Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENTAL


PSIKOSOSIAL KECEMASAN

Disusun oleh
Kelompok 4

Nama Anggota :
Ade Baginda
Ade Irma Safitri
Eni Setyawati
Olga Jahda Casmira
Sopia Fitriani
Victoria Paningoan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami berhasil menyusun makalah ini. Adapun materi yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah Asuhan Keperawatan gangguan mental
psikososial kecemasan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
serta untuk menambah wawasan kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi
tercapai suatu kesempurnaan dalam makalah kami.
Semoga segala upaya kami dalam membuat makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih

Samarinda, 20 Mei 2017

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

Bab II Isi
A. Definisi .................................................................................................... 3
B. Tanda dan Gejala ................................................................................... 3
C. Faktor Predisposisi .................................................................................. 5
D. Faktor Presipitasi ................................................................................... 5
E. Rentang Respons Tingkat Kecemasan .................................................. 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS


A. Pengkajian ............................................................................................. 9
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 11
C. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 11

Bab III Penutup


Kesimpulan ................................................................................................... 14

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan
pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi
saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi kecemasan ?
2. Bagaimana tanda dan gejala kecemasan ?

1
3. Apa itu faktor predisposisi ?
4. Apa itu faktor presipitasi ?
5. Apa saja rentang respons tingkat kecemasan ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan kecemasan ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi kecemasan
b. Untuk mengetahui tanda dan gejala kecemasan
c. Untuk mengetahui faktor predisposisi
d. Untuk mengetahui faktor presipitasi
e. Untuk mengetahui rentang respons tingkat kecemasan
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kecemasan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Lynn S.Bickley (2009) kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan
kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan
terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat
menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and
Sundeens, 1998).
Jadi, Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut
dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan
tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan
menghadapi ancaman.Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan,
persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik
dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya
kecemasan atau ansietas.

B. Tanda dan Gejala


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :

3
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya.
Gejala umum ansietas, yaiu :
1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut gila,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,
ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal,
gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien
dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada;
kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang
menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan
merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus
bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan
beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak
spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak
semua terdapat pada pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan
seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja.
Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang
bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

4
C. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu ID,
EGO Dan SUPER EGO. Ego melambangkan dorongaqn insting dan
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal
ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah mengalami ansietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa
dewasanya.

D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

E. Rentang Respons Tingkat Kecemasan


1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

5
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

6
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat

7
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan
pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,
serta kehilangan pemikiran rasional. Serangan panik adalah suatu episode
ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit,
ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga
ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika
individu mengalami serangan panik berulang

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

A. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

9
i. pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat
menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Kaji Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
c. Respon kognitif.

10
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
d. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Rentang perhatian menurun
5. Gelisah, iritabilitas
6. Control impuls buruk
7. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
8. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.

11
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

Contoh Diagnosa untuk Kecemasan :


1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
4. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
Membina hubungan saling percaya.
Melakukan aktifitas sehari-hari.
Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak
adalah ansietas b) Gelisah. tenang
normal dimana b) Perhatikan tanda
motivasi individu peningkatan ansietas
pada keseharian c) Insomnia ringan c) Bantu klien

12
dalam batas menyalurkan energi
kemampuan untuk secara konstruktif
melakukan dan d) Perubahan nafsu d) Gunakan obat bila
memecahkan masalah makan ringan perlu
meningkat. e) Peka e) Dorong pemecahan
masalah
f) Pengulangan f) Berikan informasi
pertanyaan akurat dan fuktual
g) Perilaku mencari g) Sadari penggunaan
perhatian mekanisme
pertahanan
h) Peningkatan h) Bantu dalam
kewaspadaan mengidentifikasi
keterampilan koping
yang berhasil
i) Peningkatan i)Pertahankan cara
persepsi yang tenang dan tidak
pemecahan terburu
masalah
j) Mudah marah. j)Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang a) Perkembangan dari a) Pertahankan
adalah cemas yang ansietas ringan sikap tidak
mempengaruhi tergesa-gesa, tenang
pengetahuan baru bila berurusan dengan

13
dengan klien
penyempitan b) Perhatian terpilih dari b) Bicara dengan
lapangan persepsi lingkungan sikap tenang,
sehngga individu tegas
kehilangan meyakinkan
pegangan tetapi c) Konsentrasi hanya c) Gunakan kalimat
dapat mengikuti pada tugas-tugas yang pendek dan
pengarahan orang individu sederhana
lain. d) Suara bergetar d) Hindari menjadi
cemas, marah,
dan melawan
e) Ketidaknyamanan e) Dengarkan klien
jumlah waktu yang
digunakan
f) Takipnea f) Berikan kontak
fisik dengan
menyentuh
lengan dan
tangan klien
g) Takikardia g) Anjurkan klien
menggunakan
tehnik relaksasi
h) Perubahan dalam h) Ajak klien untuk
nada suara mengungkapkan
perasaannya
i) Gemetaran i) Bantu klien
mengenali dan
menamai
ansietasnya

14
3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a) Perasaan terancam a) Isolasi klien
lapangan persepsi dalam
menjadi sangat lingkungan yang
menurun. Individu aman dan tenang
cenderung
memikirkan hal yang b) Ketegangan otot b) Biarkan
sangat kecil saja dan yang berlebihan perawatan dan
mengabaikan hal yang kontak sering
lain. Individu tidak sampai konstan
mampu berfikir c) Diaforesis c) Berikan
realistis dan obat-obatan
membutuhkan banyak klien melakukan
pengarahan, untuk hal untuk dirinya
dapat memusatkan sendiri
pada daerah lain. d) Perubahan d) Observasi adanya
pernapasan tanda-tanda
peningkatan
agitasi.

e) Napas panjang e) Jangan


mennyentuh klien
tanpa permisi

f) Hiperventilasi f) Yakinkan klien


bahwa dia aman
g) Dispnea g) Kaji keamanan
dalam lingkungan

15
sekitarnya

4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat a) Hiperaktif / a) Tetap bersama
dimana individu imobilitasi berat klien ; minta bantuan
berada pada bahaya b) Rasa terisolasi yang b) Jika mungkin
terhadap diri sendiri ekstrim hilangkan beberapa
dan orang lain serta c) Kehilangan stressor fisik dan
dapat menjadi diam desintegrasi kepribadian psikologisdari
atau menyerang d) Sangat goncang dan lingkungan
dengan cara kacau. otot-otot tegang c) Bicara dengan
e) Ketidakmampuan tenang, sikap
untuk berkomunikasi meyakinkan,
dengan kalimat yang menggunakan nada
lengkap suara yang rendah
f) Distori persepsi dan d) Katakan pada
penilaian yang tidak klien bahwa anda
realistis terhadap (staf) tidak akan
lingkungan dan ancaman membahayakan
g) Perilaku kacau dalam dirinya sendiri atau
usaha melarikan diri orang lain
h) Menyerang e) Isolasikan klien
pada daerah yang
aman dan nyaman
f) Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat

16
Contoh Intervensi dari diagnose yang kami ambil :

DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung


dan gagal mengambil keputusan.
Kriteria hasil:
1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4. Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.
Intervensi:
1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi
yang menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.


Kriteria hasil:
1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
Intervensi:
1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, menjadi pendengar yang baik.
2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic
yang ringan.

17
4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian


saudara kandung
Kriteria hasil:
1. Klien memiliki koping terhadap ancaman.
2. Strategi koping positif.
3. Untuk mengetahui sebab biologis.
4. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intervensi:
1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.


Kriteria hasil:
1. Meningkatkan kesadaran diri klien.
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi
kecemasan klien.
2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan

18
membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan
penyebab stresnya.
3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek
yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan
batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek
lain.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Kejadian dalam hidup seperti
menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis
adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. Rentang respons tingkat
kecemasan dibagi menjadi 4 : ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat,
dan tingkat panik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta:
Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai