Anda di halaman 1dari 19

TUGAS METODEMOLOGI PENELITIAN Dosen : Ary Setyawan. S.

sos, Impd

Disusun oleh:

NAMA : 1.Genoveva sekar (03.09.) 2.Atinni Lestari(03.09.2596) 3.Putri Yuliani(03.09.2621)

KELAS : B/RS/V

KONSENTARASI MANAJEMENT ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM STUDY MANAJEMENT ADMINISTRASI AKADEMI MENEJEMENT ADMINISTRASI YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perlindungan dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis mengemukakan judul tentang PENYAKIT JIWA Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah METODEMOLOGI PENELITIAN. Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak yang telah menyumbangkan waktu,tenaga dan pikiran oleh karena itu penulis patut mengucapkan terima kasih. Selain itu, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna dari keterbatasan penyusunan maupun segi teknis pengetikan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun untuk kelengkapan makalah ini penulis menyambutnya dengan penuh kerendahan hati,kiranya makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca yang budiman.

Hormat kami

Penulis

Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.

Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stresor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu.

Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distres) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).

b. Definisi kesehatan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (www.dinkes-dki.go.id.htm).

Kesehatan jiwa meliputi: 1. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri 2. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain 3. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari

c. Gejala Gangguan Jiwa (Maramis, 1995) :

1)Gangguan kesadaran

a) Penurunan kesadaran (1)Apati Mengantuk dan acuh-tak-acuh terhadap rangsang yang masuk; diperlukannya rangsang yang sedikit lebih keras dai biasanya untuk menarik perhatiannya. (2)Somnolensi Jelas sudah lebih mengantuk dan rangsang yang lebih keras lagi diperlukan untuk menarik perhatiannya. (3)Sopor Hanya berespon dengan rangsang yang keras; ingatan, orientasi, dan pertimbangan sudah hilang. (4)Subkoma dan koma Tidak ada lagi respons terhadap rangsang yang keras; bila sudah dalam sekali, maka reflek pupil (yang sudah melebar) dan reflex muntah hilang lalu timbullah reflex patologik. b) Kesadaran yang meninggi Kesadaran yang meninggi adalah keadaan dengan respons yang meninggi terhadap rangsang: suara-suara terdengar lebih keras, warna-warni kelihatan lebih terang: disebabkan oleh berbagai zat yang merangsang otak.

c) Tidur Gangguan tidur dapat berupa: insomnia, berjalan waktu tidur, mimpi buruk, narkolepsi, kelumpuhan tidur. d) Hipnosa Kesadaran yang sengaja diubah (menurun dan menyempit, artinya menerima rangsang hanya dari sumber tertentu saja) melalui sugesti; mirip tidur dan ditandai oleh mudahnya disugesti; setelah itu timbul amnesia. e) Disosiasi Adalah sebagian tingkah laku atau kejadian memisahkan dirinya secara psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagian atau total. Disosiasi dapat berupa: trans, senjakala histerik, fugue, serangan histerik, sindroma ganser, menulis otomatis.

f) Kesadaran yang berubah Tidak normal, tidak menurun, tidak meninggi, bukan disosiasi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan terhadap dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kwalitatif), seperti pada psikosa fungsional. g) Gangguan Perhatian Tidak mampu memusatkan (memfokus) perhatian pada hanya satu hal/keadaan, atau lamanya memusatkan perhatian itu berkurang daya konsentrasi terganggu. 2) Gangguan ingatan Ingatan berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau registrasi, penahanan atau resistensi, dan pemanggilan kembali atau recall. Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur tersebut. a) Gangguan ingatan umum Gangguan ingatan tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja dan dapat meliputi: kejadian yang baru saja terjadi dan kejadian yang sudah lama berselang terjadi. b) Amnesia Adalah ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman, mungkin bersifat sebagian atau total, serta retrograd atau anterograd. c) Paramnesia Adalah ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali (recall). d) Hipermnesia Adalah penahanan dalam ingatan dan pemanggilan kembali (arecall). 3) Gangguan orientasi Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungan dirinya sendiri dengan orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran dan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang.

4) Gangguan afek dan emosi Afek adalah nada perasaan, menyenangkan, atau tidak menyenangkan, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik, lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya: ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Bilamana afek dan emosi itu sudah begitu keras, sehingga fungsi individu itu terganggu, maka dikatakan telah terjadi gangguan afek atau emosi yang dapat berupa: a) Depresi Depresi dengan komponen psikologik, misalnya: rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis; dan komponen somatik, misalnya: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan nadi menurun sedikit. b) Kecemasan dan ketakutan Kecemasan dapat dibedakan kecemasan (tidak jelas cemas terhadap apa) dari ketakutan atau fear (jelas atau tahu takut terhadap apa). Komponen psikologiknya dapat berupa: khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, lekas terkejut, sedangkan komponen jenis somatiknya misalnya: palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, respons kulit terhadap aliran listrik galvanik berkurang, peristaltik bertambah, lekositosis.

Kecemasan dapat berupa:

(1)Kecemasan yang mengambang ( free-floating anxiety); kecemasan yang menyerap dan tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran; (2)Agitasi: kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat; (3)Panik: serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebingungan dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi. c) Efori Rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan; bila tidak sesuai dengan keadaan maka ini menunjukkan adanya gangguan jiwa; jika lebih keras lagi dinamakan elasi dan jika keras sekali dinamakan exaltasi. d) Anhedonia Ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan baginya.

e) Kesepian Merasa dirinya ditinggalkan. f) Kedangkalan Kemiskinan afek dan emosi secara umum (berkurang, secara kwantitatif); dapat digambarkan juga sebagai datar, tumpul, atau dingin yang sama maksudnya; istilah-istilah ini tidak menunjukkan gradasi. Umpamanya kedangkalan emosi ialah tidak atau hanya sedikit merasa / kelihatan gembira atau sedih dalam keadaan atau mengenai sesuatu hal yang benar-benar menggembirakan atau menyedihkan. g) Afek atau emosi tak wajar Tak wajar atau tak patut dalam situasi tertentu (terganggu secara kwalitatif), umpamanya ketawa terkikih-kikih waktu wawancara. Bila extrim akan menjadi inadequate, yaitu afek dan emosi yang bertentangan dengan keadaan atau isi pikiran dan dengan isi bicara. h) Afek atau emosi labil Berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik, umpamanya tiba-tiba marah-marah atau menangis. i) Variasi afek atau emosi sepanjang hari Perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari. Umpanya, pada psikosa manik-depresi maka jenis depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan pada sore hari. j) Ambivalensi Emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seorang, suatu obyek atau suatu hal. k) Apati Berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli. l) Amarah, kemurkaan, dan permusuhan Sering dinyatakan dalam sifat agresi. Bila ditujukkan kepada pemecahan masalah dan dipakai sebagai pembelaan terhadap suatu serangan yang yata, maka agresi itu konstruktif sifatnya. Agresi itu menjadi: patologik bila tidak realistik, menghancurkan dirinya sendiri, tidak ditujukan kepada pemecahan masalah dan jika merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. 5)Gangguan psikomotor Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa: jadi merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Gangguan psikomotorik dapat berupa:

a) kelambatan Secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat. b) Peningkatan Aktivitas dan reaksi umum meningkat. c) Tik (tic) Gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relatif kecil. d) Bersikap aneh Dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar. e) Grimas Mimik yang aneh dan berulang-ulang. f) Stereotipi Gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan. g) Pelagakan (mannerism) Pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral (seperti sedang bermain sandiwara). h) Ekhopraxia Langsung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya; ekholalia: langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain. i) Otomatisma perintah (command automatism) Menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dulu. j) Otomatisma Berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak sadar. k) Negativisme Menentang nasihat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu. l) Kataplexia Tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, juga timbul kelemahan umum dengan atau tanpa penurunan kesadaran, yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan emosi. m) Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi Menggambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa: (1) kelumpuhan (2) pergerakan yang abnormal, umpamanya tremor, tik, kejang-kejang atau ataxia (3) astasia-abasia: tidak dapat duduk, berdiri dan berjalan. n) Verbigerasi Berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama.

o) Berjalan Tidak tegap, kaku (rigid) atau lambat p) Gangguan motorik Yang sebenarnya bukan merupakan gangguan psikomotor, yang mungkin sekali disebabkan oleh: pemakaian obat (umpamanya: tremor, hipokinesa, diskinesa, akatisia, karena neroleptika), gangguan ortopedik atau gangguan nerologik. q) Kompulsi Suatu dorongan yang mendesak berkali-kali, biarpun tidak disukai, agar berbuat yang bertentangan dengan keinginannya sehari-hari atau dengan kebiasaan serta norma-norma. r) Gagap Berbicara dengan terhenti-henti karena spasme otot-otot untuk bicara, mulai dari berbicara sangat ragu-ragu sampai dengan berbicara explosif. 6)Gangguan proses berpikir Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgment, pemahaman (comprehension), ingatan, serta penalaran. a) Gangguan bentuk pikiran: Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan. (1) Dereisme Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman. (2) Pikiran otistik Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dai dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. (3) Bentuk pikir yang non-realistik Bentuk piker yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.

b)Gangguan arus pikir Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran, yang timbul dalam berbagai jenis: (1) Perseverasi Berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan. (2) Asosiasi longgar Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain. (3) Inkoherensi Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. (4) Kecepatan bicara Untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat. (5) Benturan (blocking) Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti ditengah sebuah kalimat. (6) Logorea Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koheren ataupun incoherent. (7) Pikiran melayang (flight of ideas) Perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. (8) Asosiasi bunyi (lang association) Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar. (9) Neologisme Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum. (10) Irelevansi Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan. (11) Pikiran berputar-putar Menuju secara tidak langsung kepada idea pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remah yang menjemukan dan yang tidak relevan. (12) Main-main dengan kata-kata Membuat sajak secara tidak wajar.

(13) Afasi Mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar berbicara

BEBERAPA JENIS PENYAKIT JIWA


Stress

Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat total. Neurosis Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak seperti psikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak mempengaruhi pemikiran rasional. Konsep neurosis berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran dalam psikologi atau psikiatri Psikosis Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Syndrom Sindrom, dalam ilmu kedokteran dan psikologi, adalah kumpulan dari beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering muncul bersamaan. Kumpulan ini dapat meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosa. Istilah sindrom dapat digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan diagnosa. Namun terkadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit, seperti Sindrom Down. Kata sindrom berasal dari bahasa Yunani yang berarti berlari bersama, seperti yang terjadi pada kumpulan tanda tersebut. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kumpulan tanda klinik yang masih belum diketahui penyebab. Banyak sindrom yang dinamakan sesuai dengan dokter yang dianggap menemukan tanda-tanda itu pertama kali. Selain itu dapat juga diambil dari nama lokasi,sejarah,danlainnya.Sindrom dan keadaan terkait Pyromania Pyromania adalah sejenis mania di mana muncul dorongan kuat untuk sengaja menyulut api untuk meredakan ketegangan dan biasanya menimbulkan perasaan lega atau puas setelah melakukannya. Penderita pyromania (atau biasa disebut pyromaniak) berbeda dengan para pembakar gedung (arson), pyromaniak juga berbeda dengan mereka yang menyulut api akibat psikosis, demi kepentingan pribadi, moneter, maupun politik, atau sebagai tindakan balas dendam. Pyromaniak menyulut api demi merangsang euforia, dan sering kali tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian api, seperti pemadam kebakaran. Simtoma Simtoma atau simtom dalam penyakit adalah cara untuk melakukan pengindikasian keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan dengan melalui gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit yang dapat dirasakan seperti perasaan mual atau pusing, akan tetapi dalam hal ini tidak termasuk didalam pengertian karena halusinasi atau delusi, cara melakukan pengindikasian ini bertumpuk pada diri pelaku, bukan hasil dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan pemeriksaan kedokteran. Penggunaan lain simtoma juga terdapat dalam politik dimana artinya adalah melihat sebagai akar dari sesuatu permasalahan. Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.

Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.

Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknyamembuatnamaseseorangitumenjadijelek.

Lima tahap mendiagnosis psikopat 1. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban,ataupengamatanprilakupasiendariwaktukewaktu. 2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian. 3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukankepribadianntisosial. 4. Memperhatikan gejala ke tanda-tanda gangguan kejiwaan. 5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.

Gejala-gejala psikopat 1. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta. 2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat. 3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli. 4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil. 5.Sikap antisosial di usia dewasa. 6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya. 7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah. 8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele. 9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka. 10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah dingin. 11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya. Skizofrenia Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog. Gejala

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas: 1.Gejala-gejalaPositifTermasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejalagejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. 2.Gejala-gejalaNegatifGejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan stres post-traumatik. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan. Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren. Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.

Kleptomania Kleptomania (bahasa Yunani: , kleptein, mencuri, , mania) adalah penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Benda-benda yang dicuri oleh penderita kleptomania umumnya adalah barang-barang yang tidak berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang penderita biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri tersebut. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya. Depresi Penyakit ini umum muncul pada masa puber dan ada sampai dewasa. Pada beberapa kasus, kleptomania diderita seumur hidup. Penderita juga mungkin memiliki kelainan jiwa lainnya, seperti kelainan emosi, Bulimia Nervosa, paranoid, schizoid atau borderline personality disorder.Kleptomania dapat muncul setelah terjadi cedera otak traumatik dan keracunan karbon monoksida. Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Penyebab suatu kondisi depresi meliputi: * Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin * Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial * Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu. 1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis). 2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain) 3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan) 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat) 6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari 7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari 8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain) 9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang. Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai