Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“GANGGUAN ATAU PENYIMPANGAN PERILAKU”

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikologi

Dosen Pengampu :

Suyanta, S.Pd, S.Kep, Ners, MA


Sunarko, S.Pd, M.Med, Ed

Disusun Oleh :
Ari Sulistyo (P1337420522096) Karin Arfiza L(P1337420522039)
Azizah K.Y(P1337420522063) Sagita Nevi S(P1337420522099)
Dina Nurdiana (P1337420522029) Najwa Almira (P1337420522089)
Jeany Eka N. S (P1337420522068) Kheisa Rustu A(P1337420522082)
Arnis Yuliyanti (P1337420522058) M.Haidar Alif (P1337420522088)
Choirina Fattah (P1337420522080)
Danendra Rafi (P1337420522087)
Djati Sempurna (P1337420522076)
Deva Bunga (P1337420522052)
Fitria Rahmasari (P1337420522075)

KEPERAWATAN MAGELANG PROGRAM DIPLOMA TIGA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini. Makalah disusun untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Pesikologi. Selain itu, makalah ini bertujuan

menambah wawasan tentang Psikilogi Nyeri dan Ketrampilan konseling bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Suyanta, S.Pd, S.Kep, Ners,

MA dan Sunarko, S.Pd, M.Med, Ed sebagai dosen pengampu mata kuliah

psikologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih

terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Magelang, 20 Oktober 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Emosi...........................................................................................................2
B. Psikologi......................................................................................................4
C. Gangguan Mental.........................................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gangguan jiwa semakin meningkat, ini dipengaruhi oleh
pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang
menyebabkan distress, disfungsi, dan menurunkan kualitas kehidupan.
Gangguan mental emosional, seperti stress, kecemasan dan depresi, dapat
dialami semua orang. Jika ditangani dengan cara yang benar, maka
penderita umumnya dapat sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Sebaliknya, jika tidak ditangani dengan benar dan segera, maka penderita
gangguan mental emosional akan semakin parah dan dapat berkembang
menjadi gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa menyebabkan terjadinya
kegagalan individu dalam kemampuannya mengatasi keadaan sosial,
rendahnya harga diri, rendahnya tingkat kompetensi, dan sistem
pendukung yang berinteraksi dimana individu berada pada tingkat stress
yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dalam pembuatan makalah ini, penulis memiliki
beberapa beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:
a. Apa itu gangguan mental?
b. Apa yang terjadi jika seseorang menderita gangguan mental?
c. Apa saja macam gangguan mental?
d. Bagaimana cara mengatasi gangguan mental?

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, yang menjadi tujuan
penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui tentang gangguan mental.
b. Mengidentifikasi macam gangguan mental.
c. Mengetahui dampak gangguan mental.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Emosi
1. Definisi Emosi
Emosi merupakan manifestasi perasaan atau afek keluar yang
disertai banyak komponen fisiologis , dan biasanya berlangsung tidak
lama(Maramis, 1999), sementara Walgito (1989) menyatakan bahwa
emosi adalah suatu keadaan perasaan yang melampaui batas sehingga
dapat mengganggu hubungan seseorang dengan lingkungan sekitarnya,
contohnya ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.
2. Komponen Emosi
Komponen emosi terdiri dari respons atau reaksi tubuh internal,
keyakinan atau penilaian kognitif, ekspresi wajah, dan reaksi terhadap
emosi. Respons atau reaksi tubuh internal melibatkan sistem otomatik.
Misalnya apabilaseseorang sedang marah maka suara akan menjadi tinggi
dan gemetar. Keyakinan atau penilaian kognitif dapat terjadi pada keadaan
yang positif atau negative. Contohnya ketika sangat gembira dapat
diterima di Poltekkes, sedih mengikuti berbagai tes untuk masuk ke
perguruan tinggi namun tidak satupun yang diterima. Sementara contoh
ekspresi wajah adalah apabila merasa benci pada seseorang akan
menggerutkan dahi atau sedikit menutup kelopak mata. Terakhir contoh
reaksi terhadap emosi adalah marah-marah yang berubah menjadi agresi
atau gembira hingga meneteskan air mata.
3. Jenis Gangguan Emosi
Jenis gangguan emosi adalah depresi atau melankolis dan
kecemasan(ansietas). Pertama, depresi atau melankolis memiliki ciri
psikologis dan somatik. Ciri psikologis meliputi sedih, susah, rasa tidak
berguna, gagal, kehilangan, tidak ada harapan, putus asa dan penyesalan
yang patoligis. Sementara ciri somatik antara lain, anoreksia, konstipasi,
kulit lembab atau dingin, tekanan darah dan pernapasan menurun. Kedua
kecemasan(anisetas), ciri psikologisnya yaitu khawatir, gugup, tegang,
cemas, rasa tidak aman, takut, dan cepat terkejut. Sedangkan ciri
somatiknya meliputi palpitasi(debaran jantung yang cepat/keras), keringat
dingin pada telapak tangan, tekanan darah meingkat, dan perisaltik
bertambah. Kecemasan dapat berupa :
a. Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), yakni tidak ada
hubungan dengan pikiran.
b. Agitasi, yaitu kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat
c. Euforia, yaitu rasa riang, gembira, senang, dan bahagia yang
berlebihan
d. Panik, yaitu serangan kecemasan yang hebat dan disertai kegelisahan,
kebingungan, serta hiperaktifitas yang tidak terorganisasi
e. Anbedonia, yaitu ketidak kemampuan merasakan kesenangan
f. Kesepian, yaitu merasa dirinya ditinggalkan
g. Kedangkalan, yaitu kemiskinan afek dan emosi
h. Afek dan emosi yang tidak ujar (tidak patut), misalnya tertawa
terkikih-kikih saat wawancara
i. Afek dan emosi yang labil, contohnya mendadak marah-marah atau
menangis.
j. Variasi afek dan emosi sepanjang hari, yaitu perubahan afek dan emosi
sejak pagi hingga malam hari, misalnya pada penderita psikosis
manikdepresif, mengalami depresi lebih keras pada pagi hari dan
menjadi lebih ringan pada sore hari
k. Ambivalensi, yaitu emosi dan afek yang berlawanan dan terjadi secara
bersama-sama terhadap suatu objek, hal, atau orang
l. Apatis, yaitu berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal, yang
disertai rasa terpencil dan tidak peduli, atau dapat diartikan sebagai
keadaan menurunnya kesadaran
m. Amarah, yaitu kemurkaan atau permusuhan yang ditandai sifat agresif
4. Sakit Mental akibat gangguan mental
Biasanya terkait dengan neurosis, yaitu adanya kesalahan
penyesuaiaan diri secara emosional karena konflik tidak sadar yang tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Sakit mental karena gangguan emosi ini
terdiri dari :
a. Neurosis cemas, yaitu kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan
individu. Kecemasan tidak berkaitan dengan benda atau keadaan,
namun nengambang bebas. Gejala dapat berupa somatik(napas sesak,
dada tertekan, kepala seperti mengambang, linu, cepat capek, keringat
dingin, dan palpitasi) dan psikologis (perasaan waswas, khawatir, dan
bicara cepat terputus-putus)
b. Neurosis histerik, yaitu fungsi mental dan jasmani hilang tanpa
dikehendaki. Gejala meliputi kelumpuhan pada ekresimitas, kejang-
kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, stupor, dan twilight state
c. Neurosis fobik, yaitu adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap
benda atau keadaan, yang tidak disadari individu sebagai ancaman
d. Neurosis depresi, yaitu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat
berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan
tidur dan makan. Biasanya berakar pada rasa bersalah yang tidak
disadari. Gejala berupa somatik (perasaan tidak senang, tidak
bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan) dan psikologis (pendiam,
sedih, pesimistis, putus asa, malas bergaul, frekuensi bekerja
berkurang, tidak mampu mengambil keputusan, cepat lupa, dan timbul
pikiran untuk bunuh diri)

