Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian dan Perbedaan Mood, Emosi, Afek

Suasana hati (Mood) atau bisa di sebut suasana hati menurut Thayer adalah perasaan-
perasaan yang cenderung kurang intens dan yang terjadi karena situasi dan kondisi
yang sedang dialami. Perasaan tersebut seperti perasaan sedih, haru, bahagia dan lain
sebagainya merupakan hal yang di alami oleh seseorang dalam keadaan tertentu.
Sedikit banyaknya suasana hati bisa dipengaruhi oleh cara berinteraksi antara satu
individu dengan individu lainnya didalam satu lingkungan sosial. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya perubahan suasana hati. Karena adanya perubahan-perubahan
emosi yang tidak terduga inilah juga dapat mempengaruhi kognitif individu (Goleman,
2002).

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar
dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.

Batson dkk (1992) membedakan antara afek, mood dan emosi dan menyimpulkan
bahwa dari ketiga istilah ini afek adalah yang paling umum. Afek adalah phylogenetic
dan ontogenetic yang paling primitif. Afek ditandai sebagaimana lolongan anjing atau
tangisan bayi. Afek memiliki nada (tone), valensi (positif atau negatif) dan intensitas
dari lemah ke kuat. Zajonc (dalam Batson dkk., 1992) mengatakan bahwa afek lebih
sering terdengar untuk menunjukkan preferensi sehingga akan memberikan informasi
tentang pengalaman organisme dalam suatu peristiwa apakah lebih bernilai dari yang
lainnya. Perubahan dari kurang bernilai menjadi lebih bernilai disebut afek positif
sedangkan perubahan dari lebih bernilai menjadi kurang bernilai disebut afek negatif.

B. Rentang Respon

Respons adalah istilah psikologis yang digunakan untuk menyebut reaksi terhadap
rangsangan yang diterima oleh panca indera. Apa yang mendukung dan menopang
ukuran respons adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respons terhadap proses tersebut
didahului oleh sikap seseorang karena sikap tersebut adalah kecenderungan atau
keinginan untuk berperilaku dalam menghadapi stimulus tertentu. Jadi, bicarakan
tanggapan atau kurangnya tanggapan terlepas dari sikap diskusi. Respon juga
ditafsirkan sebagai perilaku atau sikap yang memanifestasikan dirinya sebelum
pemahaman rinci, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta
penggunaan fenomena tertentu (Sobur, 2003).

Menurut (Mulyani, 2007) secara umum, dapat dikatakan bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi respons seseorang, yaitu:

1. Orang yang berkepentingan yang melihat dan mencoba memberikan interpretasi


tentang apa dia melihat, dia dipengaruhi oleh sikap, motif, minat, dan harapan.

2. Target respons, dalam bentuk seseorang, objek atau peristiwa. Karakteristik target
umumnya mempengaruhi respons orang-orang yang melihatnya. Dengan kata lain,
gerakan, suara, ukuran, tindakan, dan karakteristik lain dari target respons juga
menentukan penampilan orang.

3. Faktor-faktor situasi, respons dapat dilihat secara kontekstual, yang berarti bahwa
dalam situasi di mana respons terjadi, ia mendapat perhatian. Situasi adalah faktor
yang berperan dalam pelatihan atau respons seseorang

Sebagaimana menurut Agus Sujanto (2004), jenis-jenis respons dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :

1. Respon sesuai dengan indera yang mengamati, yaitu:

a) Respon pendengaran, yaitu respon terhadap apa yang telah didengarnya, baik dalam
bentuk suara, kekuatan dan lain-lain.

b) Respons visual, respons terhadap sesuatu yang dilihat.

c) Rasakan respons, yaitu respons terhadap sesuatu yang telah mereka alami.

2. Respon tergantung pada kejadiannya, yaitu:

a) Respon terhadap memori, yaitu respon terhadap sesuatu yang diingat.

b) Respons yang fantastis, yaitu respons terhadap sesuatu yang dibayangkan.

c) Respons pikiran, yang merupakan respons terhadap sesuatu yang dipikirkan


seseorang.
3. Respons sesuai dengan lingkungannya, yaitu:

a) Respons objek, yaitu tanggapan terhadap objek yang mendekati atau berada di
dekatnya.

b) Respons kata, yaitu respons terhadap kata-kata yang telah didengar atau dilihat.

C. Tipe Gangguan Alam Perasaan

Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama
emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan
(euphoria&, dan gerak yang berlebihan (agitation&. depresi dapat terjadi secara tunggal
dalam bentuk mayor depresi atau dalam  bentuk lain seperti mania sebagai gangguan
tipe bipolar (Santrock, 2003).

Gangguan alam perasaan menurut Santrock (2003) dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
1. Depressive Disorders (Gangguan Depresi)
a) Mayor Depressive Disorders (Gangguan Depresi Mayor)
Gangguan depresi mayor dideskripsikan sebagai gangguan alam  perasaan yang
meliputi depresi atau hilang minat atau kesenangan  pada aktivitas biasa dan
hiburan. Gangguannya dapat berupa episode berulang atau episode tunggal.
Ditandai dengan  penampilan diam atau melamun. Gaya bicara menjadi lambat,
berhenti bicara (halting), cemas dan menyalahkan diri sendiri (moaning
dejectedly), dan lebih banyak duduk di lantai atau tempat tidur. Individu secara
langsung bersifat agresi ke dalam dirinya sendiri, merasa berdosa, dan bersalah
di dunia. Kesengsaraan sangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini
individu akan mencoba bunuh diri.
2. Dysthymia Disorder (Gangguan Distimia)
Dalam Diagnostic and statistical manual of Mental Disorder, kondisi kelompok ini
dikenal dengan depresi neurosis (neurotic depression). Kondisi ini ditandai dengan
mood yang terdepresi dalam sebagian besar hari. +ua atau lebih gejala depresi
berikut dapat ditampilkan, yaitu:
a) Menurunnya nafsu makan
b) Kelelahan yang sangat
c) Susah tidur atau tidur berlebihan
d) Harga diri rendah
e) Kesulitan konsentrasi atau kesulitan membuat keputusan
f) Perasaan putus harapan
3. Bipolar Disorders
Gangguan ini ditandai dengan perubahan alam perasaan dari depresi berat hingga
euphoria ekstrem (mania), dengan periode normal. Selama episode mania, alam
perasaan meningkat, meluas, atau iritabel. Aktivitas motoric berlebihan dan ingar-
bingar. Gambaran psikosis dapat muncul. Bentuk yang lebih ringan adalah
hipomania. Biasanya, hipomania tidak terlalu parah sehingga tidak memerlukan
hospitalisasi. Selain itu, pada hipomania tidak tampak gambaran psikosis. Serangan
biasanya terjadi dalam beberapa bulan atau tahun, dan  pasien mungkin mengalami
siklus berbeda dalam jangka waktu hari atau minggu. Pada siklus yang cepat
berubah-empat atau lebih episode afek  setahun. Prognosis lebih buruk tetapi
polanya dapat hilang atau menunjukkan gejala berlaianan yang terjadi pada saat
yang sama (contoh: bernyanyi dengan semangat yang diselingi dengan menangis).
Berikut ini adalah tipe gangguan bipolar:
a) Gangguan Bipolar I: merupakan diagnosa yang ditegakkan pada individu yang
sedang mengalami, atau pernah mengalami semua sindrom mania atau gejala
campuran dan juga mengalami episode depresi.
b) Gangguan Bipolar II: ditandai dengan serangan kambuhan depresi mayor
disertai episode hipomania. /ndividu ini tidak mengalami semua sindrom mania
atau gejala campuran.
c) Gangguan Siklotimia: gambaran utamanya adalah gangguan alam  perasaan
kronik setidaknya selama 2 tahun, meliputi sejumlah  periode depresi dan
hipomania, tetapi tingkat keparahan dan durasinya tidak termasuk dalam kriteria
gangguan bipolar I atau II. Tidak terdapat gambaran psikotik.

Agus Sujanto, 2004 dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : PTBumi Aksara ,).

Alex Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.


Batson, C. D., Shaw, L. L., dan Oleson, K. C. (1992). Differentiating Affect, Mood and
emotion. Toward Functionally Based Conceptual Distinction. Dalam. Clark, M. S. (eds.).
Emotion. Newburry Park: Sage Publications.

Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih
bahasa : Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Mulyani. (2007). Faktro situasi respon kontekstual. Jakarta

Santrock, J. W.2003. Adolescence perkembangan remaja. 6th edition.Boston. Mc Graw

Anda mungkin juga menyukai