri yang berorientasi
kepada tugas. Bila dipakai beberapa mekanisme pembelaan ego, terutama represi, maka
kecemasan itu akan hilang, tetapi timbul lagi dengan manifestasi yang lain dan terjadilah
gangguan jiwa. Kecemasan itu dapat berupa :
Orang dengan nerosa cemas tidak jarang mimpinya bertema ketakutan, ia dapat menjerit,
dan terbangun karenanya. Tema mimpi berbagai macam : tema kesedihan (kematian,
dikunjungi orang yang sudah meninggal, kehilangan, perpisahan, jatuh sakit, dan
sebagainya), tema ketakutan, tema kegembiraan dan tema kejadian sehari-hari, tetapi
dihiasi dengan banyak variasi.
1. Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety) : kecemasan yang menyerap dan
tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran
2. Agitasi : kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat
3. Panik : serangan kecemasan hebat dengan kegelisahan, kebingungan dan hiperaktivitas
yang tidak terorganisasi
Eforia : rasa riang gembira, senang, bahagia yan berlebihan, bila tidak sesuai dengan keadaan
maka ini menunjukkan gangguan jiwa, jika lebih keras lagi dinamakan “elasi” dan jika
keras sekali dinamakan “exaltasi”
Anbedonia : ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan senang dengan
aktivitas yang biasanya menyenangkan baginya
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan
Kedangkalan : kemiskinan afek dan emosi secara umum (berkurang secara kantitatif); dapat
digambarkan juga sebagai “datar”, “tumpul”, atau “dingin” yang sama maksudnya; istilah-
istilah ini tidak menunjukkan gradasi. Umpamanya kedangkalan emosi ialah tidak atau
hanya sedikit merasa/ kelihatan gembira atau sedih dalam keadaan atau mengenai sesuatu
hal yang benar-benar menggembirakan atau menyedihkan.
Afek dan emosi yang tak wajar : tak patut atau tak wajar dalam situasi tertentu
(terganggusecara kwalitatif), umpamanya ketawa terkikih-kikih waktu wawancara. Bila

6
extrim akan menjadi “inadequate”, yaitu afek dan emosi yang bertentangan dengan
keadaan atau isi pikiran dan dengan isi bicara.
Afek dan emosi yang labil : berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik,
umpamanya tiba-tiba marah-marah atau menangis
Variasi afek dan emosi sepanjang hari : (variasi diurnal) : perubahan afek dan emosi mulai
sejak pagi sampai malam hari. Umpamanya, pada psikosa manik-depresif maka jenis
depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan pada sore hari
Ambivalensi :emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seorang, suatu
obyek atau suatu hal
Apati : berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau terhadap semua hal dengan
disertai rasa terpencil dan tidak perduli. Istilah apati dipakai juga untuk menunjukkan
tingkat menurunnya kesadaran
Amarah, kemurkaan atau permusuhan sering dinyatakan dalam sifat agresif. Bila
ditunjukkan kepada pemecahan masalah dan dipakai sebagai pembelaan terhadap suatu
seranga yang nyata, maka agresi itu konstruktif sifatnya. Agresi itumenjadi patologik bila
tidak realistik, menghancurkan dirinya sendiri, tidak ditujukan kepada pemecahan masalah
dan jika merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan .

7
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau istirahat
Letih, penurunan tingkat energy, gangguan pola tidur, distemia, trauma,
ketidakberdayaan, perasaan tidak semangat
2. Integritas ego
Perasaan tidak berharga, pernyataan merusak diri, adanya tanda tidak nyata
tentang makna diri/focus pada diri terus menerus, kesedihan, perasaan tidak berdaya,
putus asa, pesimis,peka,marah berlebih
3. Eliminasi
Konstipasi dan retensi urin dapat muncul
4. Makan atau minum
Penurunan/peningkatan nafsu makan disertai perubahan signifikan pada BB
5. Higine
Tidak memperhatikan kebuhan perawataan pribadi dan penampilan yang tidak
terplihara, bau badan, sikap tubuh bermalas – malasan
6. Neurosensoris
Perasaan atau alam perasaan bersedih, dengan kehilangan minat/kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Pikiran dengan konsentrasi buruk dan penurunan memori,
tidak bisa memutuskan, ide bunuh diri.

7. Interaksi Sosial
Kesulitan memulai aktivitas, menarik diri misal di dalam rumah atau tetap dalam
ruang
8. Pengajaran atau Pembelajaran
Riwayat keluarga depresi; rata-rata kejadian yang tinggi adalah
alkoholisme/penyalahgunaan obat lain

8
2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Diagnosa1 Membahayakan diri,risiko

Diagnosis keperawaan Membahayakan diri,risiko

Faktor Risiko meliputi :  Depresi dalam perasaan


 Perasaan tidak berharga dan putus asa

Indikator yang mungkin :  Pengungkapan ide bunuh diri/rencana atau kegagalan


untuk mencoba bunuh diri (misal”apa yang akan
digunakan ?)

 Membuang benda miliknya.

 Peningkatan alam perasaan secara tiba tiba/terlihat


lebih berenergi atau menunjukan sikap yg lebih tenang
dan lebih damai.

 Menolak/enggan untuk menaati kontrak “tidak


Hasil yg diinginkan/kriteria menyakiti”
evaluasi-klien akan :  Mematuhi kewaspadaan bunuh diri secara
sukarela,adanya tanda hubngan yg “tidak menyakiti”

 Mengungkapkan penurunan/tidak ada ide bunuh diri

 Menyatakan 2 alasan untuk tidak menyakiti diri


sendiri.

 Memutuskan tanpa tindakan membahayakan.

9
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Indentifikasi derajar resiko /potensi 1.Derajat keputusasaan yang diekspresikan
untuk bunuh diri melalui pertanyaan oleh klien adalah indikator penting
langsung ( mis. “Apakah anda prnah keparahan depresi dan resiko bunuh diri.
berpikir tentang bunuh diri?”). kaji Semakin matang rencana yang
keparahan tendesnsi bnuh diri, terpikirkan, semakin tingginkesempatan
perhatikan perlaku misalnya bahasa untuk menyelesaikannya. Klien impulsif
tubuh,ancaman, membuang barang- lebih suka untuk berusaha bunh diri
barang mliknya,usaha bunuh diri yang tanpa memberi tanda-tanda, termasuk
terdahulu, adanya halusinansi atau delusi. klien dengan pikiran psikotik yang
(Gunakan skala 1-10 dan sangat beresiko jika halusinasi atau
prioritaskanperawatan). delusi mendorong klien melukai diri
sendiri.

2. Evaluasi kembali potensi unuk bunuh 2. Lebih dari setengah kasus bunuh diri
diri secara periodik pada waktu tertentu. pada klien yang dihospitalisai terjadi di
( mis. Selama perubahan alam perasaan, luar Rumah Sakit, sewaktu mereka pergi
pada awal dari/perubahan pada program atau selama ketidakhadiran tanpa
pengobatan). pengawasan. Resiko tertinggi adalah
ketika klien memiliki ide atau energi
untuk bertindak.
3. Lakukan tindakan pencegahan bunuh 3. Mengomunikasikan perhatian dan
diri, misal jelaskan pada klien bahwa memberi perasaaan terlindungi.
Anda memperhatikan keselamatan dan
membantu untuk tetap measa aman.
4. Ciptakan kontrak waktu yang spesifik 4. Mendokumentasikan tindakan yang
tentang apa yang klien dan perawat akan diambil untuk mencegah bunuh diri dan
berikan untuk keamanan klien. respon klien. Hal ini juga akan
Tempatkan pada daftar file dan berikan meningkatkan komunikasi dan dapat
satu lembar salinan untuk disimpan klien. membantu klien menyadari bahwa orang

10
lain peduli apa yang terjadi.