B. Psikopat
1. Pengertian Psikopat
a. Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak
adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi; orangnya tidak
pernah bisa bertanggung jawab secara moral; selalu konflik dengan
norma sosial dan hukum (karena sepanjang hayatnya hidup dalam
lingkungan sosial yang abnormal dan imoral) yang diciptakan oleh
angan-angan sendiri (Kartini, 1989).
b. Psikopat(i) dipakai untuk menggambarkan manifestasi psikopatalogis
di dalam perilaku dan pebuatan individu, berdasarkan
ketidakmampuannya untuk menghayati nilai-nilai antarpribadi, sosial,
dan moral (Gunarsa S.S., 1985).
c. Psikopat adalah kelainan perilaku, khususnya berbentuk perilaku yang
antisosial, yaitu tidak memerdulikan norma-norma sosial (Sarwono,
Sarlito Wirawan, 2000).
2. Penyebab
Menurut Kartini Kartono (1989), penyebab utama psikopat adalah:
a. Tidak mendapatkan kasih sayang lingkungannya pada masa muda.
b. Pada tahun-tahun pertama kehidupan (0-3 tahun), tidak pernah
memperoleh kemesraan dan kelembutan dari lingkungannya.
Akibatnya:
a. Kehilangan kemampuan dan kemauan untuk memberikan cinta kasih
dan simpati kepada orang lain.
b. Kehilangan perasaan sosial dan kemanusiaan.
c. Tidak mampu menjalin hubungan antarmanusia.
d. Diliputi perasaan tidak senang dan tidak puas.
e. Diliputi rasa kebencian, dendam, curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar
dan dituduh, gelisah, tegang, ketakutan, kacau balau, dan dibayangi
pikiran yang kegila-gilaan.

Menurut Gunarsa, Singgih D., dan Ny. Gunarsa Singgih D. (1985),


asal usul psikopat ditinjau dari sudut-sudut psikodinamika dan gnetika
yang bersumber dari kelakuan menyimpang pada masa anak an kenakalan
remaja. Tanda-tandanya yaitu:
a. Tidak pernah membentuk keterikatan yang baik dengan orang tua atau
pengganti orang tua.
b. Suka melawan terhadap hal-hal yang dilarang oleh masyarakat karena
biasa dimanja dan merasa diperlakukan tidak adil.
c. Membutuhkan penerimaan orang lain dan ada perasaan bersalah,
tetapi tidak terjalin dengan baik dalam pribadi keseluruhannya.

3. Gejala Psikopat
a. Sikap kurang ajar, kasar, dan ganas.
b. Berperilaku asosial dan eksentrik.
c. Suka menggembara tanpa tujuan.
d. Berpribadi labil dan respons tidak adekuat.
e. Tidak loyal kepada siapapun.
f. Emosional, tidak berperasaan, dan tidak bertanggung jawab.
g. Kadang terdapat penyimpanan seksual.
h. Tidak mau belajar dari pengalaman yang baik.

