Anda di halaman 1dari 24

1. Apa yang di maksud dengan kepribadian histrionik?

Histrionic Personality Disorder (HPD) adalah suatu gangguan yang ditandai oleh
perilaku sombong, egosentris, tidak stabil emosinya, menarik perhatian dengan afek yang
labil, lekas tersinggung, tetapi dangkal. Perilakunya yang dramatis dan menarik perhatian
dapat mengakibatkan ia berdusta sehingga mungkin menceritakan sesuatu secara luas dan
terperinci tanpa dasar fakta. gangguan kepribadian histrionik adalah gangguan yang ditandai
oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, ekstrovert pada orang yang meluap-luap dan
emosional. Akan tetapi menyertai penampilan yang cenderung menarik perhatian, seringkali
terdapat ketidakmampuan untuk mempertahankan perlekatan yang mendalam dan
berlangsung lama. Berdasarkan PPDGJ, kriteria diagnosis untuk kepribadian histrionik
adalah :
Gangguan Kepribadian dengan ciri-ciri :
(a) Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti bersandiwara
(theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated )
(b) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan;
(c) Keadaan afektif yang dangkal atau labil
(d) Terus-menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan (appreciation) dari
orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
(e) Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai;
(f) Terlalu peduli dengan daya tarik fisik.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

2. Penilaian mood, afek dan keserasian pada status psikiatrik?


Mood adalah suasana hati dan perasaan yang menetap, yang merupakan
pengalaman internal dan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. Afek adalah
ekspresi eksternal dari mood. Mood bisa saja normal, meningkat atau menurun (depresi).
Orang sehat mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama
luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.
a. Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan, yang dialami secara
subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain. Contohnya adalah
depresi, elasi, kemarahan. Jenis mood antara lain :
- Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
- Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood
yang tertekan atau melambung.
- Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan
atau makna seseorang.
- Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah diganggu
atau dibuat marah.
- Pergeseran mood (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau dibuat
marah.
- Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan kesenangan;
suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.
- Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
- Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat.
- Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis.
- Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi.
- Duka cita (berkabung): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
- Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang.

b. Afek
Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan emosi
yang dikatakan pasien.
- Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan
oleh penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan
keluar.
- Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama
perasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas menurun.
- Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
- Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-
tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.

c. Keserasian afek
Keserasian antara afek dan pembicaraan yang didiskusikan dalam konteks pemikiran
pasien dapat dinilai oleh pemeriksa, yaitu :
- Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis
(sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai;
digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, di mana
rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.
- Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan.

3. Proses, bentuk dan isi pikir pada status psikiatrik


Berpikir adalah aliran ide, simbol, dan asosiasi yang bertujuan, diawali sebuah masalah
atau tugas dan berakhir pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan: bila terdapat
urutan yang logis, cara berpikir dianggap normal; parapraksis (meleset dari logika secara
tidak sadar, disebut juga Freudian slip) dianggap sebagai bagian cara berpikir normal. Cara
berpikir abstrak adalah kemampuan untuk menangkap esensi suatu keseluruhan, memecah
keseluruhan menjadi bagian, dan mencerna isyarat umum.
a. Gangguan menyeluruh dalam bentuk atau proses pikir
1) Gangguan mental: sindrom perilaku atau psikologis yang nyata secara klinis dan
disertai distress atau disabilitas, bukan sekedar respons yang diharapkan terhadap
peristiwa tertentu atau terbatas dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat.
2) Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari khayalan; uji realitas
terganggu, disertai pembentukan realitas baru (berlawanan dengan neurosis,
gangguan mental dengan uji realitas yang tetap baik, perilaku dapat tidak
bertentangan dengan norma sosial umum, tapi berlangsung lama atau berulang tanpa
terapi)
3) Uji realitas: evaluasi dan penilaian objektif terhadap dunia di luar dirinya
4) Gangguan bentuk pikir: kelainan dalam bentuk pikir dan bukannya isi pikir, cara
berpikir ditandai dengan asosiasi longgar, neologisme, dan konstruksi yang tidak
logis; proses pikir terganggu, dan orangnya disebut psikotik.
5) Pikiran tak logis: pikiran yang mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi
internal; hanya dianggap psikopatologis bila sangat nyata dan tidak disebabkan oleh
nilai budaya atau defisit intelektual.
6) Dereisme: aktivitas mental yang tidak sejalan dengan logika atau pengalaman
7) Pemikiran autistik: preokupasi dengan dunia pribadi di dalam dirinya sendiri; istilah
yang biasa digunakan cukup bersinonim dengan dereisme.
8) Pemikiran magis: bentuk pikiran dereistik; cara berpikir yang menyerupai fase
preoperasional pada anak (Jean Piaget), ketika pikiran, kata-kata, atau tindakan
dianggap memiliki kekuatan (contohnya, menyebabkan atau mencegah suatu
peristiwa).
9) Proses pikir primer: istilah umum untuk cara berpikir dereistik, tidak logis, magis;
normal terdapat dalam mimpi, terdapat secara abnormal pada psikosis.
10) Tilikan emosional: tingkat pemahaman atau kesadaran yang mendalam yang
cenderung mengarah ke perubahan kepribadian dan perilaku yang positif.