Kolaborasi
1. Beri pengobatan sessuai indikasi : mis. 1. Penghambat ambilan ulang serotonik dan
SSRI: fluoksetin (Prozac), fluvoksamin antidepresan siklik secara umum
(Luvox), paroksetin (Paxil), sertralin dipertimbangkan paling mudah dan
(Zaloft) ; trisiklik, mis: amitriptilin paling aman untuk mengatur depresan
(Elavil), desipramin (Norpramin), dan karena itu dimulai terlebih dahulu.
doksepin (Sinequan), heterosiklik, mis: Jika respons tidak terlihat dalam 4 – 6
amoksapin (Asendin, bupropion minggu, MAOI mungkin sebagai obat
(Wellbutrin); penghambat oksidase pilihan. Obat bekerja dengan
monoamin (MAOI), mis: fenelzin menghambat degradasi enzim dari
(Nardil), tranilsipromin (Parnate). neurotransmiter (norepinefrin dan
serotonin).

11
2. Diagnosa2 isolasi sosial / interaksi sosial, Hambatan

Diagnosis Keperawatan Isolasi Sosial/Interaksi Sosial, Hambatan


Dapat dihubungkan dengan  Perubahan status mental /proses piker (depresi alam
perasaan)
 Sumber individu yang tidak adekuat : penurunan
energy/ inersia.
 Perasaan tidak berharga/konsep diri rendah :
ketidakadekuatan atau tidak ada sasaran signifikan
dalam kehidupan.

Kemungkinan ditandai oleh :


 Pengungkapan /menunjukan kewaspadaan interaksi
sosial atau interpersonal yang tidak diinginkan,
kepuasan, atau hasil yang menguatkan

 Perubahan pola atau interaksi/ komunikatif (misal


bicara pelan , kelatenan, penurunan jumlah bicara,
diam )

 Penurunan keterlibatan dengan orang lain;


mengekspresikan perasaan dibedakan dari orang lain;
disfungsi interaksi dengan sebaya, keluarga dan atau
orang lain
Hasil yang diinginkan/kriteria
evaluasi –klien akan:  Mendatangi/kemudian berpartisipasi dalam sejumlah
aktivitas khusus selama sehari/seminggu
 Menyelesaikan perjalanan singkat, mengawali
sosialisasi aktifitas pada beberapa kali dalam
seminggu secara khusus
 Menyatakan kembali 2 aktivitas terdahulu yang
disenangi yang melibatkan orang lain atau

12
menimbulkan aktivitas baru
 Mengungkapkan peningkatan kepuasan dengan hasil
interaksi sosial

Tindakan/ Intervensi Rasional


1. Rencanakan pertemuan dengan klien secara 1. Klien akan mengalami
konsisten dan tepat waktu keterlambatan, yang selanjutnya
penurunan harga diri. Dalam
membangun kepercayaan , klien
harus tahu bahwa perawat akan
mengikuti selama
pertemuan/komitmen yang telah
disepakati sebelumnya
2. Sapa klien secara rutin, dimulai dengan nama
2. Menguatkan individualitas dan
klien dan komentar pribadi (misal
mendapatkan perhatian .
penampilan,cara berpakian); beri informasi
Menunjukan penerimaaan
yang berhubungan pada laporan pergantian
jaga, observasi ,dll.
Tanpa memperhatikan respon klien
3. Gunakan sentuhan , kecuali 3. Sentuhan merupakan bentuk dasar
dikontraindikasikan komunikasi dan dapat membantu
klien dalam berinteraksi,
mendemonstrasikan perhatian, dan
menguatkan perasaan layak diri
4. Mulai percakapan dan ‘’ beri’’ klien sebuah
4. Memulai aktivitas sering dirasakan
topik (misal kejadian di unit atau kejadian di
sulit bagi klien dan dengan adanya
dunia ,dll.)
penugasan membantu klien memulai
aktivitas

5. Tingkatkan jadwal aktivitas secara


13
bertahap.Ikut terlibat dengan 1 orang individu 5. Meningkatkan perubahan kerja sama,
lain atau pada aktivitas yang tenang dalam menghilangkan ancaman,
ruang lingkup sehari-hari meningkatkan kemajuan interaksi

6. Anjurkan kunjungan teman, kerabat, dan


hubungan social lainnya yang di 6. Membantu mengenal kembali
kenal/diketahui oleh anggota keluarga perasaan di abaikan yang
sebelumnya merupakan hubungan
yang berharga
7. Gunakan situasi kelompok untuk memberi
penguatan/ dampak yang maksimal (misal 7. Situasi kelompok memberi
terapi kelompok, terapi okupasi, dll) kesempatan yang lebih untuk
interaksi, umpan balik, penguatan
8. Bimbing klien dalam mengidentifikasi
8. Pendorong ini akan meningkatkan
pendorong alami yang muncul pada interaksi
kepercayaan diri klien dan
yang lebih efektif
menguatkan perilaku .

3. Diagnosa3 nutrisi : perubahan, kurang/lebih dari kebutuhan tubuh

Diagnosis Keperawatan Nutrisi: Perubahahan, kurang/lebih dari


kebutuhan tubuh

14
Dapat Dihubungkan Dengan :  Masukkan nutrisi yang tidak tepat
Kemungkinan Ditandai oleh : untuk memenuhi kebutuhan metabolic
 Kurang minat untuk makan/terhadap
makanan atau memilih makanan
bernutrisi keengganan untuk makan
 Difungsi pola makan ( mis,makan
sebagai respons terhadap tanda internal
lain bukan rasa lapar)

Hasil Yang Diinginkan/Kriteria Evaluasi –


 Penurunan lemak
klien Akan :
subkutan/massaotot;konjungtiva dan
membran mukosa pucat: atau
peningkatan berat badan.

 Menunjukkan peningkatan/penurunan
progresif sasaran berat badan.

 Bebas dari tanda mainutrisi dengan


nilailaboratorium yang normal.

 Mengindentifikasi tindakan/gaya hidup


yang berubah untuk mencapai kembali
dan/atau untuk mempertahankan berat
badan yang sesual.

Intervensi/ Tindakan Rasional

15
Mandiri
1. Pantau/catat jumlah dan jenis makanan 1. Memberi data dasar dan
yang di konsumsi, hitung asupan kalori mendokumentasikan
total.catat bagaimana klien bersikap perubahan/kemajuan sasaran.
terhadap makanan dan tindakan makanan.
2. Jelaskan pada klien bahwa malnutrisi itu 2. Dapat memberi insentif terhadap makan,

sendiri menurunkan tingkat energi dan meningkatkan kerja sama dalam program

kemampuan berpikir secara kohesif (mis. dan asupan makanan bergizi

Penurunan protein dan dampak vitamin B


serta membuat depresi lebih parah).
3. Memberi informasi tentang kebutuhan
3. Pantau berat badan, bergantung pada
terapeutik/ keefektifan . catatan :
keparahan masalah dan respons klien
peningkatan nafsu makan adalah salah
terhadap penimbangan.
satu respons paling awal terhadap
penggunaan antridepresan.

4. Berikan makan sedikit dan pemberian 4. Makanan yang banyak dapat terliaht

makan dengan interval, yang sebagai tantangan yang tidak dapat

menekankan pilihan makanan yang diatasi, terutama pada klien yang depresi.

mengandung nutrisi ( mis.


Protein/karbohidrat tinggi, peningkatan
serat).

Kolaborasi
1. Konsultasi dengan ahli diet jika perlu 1. Membantu dalam menetukan kebutuhan
individu mengganti terapi diet,
menguatkan kebiasaan makan yang tepat.
2. Pantau pemeriksaan laboratorium( mis. 2. Mendeteksi
Albumin serum,prealbumin, glukosa, defisiensi/ketidakseimbangan,
elektrolit, keseimabangan nitrogen). mengidentifikasi kebutuhan
terapeutik/keefektifan.
3. Beri makanan melalui siang, sesuai
3. Dapat berguna jika klienmenolak atau
ketentuan

16
tidak mampu makan dan membutuhakan
kondisi/ kemampuan klien.

DAFTAR PUSTAKA

17
Gibbson Towsend , M C, 1995

Keliat B.A. 1999

Rachmawati N. 2002

Stuart & Sundeen, 1995

18

Anda mungkin juga menyukai