4. Bentuk Psikopat
a. Tipe simpatik (tetapi tidak bertanggung jawab)
Ciri-cirinya:
 Simpatik
 Mudah bergaul
 Disukai
 Ramah
 Sopan
 Menarik
 Mudah memperoleh kepercayaan dan perhatian
 Perilaku yang baik diatas dipakai sebagai alat untuk
menjerumuskan orang lain.
 Sering merasa diperlakukan tidak adil.
 Dapat ditemukan pada individu yang memiliki pendidikan tinggi,
tetapi kelakuannya tidak bertanggung jawab.
 Perbuatannya egoistis, memuaskan diri sendiri, dan menyakiti
orang lain.
 Berani melakukan tindakan berisiko tinggi tanpa
mempertimbangkan untung rugi.
b. Tipe pendendam dan pemberontak
Ciri-cirinya:
 Mudah marah
 Agresi lisan maupun fisik
 Cepat menyerang
 Merasa tidak puas terhadap keadaan
 Suka membandel
 Keras kepala
 Suka membantah
 Perbuatnnya mengarah pada pembunuhan dan kejahatan
 Alkoholisme
 Pemadat
c. Tipe hipokondris dan tidak adekuat
Ciri-cirinya:
 Banyak mengeluh sakit.
 Hidupnya ibarat benalu.
 Banyak keluhan dan mengharap selalu mendapat bantuan orang
lain.
 Suka berbohong.
 Fisik seolah-olah tidak berdaya
d. Tipe antisosial
Ciri-cirinya:
 Sama sekali tidak memperdulikan kepentingan orang lain.
 Melakukan perbuatan yang berulang-ulang dan berbenturan
dengan nilai-nilai sosial atau hukum.

C. Gangguan Mental
1. Pengertian Gangguan Kesehatan Mental
Gangguan kesehatan mental merupakan kondisi dimana seorang

individu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan

kondisi di sekitarnya. Ketidakmampuan dalam memecahkan sebuah

masalah sehingga menimbulkan stres yang berlebih menjadikan kesehatan

mental individu tersebut menjadi lebih rentan dan akhirnya dinyatakan

terkena sebuah gangguan kesehatan mental.

Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui

bahwa prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan

kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti

dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang

150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental

emosional (Depkes, 2007).

Menurut data Riskesdas 2007 angka rata-rata nasional gangguan

mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk usia 15 tahun

adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Sedang gangguan jiwa berat

rata-rata sebesar 0,46% atau sekitar 1 juta penduduk. Dari angka yang

besar tersebut, penderita gangguan mental yang diberikan fasilitas

pengobatan sangatlah sedikit. Menurut perhitungan utilisasi layanan

kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder dan tersier kesenjangan

pengobatan diperkirakan >90% (Diatri, 2011). Hal ini berarti bahwa


hanya <10% orang dan masalah kesehatan jiwa terlayani di fasilitas

kesehatan. Kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehatan jiwa

berdasarkan hasil Riskesdas 2007 tersebut mencapai Rp.20T, merupakan

jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan masalah kesehatan

lainnya (Depkes, 2007).

Gangguan kesehatan mental dapat diperoleh semenjak anak dari

dalam kandungan maupun ketika seseorang tumbuh dewasa namun dalam

perkembangannya ditemui hal-hal yang dapat berdampak pada stres yang

berlebihan. Kehidupan yang semakin modern membawa berbagai macam

tuntutan yang harus dipenuhi. Bukan hanya karena sifatnya yang wajib

atau penting melainkan keinginan diakui oleh masyarakat menjadikan

individu merasa harus mengikuti trend yang sedang berlangsung tanpa

sadar akan kapasitasnya.

2. Penyebab Gangguan Kesehatan Mental

Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan

"Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu

kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya

disebutkan sebagai berikut:“Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang

optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan

keadaan orang lain".


Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan

memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam

hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan

kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial

individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang

lain. Seseorang yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Merasa senang terhadap dirinya serta

b. Mampu menghadapi situasi

c. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup

d. Puas dengan kehidupannya sehari-hari

e. Mempunyai harga diri yang wajar

f. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula

merendahkan

g. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain

h. Mampu mencintai orang lain

i. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap

j. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda

k. Merasa bagian dari suatu kelompok

l. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain

"mengakali" dirinya

m. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta


n. Menetapkan tujuan hidup yang realistis

o. Mampu mengambil keputusan

p. Mampu menerima tanggungjawab

q. Mampu merancang masa depan

r. Dapat menerima ide dan pengalaman baru

Gangguan kesehatan mental adalah kondisi individu yang memiliki gejala-

gejala gangguan kejiwaan. Terdapat berbagai unsur penyebab terjadinya

gangguan kesehatan mental pada seseorang, gangguan kesehatan mental ini

dibagi menjadi tiga kategori penyebab yakni faktor-faktor somatogenik,

psikogenil, dan sosiogenik.

a. Faktor somatogenik yang terdiri dari neroanatomi, nerofisiologi,

nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan faktor-

faktor pre dan perinatal.

b. Faktor psikogenik meliputi interaksi ibu-anak yang tidak abnormal

seperti tidak adanya rasa percaya, peranan ayah, sibling rivaly,

intelegensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan

masyarakat, kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa

malu atau salah, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap

bahaya, dan tingkat perkembangan emosi.

c. Faktor sosiogenik yang di dalamnya terdapat kestabilan keluarga, pola

mengasuh anak, keluarga dengan ekspresi emosi tinggi atau rendah,

tingkat pendapatan atau ekonomi, tempat tinggal, masalah kelompok


minoritas yang berprasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, serta

kesejahteraan yang tidak memedai, pengaruh rasial dan keagamaan, dan

nilai-nilai yang dijadikan pedoman.

Dari ketiga faktor tersebut diketahui bahwa penyebab gangguan kejiwaan atau

gangguan mental tidak hanya dapat disebabkan salah satu faktor, karena sifat

manusia yang utuh dimana sistem dalam diri manusia merupakan sebuah

kesatuan oleh karena itu sangat memungkin bahwa penyebab gangguan

kesehatan mental merupakan kombinasi dari ketiga kategori dengan satu

kategori sebagai penyebab utamanya. Oleh sebab perihal ini lah dalam

melakukan assessment pada penderita haruslah dilakukan secara detail dan

menyeluruh.

Penyebab gangguan jiwa menurut ahli:

a. Menurut Santrock (1999) penyebab gangguan jiwa pada umumnya

dikategorikan menjadi aspek jasmaniah atau biologi seperti contohnya

keturunan, kegemukan yang cenderung psikosa manik depresi dan dapat

pula menjadi skizofernia, tempramen karena orang yang telalu sensitif,

penyakit, dan cedera tubuh.

b. Santrock juga menjelaskan bahwa gangguan jiwa juga dapat disebabkan

oleh faktor psikologi dimana seseorang dengan pengalaman frustasi,

kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai perilaku,

kebiasaan, dan sifatnya di masa yang akan datang. Pernyataan bahwa

hidup manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada suatu keadaan tertentu

dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Melihat daripada kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan sebuah area
yang terintegrasi yang dikhususkan untuk menenangkan diri dan
meningkatkan kesehatan mental emosional bagi setiap individu. Faktor
keturunan dan keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku pasien di
rumahnya menjadi salah penyebab padahal keluarga menjadi lingkungan
yang berperan merawat klien. Perawatan sangat diperlukan dalam merawat
klien, karena strategi koping keluarga sebagai upaya positif dalam
memantau atau mengatasi kekambuhan. Namun pada umumnya, tempat
untuk menurunkan stress hanya menyediakan 1 atau 2 cara saja, seperti
rekreasi saja atau hanya konsultasi dengan psikolog atau psikiater saja.
Ditambah lagi kurangnya jumlah psikiater dan psikolog atau juga
pelayanan terapi bagi penderita gangguan mental emosional.

B. Saran
Pada dasarnya, berhenti sejenak dari pekerjaan dan menyisihkan
waktu untuk bersama keluarga atau hewan peliharaan, tertawa, meditasi
atau menenangkan diri, dan berkonsultasi dengan psikolog dapat menjadi
alternatif untuk menurunkan tingkat gangguan mental emosinal. Dengan
melakukan kegiatan bersama dengan orang yang dikenal, dapat
membentuk perasaan aman dan dapat terbuka dalam menceritakan
masalah depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 2021. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Semrud-Clikeman, Margaret. 2007. Social Competence in Children.
Springer Science+Business Media, LCC: USA.

Anda mungkin juga menyukai