b. Gangguan spesifik dalam bentuk pikir


1) Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan
menggabungkan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang
idiosinkratik.
2) Word salad: pencampuran kata atau frase yang inkoheren.
3) Sirkumstansialitas: gaya bicara tak langsung yang terlambat mencapai poin tertentu
namun akhirnya dapat berangkat dari poin asal ke tujuan yang dikehendaki ditandai
oleh detail dan kata-kata sisipan yang berlebihan
4) Tangensialitas: ketidakmampuan untuk mencapai asosiasi pikiran yang mengarah ke
tujuan; pembicara tidak pernah beranjak dari poin awal ke tujuan yang diinginkan.
5) Inkoherensi: pikiran yang secara umum tidak dapat dipahami; pikiran atau kata-kata
yang keluar tanpa hubungan logis maupun tidak sesuai tata bahasa, mengakibatkan
disorganisasi.
6) Perseverasi: respon yang menetap terhadap stimulus sebelumnya meski telah
diberikan stimulus baru; sering disebabkan oleh gangguan kognitif.
7) Verbigerasi: pengulangan atau kalimat tertentu tanpa makna.
8) Ekolalia: pengulangan kata atau kalimat yang diucapkan seseorang yang bersifat
psikopatologis; cenderung berulang dan persisten dapat diucapkan dengan intonasi
mengejek atau terputus-putus.
9) Kondensasi: penggabungan berbagai konsep menjadi satu.
10) Jawaban tidak relevan: jawaban yang tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan
(orang tersebut tampak mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaan).
11) Asosiasi longgar: aliran pikiran berupa perpindahan ide dari satu subjek ke subjek
lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; bila parah, pembicaraan dapat
menjadi inkoheren.
12) Derailment: deviasi alur berpikir yang terjadi secara berangsur atau mendadak tanpa
bloking; kadang digunakan sebagai sinonim asosiasi longgar.
13) Flight of ideas: permainan kata-kata atau verbalisasi kontinu dan cepat yang
menghasilkan perpindahan konstan dari satu ide ke ide lain; ide cenderung
berhubungan dan pada keadaan yang tidak begitu parah, pendengar masih dapat
mengikutinya.
14) Clang association: keterkaitan kata-kata dengan bunyi yang mirip namun berbeda arti
kata-kata tersebut tidak memiliki hubungan logis; dapat mencakup pembentukan rima
dan sajak.
15) Bloking: interupsi alur pikiran secara mendadak sebelum suatu pikiran atau ide
tuntas; setelah jeda sebelum suatu pikiran atau ide tuntas; setelah jeda sejenak,
seseorang tampak tidak ingat hal yang sedang atau akan dikatakan (disebut juga
sebagai deprivasi pikiran).
16) Glosolalia: pengungkapan wahyu melalui kata-kata yang tidak dapat dimengerti
artinya (juga disebut sebagai bicara dalam lidah); tidka dianggap sebagai gangguan
berpikir bila dikaitkan dengan praktek agama Pantekosta tertentu; disebut juga
sebagai kriptolalia, bahasa tutur pribadi.

c. Gangguan isi pikir spesifik


Gangguan Isi Pikiran adalah gangguan buah pikiran atau keyakinan sesorang, dan
bukan cara penyampaiannya.gangguan isi pikir tersebut terdiri dari:
1) Kemiskinan isi pikir: Pikiran yang menghasilkan hanya sedikit informasi dikarenakan
ketidk jelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2) Pikiran bunuh diri (“suicidal though/ideation): mulai dari kadang-kadang memikirkan
tetang bunuh diri sampai terus-menerus memikir tentang bagaimanakah ia dapat
membunuh dirinya
3) Pikiran hubungan (“ideas of reference”): pembicaraan oranglain, benda-benda atau
kejadian dihubungkan dengan dirinya, umpumanya burung bersiul dianggapnya sebagai
sebuah berita, atau temannya memakai kemeja berwarna merah berarti ia sedanga marah
padaya. (Pasien mungkin sadar bahwa pikirannya itu tidak masuk akal.
Yang perlu dibedakan adalah ideas of reference dan delusion of reference.
Delusion of reference merupakan salah satu gejala yang paling menonjol perhatikan
pada skizofrenia, dan mengarah pasien diyakinkan bahwa media,televisi, atau radio
berbicara tentang dia / dia atau berpesan tentang dia / nya. Beberapa kriteria
memungkinkan untuk menarik perbedaan antara ideas of reference dan delusion of
reference.
Pertama, ideas of reference memiliki lebih sedikit dampak pada kehidupan pasien
dari delusion of reference. Kedua, tingkat keyakinan yang berhubungan dengan ideas of
reference jauh lebih rendah daripada dengan delusion of reference. Terakhir,ideas of
reference ("tetangga menertawakan saya") terkait dengan keyakinan tingkat masuk akal
yang jauh lebih kuat dari yang yang melekat pada delusion of reference ("koran
berbicara tentang saya")
4) Pikiran yang aneh sekali.(Pikiran Bizar): isi pikiran yang aneh, eksentrik atau tidak biasa
(tidak usah merupakan waham), umpamanya pikir-pikir tentang orang mat, bila sudah
dikuburkan, bagaimana ia nanti di dalam tanah itu atau: apabila semua lautan menjadi
kering, bagaimanakah dengan semua ikan yang ada didalamnya?.2
5) Fobi: rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasioanl
adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi kuman
menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari kecemasan yang
mengambang (“free-floating anxiety”) atau kecemasan terhadap keadaan umum,
nisalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam usahanya.
Fobia terbagi menjadi dua yaitu fobia spesifik dan fobia kompleks:5,6
- Fobia spesifik adalah kecemasan tentang satu objek, situasi atau kegiatan. Ini
umumnya termasuk binatang atau serangga, seperti laba-laba atau ular, atau
lingkungan, seperti takut ketinggian atau badai. Kadang-kadang fobia spesifik
melibatkan situasi, seperti terbang atau menggunakan eskalator, atau berada dalam
situasi yang dapat menyebabkan acara ditakuti seperti muntah atau tersedak. Fobia
spesifik juga bisa menjadi takut darah, intervensi medis seperti suntikan, atau cedera.
Orang dengan darah-cedera fobia mungkin pingsan di hadapan darah atau cedera,
menyusul penurunan denyut jantung dan tekanan darah. Tanggapan vasovagal ini
menyebabkan pingsan biasanya tidak terjadi dengan gangguan kecemasan lain
sebagai seseorang detak jantung dan tekanan darah biasanya meningkat sebagai
tingkat kenaikan gairah mereka.
- Fobia kompleks melibatkan beberapa kecemasan. Agoraphobia - yang dapat
mencakup takut pada ruang terbuka, banyak, tempat umum, memasuki toko atau
bepergian sendirian di bentuk transportasi - adalah fobia yang kompleks.
Agoraphobia sering terjadi dengan gangguan panik, yang, seperti fobia adalah
gangguan kecemasan. Seringkali agoraphobia termasuk kecemasan tidak mampu
melarikan diri ke tempat yang aman (biasanya rumah). Fobia Sosial, contoh kedua
fobia kompleks adalah takut situasi sosial atau kinerja, seperti pesta atau berbicara di
depan umum. Orang dengan fobia sosial takut bahwa mereka akan berperilaku
dengan cara yang tidak dapat diterima atau memalukan yang akan menyebabkan
orang lain untuk menghakimi mereka negatif.
Dalam kasus di mana fobia seseorang melibatkan situasi atau objek yang sulit,
penghindaran mereka dapat menyebabkan aktivitas sehari-hari menjadi terbatas dan
kadang-kadang depresi. Dalam kasus agoraphobia, orang bisa menjadi hampir House-
Bound.
6) Kompulsi: Menurut Steketee dan Barlow (Durand & Barlow, 2006), kompulsi dapat
berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental
(memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan
seterusnya). Kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang orang merasa
didorong untuk melakukan dalam menanggapi sebuah obsesi. Perilaku yang bertujuan
untuk mencegah atau mengurangi tekanan atau situasi yang ditakuti. Dalam kasus yang
paling parah, pengulangan konstan ritual dapat mengisi hari, membuat rutinitas normal
tidak mungkin. Peracikan penderitaan ritual ini menyebabkan adalah pengetahuan bahwa
dorongan irasional.
7) Obsesi: isi pikiran yang kukuh (“persistent”) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan
diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin. Obsesi adalah pikiran yang
berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambar yang menyebabkan emosi negatif
seperti kecemasan atau jijik. Gangguann pada Obsesi dan kompulsi dikenal sebagai
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) yang merupakan
kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi
obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan
tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat
kecemasannya. Orang dengan OCD mengakui bahwa pikiran, impuls, atau gambar
adalah produk dari pikiran mereka dan berlebihan atau tidak masuk akal. Namun
pikiran-pikiran mengganggu tidak dapat diselesaikan dengan logika atau penalaran.
Kebanyakan orang mencoba untuk mengabaikan atau menekan obsesi tersebut atau
menetralisir mereka dengan beberapa pemikiran atau tindakan lainnya. Obsesi umum
termasuk kekhawatiran berlebihan tentang kontaminasi atau kerusakan, kebutuhan untuk
simetri atau ketepatan, atau pikiran seksual atau agama terlarang.
8) Preokupasi
Merupakan pikiran terpaku hanya pada sebuah idea saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yan kuat. Ini belum merupakan,
tetapi dapat menjadi obsesi.
9) Pikiran yang tidak memadai (“inadequate”):
Merupakan Pikiran yang eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama
dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
10) Waham
Waham adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang salah tentang
eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak
dapat dikoreksi dengan suatu alasan
a) Waham menurut konsep dasarnya
- Waham sistematis: Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat terjadi
dikehidupan nyata.
- Waham yang kacau (Bizarre Delusion): Keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan
sama sekali tidak masuk akal tidak berasal dari pengalaman hidup pada umumnya.
b) Waham berdasarkan klasifikasinya
Dalam defenisi waham, menegaskan bahwa keyakinan harus dipegang teguh.
Namun keyakinan mungkin saja tidak benar-benar dipegang sebelum atau sesudah
waham telah terbentuk sepenuhnya. Walaupun beberapa waham telah terbentuk
sepenuhnya dalam pikiran pasien dan dengan keyakinan yang kuat waham lainnya
berkembang lebih secara berangsur-angsur. Dengan cara yang sama selama proses
penyembuhan daripenyakitnya seorang pasien mungkin melewati tahap dimana
peningkatan keraguan tentang keyakinannya sebelum akhirnya menolak keyakinan itu
sebagai suatu hal yang palsu. Fenomena ini disebut waham parsial. Adalah cara yang
sangat aman menggunakan istilah waham parsial (hanya jika itu dikenali sebelumnya
sebagai waham komplit atau dengan melihat ke belakang) untuk mendapat perkembangan
lebih lanjut menuju waham komplit. Waham parsial terkadang ditemukan selama tingkat
dini skizofrenia.
c) Menurut Onsetnya
Waham juga dikategorikan dalambentuk primer dan sekunder:
- Waham Primer (autochthonous)
Merupakan salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan
keyakinan penuh namun tanpa peranan perilaku kejiwaan kearah itu. Contoh:
Seorang pasien mungkin secara tiba-tiba dan penuh keyakinan bahwa dia sedang
mengalami perubahan kelamin, tanpa pernah memikirkan hal itu sebelumnya dan
tanpa ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat dimengerti atas kesimpulan
tersebut. Keyakinan datang di dalam pikiran secara tiba-tiba dibentuk penuh dan
dalam bentuk keyakinan sempurna. Agaknya hal tersebut merupakan ekspresi
langsung dari proses patologi penyebab penyajit jiwa-satu gejala primer. Tidak
semua waham primer dimulai dengan suatu ide, suatu mood waham atau persepsi
waham juga dapat muncul tiba-tiba dan tanpa pendahuluan untuk menjelaskan hal
tersebut. Tentu saja pasien untuk mengingat saat-saat tepat dari sesuatu yang tidak
biasa dan sering mempengaruhi keadaan jiwa dan untuk alasan ini, merupakan hal
yang sulit untuk meyakini apa yang disebut primer.
- Waham Sekunder
Dimana keyakinan waham dapat dijelaskan atau dinilai sebagai perluasan
dari keyakinan kultur atau mood. Waham sekunder dapat dimengerti saat diperoleh
dari beberapa pengalaman yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi
beberapa jenis, seperti halusinasi (Contoh seseorang yang mendengar suara-suara
mungkin akan menjadi percaya bahwa ia telah diikuti) suatu mood (contoh seseorang
yang sebelumnya mengalami depresi mungkin percaya bahwa orang-orang berpikir
ia tidak berharga) atau existing delusion (contoh seseorang dengan waham bahwa ia
telah kehilangan seluruh uangnya akan mempercayai bahwa ia akan dipenjara karena
tidak bayar hutang).
d) Waham Berdasarkan Temanya
Waham dikelompokkan menurut temanya. Pengelompokan ini berguna karena
ada beberapa penyesuaian antara tema dan bentuk-bentuk utama penyakit jiwa.
- Waham Kejar : Sebuah waham dengan tema utama bahwa pasien diserang,
diganggu, ditipu, disiksa atau dilawan komplotan.
- Waham Referensi : keyakinan bahwa objek, kejadian atau orang memiliki sebuah
makna pribadi bagi pasien. Umumnya dalam bentuk negatif diturunkan dari ide
referensi, dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan
orang lain.
- Waham Kebesaran : menunjukkan kepentingan, kemampuan, kekuatan,
pengetahuan atau identitas yang berlebihan atau hubungan khusus dengan dewa
atau orang terkenal.
- Waham rasa bersalah dan Ketidakberhargaan : Ditemukan lebih sering pada
penyakit depresi dan terkadang disebut waham depresi. Tema-tema yang khas
adalah kesalahan yang kecil dari hukum pada masa yang lalu akan ditemukan dan
membawa malu pada pasien, atau kesalahannya akan membawa ganti rugi pada
keluarganya.
- Waham Nihilistik : Merupakan keyakinan tentang ketiadaan beberapa orang atau
sesuatu. Tapi pengertian ini diperluas hingga termasuk ide-ide pesimis bahwa
karier pasien berakhir, ia akan mati, tidak memiliki uang atau bahwa dunia adalah
merupakan sebuah malapetaka. Waham nihilistik dihubungkan dengan derajat
ekstrim dari mood depresi.
- Waham Somatik : Keyakinan palsu yang menyangkut fungsi tubuh pasien.
Dimana pasien memiliki suatu cacat fisik atau kondisi medis umum.
- Waham Agama : Waham yang berisi nilai agama, lebih sering terjadi pada abad
19 daripada masa sekarang, agaknya mencerminkan bagian terbesar bahwa agama
dijalankan dalam kehidupan orang-orang biasa dimasa lalu. Suatu keyakinan
agama yang tidak biasa dan dipegang dengan kuat ditemui diantara anggota
kelompok agama minoritas, dapat disarankan untuk berbicara kepada anggota
yang lain sebelum menentukan apakah ide-ide itu abnormal atau tidak.
- Waham Cemburu : Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis
bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur.
- Waham Seksual atau Cinta (Erotomania) : Keduanya jarang terjadi namun jika
terjadi hal ini sering terjadi pada wanita. Waham mengenai hubungan seksual
seringkali sekunder pada halusinasi somatik yang dirasakan pada genital.Seorang
wanita dengan waham cinta percaya bahwa ia dicintai oleh pria yang biasanya tak
dapat digapai, dari golongan status sosial yang lebih tinggi dan kepada siapa dia
belum pernah bicara.
- Waham Pengendalian : Keyakinan bahwa tindakan, perasaan dan kemauan adalah
benar-benar berasal dan dipengaruhi atau diatur oleh orang atau kekuatan dari
luar.

4. Bagaimana menilai taraf dapat dipercaya pada status psikiatrik?


Taraf dapat dipercaya bersifat impresi pemeriksa tentang reliabilitas pasien dan
kemampuan seorang untuk melaporkan situasinya secara akurat. Termasuk perkiraan dari
pemeriksa terhadap dapat dipercayanya seseorang atau kejujuran seseorang. Kemampuan
ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas
kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh
penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas (RTA

5. Face, affect and recognition pada pemeriksaan psikiatri


Status suasana hati (bahagia, sedih, dan netral) memengaruhi kemampuan mengenali
emosi orang lain dengan benar. Kami menghipotesiskan dan menemukan efek mood
kongruitas. Untuk peserta dalam suasana hati yang sedih, bias negatif muncul — peserta
yang sedih mengenali ekspresi wajah sedih lebih baik daripada yang bahagia. Peserta dalam
suasana bahagia tidak mengenali ekspresi wajah bahagia lebih baik daripada yang sedih,
meskipun berarti berada di arah ini. Namun demikian, kami menunjukkan bahwa suasana
bahagia yang prima dibandingkan dengan suasana hati yang netral bertanggung jawab atas
penurunan pengakuan ekspresi wajah sedih, yang menunjukkan bahwa suasana bahagia
menghambat pengakuan emosi yang tidak selaras dengan suasana hati. Secara analogi,
suasana hati yang sedih memiliki efek yang merugikan pada pengakuan suasana hati yang
tidak selaras, emosi bahagia: pengakuan ekspresi wajah bahagia berkurang dalam suasana
hati yang sedih dibandingkan dengan suasana hati yang netral. Tidak ada bukti untuk
penurunan kinerja umum dalam suasana hati sedih muncul. Singkatnya, kami menunjukkan
bahwa efek mood-congruity yang didokumentasikan dalam literatur (a) berlaku untuk
pengenalan emosi dan bukan hanya untuk tugas-tugas memori, dan (b) efeknya tidak hanya
terjadi dalam suasana hati yang sedih tetapi juga bahagia.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa keganjilan yang mendorong efek. Orang-orang
tidak begitu mahir dalam mengenali emosi hanya karena perasaan mereka sejajar dengan
stimulus. Sebaliknya, ketika emosi orang lain tidak sejalan dengan perasaan seseorang, orang
mengalami kesulitan mengenali emosi orang lain. Apakah ini karena kurang memperhatikan
rangsangan mood-incongruent, atau gangguan dalam menafsirkan keadaan emosi orang lain
tetap menjadi pertanyaan terbuka.

Gambar 1. Berbagai ekspresi wajah dan mood pada manusia


6. Apa usulan pemeriksaan penunjang yang tepat untuk pasien dengan depresi?
7. Bagaimana hubungan antara depresi terhadap penyakit jantung sehingga memerlukan
ekg untuk pemeriksaan penunjang?
Stres kardiomiopati atau takotsubo kardiomiopati merupakan kelainan yang dapat mucul
akibat suatu kejadian emosional dimana terdapat pengaruh katekolamin terhadap kerja jantung.
Patogenesis kelainan ini masih belum bisa dimengerti dengan baik mengapa lebih banyak
mengenai wanita post menopause dan mengapa mengenai ventrikel kiri. Diketahui bahwa ada
peranan katekolamin dan kelainan arteri koroner yang dapat menyebabkan kelainan ini.11
Katekolamin dibentuk hampir seluruhnya di dalam sitosol sel sekretorik adrenomedula lalu
disimpan di granula kromafin. Katekolamin terdiri dari epinefrin 80 % dan norepinefrin 20 %
dimana epinefrin dibentuk secara eksklusif oleh medulla adrenal dan norepinefrin dihasilkan
oleh serat pascaganglion simpatis. Norepinefrin dan epinefrin memiliki tipe reseptor adrenergic
B1 (Beta 1) dimana nantinya akan meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi otot
jantung.12
Stress merupakan respons nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap faktor yang
mengalahkan atau mengancam untuk mengalahkan kemapuan kompensasi tubuh untuk
mempertahankan homeostasis. Banyak faktor yang dapat menginduksi respon stress diantaranya
fisik, kimia, fisiologik, dan psikologis atau emosional. Saat terjadi rangsangan stress maka
respon saraf utama adalah pengaktifan sistem saraf simpatis generalisata. Secara bersamaan,
sistem simpatis akan mengaktifkan penguatan hormon dalam bentuk pengeluaran besar – besaran
epinefrin dari medulla adrenal sehingga akan membuat jantung bekerja lebih ekstra. Pengaktifan
respon stress oleh stress psikososial yang kronik akan menimbulkan kerugian karena akan
membuat jantung bekerja lebih sehingga nantinya akan menyebabkan perubahan pada struktur
jantung tersebut.12
Gambar 2. Integrasi respon stress oleh hipotalamus

Kardiomiopati merupakan sekumpulan kelainan pada jantung dengan kelainan utama terbatas
pada jantung. Berdasarkan perubahan anatomi yang terjadi, kardiomiopati terbagi menjadi 3
yaitu kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertrofi, dan kardiomiopati restriksi.13

Gambar 4.Patofisiologi takotsubo kardiomiopati


Wittstein dkk, menemukan bahwa konsentrasi serum katekolamin adalah dua sampai tiga kali
lebih besar pada pasien dengan takotsubo kardiomiopati dibandingkan pada pasien dengan infark
miokard, dan dijelaskan bahwa stres emosional yang serius adalah faktor pencetus. Telah
dilaporkan bahwa katekolamin eksogen dan pheochromocytoma menyebabkan ciri khas dari
takotsubo kardiomiopati, yang mendukung teori ini lebih lanjut.

Lyon dkk, menganjurkan teori yang disebut "stimulus trafficking" yang bisa menjelaskan
penurunan fungsi kontraktil miosit pada pasien dengan takotsubo kardiomiopati. Tingkat
supraphysiological katekolamin menginduksi β2-coupling dari Gs ke Gi. Oleh karena itu,
penurunan fungsi miosit kontraktil dibuktikan dengan hypokinesia di EKG. Keterlibatan puncak
dapat dikaitkan dengan kepadatan adrenoseptor tinggi di puncak daripada di dasar. Alasan
stimulus trafficking yang beralih ke Gi terjadi untuk melindungi miosit dari stimulasi yang kuat
dari Gs, yang menyebabkan apoptosis. Peningkatansecara perlahan di tingkat troponin serum
menjelaskan nekrosis awal minimal jaringan miokard.

Nef dkk, menunjukkan peningkatan aktivitasjalur sinyal dari fosfatidil inositol 3-kinase-
protein kinase B (PI3K / AKT), yang memiliki fungsi anti-apoptosis penting dan berperan dalam
pemulihan yang cepat dari miosit. Dengan demikian, disfungsi ventrikel kiri sementara dapat
dikaitkan dengan jalur PI3K / AKTdan terbalik beralih dari Gi ke Gs, terkait dengan pemulihan
homogen, cepat dan klinis menyeluruh dari fungsi sistolik diamati dalam takotsubo
kardiomiopati.

Pasien dengan takotsubo konsisten dengan temuan disfungsi microvasculature. Karakteristik


disfungsi microvasculature setelah stres psikologis akut pada pasien dengan takotsubo
kardiomiopati termasuk kelainan vasodilatasi endotelium-dependen, vasokonstriksi berlebihan,
dan gangguan perfusi miokard.

2.1 Faktor Resiko


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa ada beberapa hal yang menjadi faktor
resiko untuk terjadinya kelianan takotsubo kardiomiopati yaitu;
1. Kekurangan Estrogen
Lebih dari 90% pasien dengan takotsubo kardiomiopati adalah wanita
pascamenopause. Estrogen meningkatkan transkripsi faktor kardioprotektif seperti
protein heat shock dan peptida natriuretik atrial, yang akan melindungi jantung
terhadap efek racun dari katekolamin, kalsium yang berlebihan dan mengurangi stres
oksidatif.
2. Paparan stress fisik atau emosional
Ketika pasien dengan gangguan depresi mengalami peristiwa stres, ketegangan saraf
vagus menurun dan respon terhadap hormon medula adrenal meningkat, yang
mungkin relevan dengan penyebab penyakit. Selanjutnya, beberapa pasien dengan
depresi menunjukkan ekstravasasi noradrenalin sangat tinggi.
3. Faktor genetik
Hal ini masih belum dapat dibuktikan.

2.2 Diagnosis
Diagnosis stress kardiomiopati dapat dicurigai pada pasien dewasa terutama wanita yang
post menopause suspek sindroma koroner akut dengan keluhan seperti nyeri dada atau sesak
yang dikombinasikan dengan gambaran perubahan EKG atau peningkatan troponin jantung.
Untuk mendiagnosis stress kardiomiopati digunakan kriteria diagnosis Mayo Clinic yaitu:
1. Hipokinesis, diskinesis, atau akinesis sementara sebagian ventrikel kiri, dengan
atau tanpa keterlibatan apeks; pergerakan abnormal daerah dinding diluar
distribusi vaskular epikardial, dan dipicu oleh stress tapi tidak selalu ada.
2. Tidak ditemukan kelainan obstruksi koroner atau bukti angiografi dari ruptur plak
akut.
3. Gambaran EKG baru yang abnormal (selain ST segmen elevasi atau gelombang T
inversi) atau peningkatan kadar troponin yang tidak terlalu tinggi
4. Tidak ditemukan peokromositoma atau miokarditis

Gambaran klinis stress kardiomiopati kadang-kadang tidak dapat dibedakan dengan sindroma
koroner akut karena keluhannya sama yaitu nyeri dada. Gejala penyerta lainnya seperti sesak
napas, palpitasi, keringat dingin, mual, dan pingsan.Beberapa pasien memiliki gejala dan tanda
seperti gagal jantung, takiaritmia, bradiaritmia, serangan jantung, atau mitral regigurgitasi.9
Kurang lebih 10% pasien stress kardiomiopati juga memiliki gejala dan tanda syok kardiogenik
seperti hipotensi, status mental abnormal, akral dingin, oligouri, dan distress pernapasan.10
Gejala – gejala ini dapat timbul karena dipicu oleh stress emosional dan fisik.
Gambaran EKG pada kelainan ini juga memiliki kemiripan dengan sindroma koroner akut
dan hanya dapat dibedakan dengan melakukan pemeriksaan angiografi.Pada pemeriksaan
angiografi tidak ditemukan adanya penyempitan pembuluh darah koroner olek plak yang
menyebabkan kardiomiopati pada kelainan ini.

Gambar
1.ST-
segmen
elevasi akut
di lead V2-
V6 (panah)
pertama kali muncul (A) diikuti gelombang T inversi di lead yang sama (panah) 2 hari kemudian
(B) pada pasien dengan takotsubo kardiomiopati.

1. Templin C, Ghadri JR, Diekmann J, et al. Clinical Features and Outcomes of Takotsubo
(Stress) Cardiomyopathy. N Engl J Med 2015; 373:929.
2. Medeiros K, O'Connor MJ, Baicu CF, et al. Systolic and diastolic mechanics in stress
cardiomyopathy. Circulation 2014; 129:1659.

8. Bagaimana derajat disabilitas pada depresi (merujuk pada axis 5)?


9. Farmakologi fluoxetin

v Fluoxetine merupakan golongan obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)


yang paling luas digunakan, karena obat ini kurang menyebabkan antikolinergik, hampir tidak
menimbulkan sedasi dan cukup diberikan satu kali sehari.
FARMAKOKINETIK

Fluoxetine memiliki waktu paruh yang terpanjang, dua sampai tiga hari. Diabsorpsi baik
setelah pemberian oral dan memiliki efek puncaknya dalam rentang empat sampai delapan
jam. Dimetabolisme di hati oleh P450 IID6, subtipe enzim yang spesifik.

FARMAKODINAMIK

Fluoxetine tidak memiliki sama sekali aktivitas agonis dan antagonis pada tiap reseptor
neurotransmiter. Tidak ada aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistaminergik, dan anti
adrenergik 1, sehingga rendah insidensi efek samping pada fluoxetine.

EFEK PADA ORGAN DAN SISTEM SPESIFIK

Sistem utama yang terpengaruh adalah saluran gastrointestinal, mual,anoreksia, dan diare.

INDIKASI TERAPEUTIK

1. Gangguan depresi dan bipolar I


2. Gangguan obsesif-kompulsif
3. Gangguan distimik
4. Gangguan kepribadian ambang
5. Gangguan panik
PERHATIAN DAN REAKSI MERUGIKAN

1. Sistem saraf pusat : nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan cemas
2. Keluhan gastrointesitinal : mual, diare, anoreksia, dan dispepsia.
3. Fungsi seksual dan kulit, seperti anorgasmia, ejakulasi lambat, impotensi dan ruam kulit.
KONTRAINDIKASI

1. Ibu menyusui
2. Pasien dengan gangguan hati
INTERAKSI OBAT
Fluoxetine dapat diberikan dengan obat trisiklik dosis rendah. Kemungkinan interaksi obat
yang bermakna dengan benzodiazepin, antipsikotik, dan litium. Tidak memiliki interaksi
dengan warfarin (coumadin), tolbutamide (orinase) atau chlorthiazide (diuril).
DOSIS DAN PEMBERIAN
Flouxetine tersedia dalam bentuk bubuk, (yaitu kapsul) 10 mg dan 20 mg dan sebagai
cairan (20 mg per 5 ml). Untuk depresi dosis awal biasanya 20 mg peroral tiap hari, biasanya
diberikan pada pagi hari. Strategi yang cukup baik adalah mempertahankan pasien dengan 20
mg sehari selama tiga minggu, jika pasien tidak menunjukkan tanda perbaikan klinis,
peningkatan 20 mg dua kali sehari mungkin diperlukan.

Untuk menekan efek samping awal kecemasan dan kegelisahan, memulai fluoxetin pada
dosis 5 – 10 mg sehari. Jika pasien depresi yang tidak berespons dengan fluoxetinw, maka
dapat diperkuat dengan obat lain contohnya obat trisiklik, simpatomimetik, buspirone dan
litium. Dosis fluoxetine untuk gangguan obsesif kompulsif, obesitas dan bulimia nervosa
yaitu 60 mg. Sebaliknya, dosis awal 5 mg sehari untuk gangguan panik.

10. Farmakologi alprazolam

a Farmakodinamik

Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis reseptor GABA,
yaitu GABA-A dan GABA-B. Reseptor GABA-A (reseptor kanal ion klorida kompleks)
terdiri atas lima subunit yaitu α1, α2, β1, β2 dan γ2. Benzodiazepin berikatan langsung pada
sisi spesifik subunit γ2 sehingga pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida,
memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial
elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.

Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas,
relaksasi otot dan antikonvulsan. Sedangkan efek perifernya: vasodilatasi koroner (pada
pemberian IV) dan blokade neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi). Berbagai efek
yang menyerupai benzodiazepin, yaitu :
- Agonis penuh, yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepin misalnya:
diazepam.

- Agonis parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum yang kurang kuat
dibandingkan dibandingkan diazepam

- Inverse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan kebalikan dari efek diazepam pada saat
tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepin

- Antagonis, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor benzodiazepin misalnya:


flumazenil

b. Farmakokinetik

1) Absorpsi

Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat (klorazepat baru


diabsorpsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil
diazepam (nordazepam).

2) Distribusi

Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma (albumin) dengan


kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga 99% (diazepam) bergantung dengan
sifat lipofiliknya. Kadar pada CSF sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd
(volume of distribution) benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral, ambilan
benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya sangat cepat
dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah (seperti otot dan lemak). Benzodiazepin
dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI.
3) Metabolisme

Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim CYP3A4 dan


CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin, klaritromisin, ritonavir,
itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu
seperti oksazepam langsung dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis
besar, metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan
konjugasi. Metabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif yang memiliki waktu
paruh lebih panjang dibanding parent drug. Misalnya diazepam (t1/2 20-80 jam) setelah
dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200 jam. Golongan
benzodizepin menurut lama kerjanya dibagi dalam 4 golongan, yaitu :

- Senyawa yang bekerja sangat cepat

- Senyawa bekerja cepat, t1/2 kurang dari 6 jam: triazolam, zolpidem, zolpiklon.

- Senyawa yang bekerja sedang, t1/2 antara 6-24 jam: estazolam, temazepam.

- Senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih dari 24 jam: flurazepam, diazepam,
quazepam

4) Ekskresi

Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal

c. Efek samping

Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping antara lain kepala
ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disartria, amnesia
anterogard. Interaksi dengan etanol (alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat.

Efek samping lain yang lebih umum: lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo,
mual/muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan inkontinensia. Penggunaan
kronik benzodiazepin memiliki risiko terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan.
Untuk menghindari efek tsb disarankan pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala
putus obat berupa insomnia dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba,
dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor, anoreksi serta
pusing kepala. Oleh karena itu penghentian penggunaan obat sebaiknya secara bertahap.

Obat Mekanisme Aksi Efek Farmakokinetik


kerja samping

Benzodiazepines: Menambah Sedasi Kebingungan Umumnya


Lorazepam efek Ansiolitik Amnesia terserap dengan
Oxazepam inhibitor Antikonvulsan Gangguan baik per oral
Alprazolam dari kerja Mengurangi koordinasi Diinaktifkan oleh
Temazepam GABA pada spasmeotot Koleransi dan metabolisme
Nitrazepam reseptor ketergan- hepatik.
Diazepam GABA-A tungan Waktu paruh
Chlordiazepoxide bervariasi dari 6-
Flurazepam 12 jam
Clonazepam (lorazepam)
sampai 48 jam
(diazepam).
Benzodiazepin
mempunyai efek
panjang dari
metabolit aktifnya

Anda mungkin juga menyukai