Anda di halaman 1dari 8

1

STATUS MENTAL : hal 3

Seluruh hasil pengamatan dan kesan pemeriksa saat wawancara:

A DESKRIPSI UMUM
1 Penampilan (inspeksi)
Postur, pakaian (kebalik/ngga?), perawatan diri, rambut (rapi/ngga?kusut?disisir?), kuku
(panjang/ngga?), marah, ketakutan, apatis, bingung, merendahkan, tampak lebih tua/muda
dibanding usianya, feminin, maskulin, tanda-tanda kecemasan- telapak tangan lembab, dahi
berkeringat, gelisah, postur tegang, suara tertahan, mata lebar, perubahan derajat
kecemasan selama wawancara atau terkait topik tertentu, kontak mata (50 persen adalah
normal).
Keluar kamar tiba2 marah, ketakutan  skizo paranoid

2 Kesadaran
a Kesadaran sensorium / neurologic  biasanya ps jiwa ga terganggu
1.Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam
menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu mampu
memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi secara
memadai.

2.Apatis: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespons lambat
terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap
situasi disekitarnya.

3.Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur. Orang
dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat terhadap
stimulus dari luar.

4.Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor
nyaris tidak berespons terhadap stimulus dari luar, atau hanya memberikan respons
minimal terhadap perangsangan kuat.

5.Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak
dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun perangsangan
diberikan padanya.

6.Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak mampu
berpikir jernih dan berespons secara memadai terhadap situasi di sekitarnya. Seringkali
individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalmi disorientasi.

7.Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif
yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat berfluktuasi, yaitu
suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu nampak apatis. Keadaan delirium sering
disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya orang dengan delirium
akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian

8.Kesadaran seperti mimpi (Dream like state): adalah gangguan kualitas kesadaran yang
terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari
apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktivitas normal. Perlu
dibedakan dengan tidur berjalan (sleep walking) yang akan tersadar bila diberikan
perangsangan (dibangunkan), sementara pada dream like state penderita tidak
bereaksi terhadap perangsangan.
2

9.Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi.


Seringkali terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab gangguan otak organik.
Penderita seperti berada dalam keadaan separuh sadar, respons terhadap lingkungan
terbatas, perilakunya impulsif, emosinya labil dan tak terduga.

b Kesadaran psikiatrik
Tampak/ tidak tampak terganggu
Rapi  tampak tak terganggu
Ketemu org baju compang camping, baju robek, kotor, rambut gimbal  tampak
terganggu
Ps rawat jiwa bisa aja kesadaran psikiatriknya ga terganggu

3 Perilaku dan aktivitas psikomotor


Cara berjalan, manerisme, tics, gerakan memunguti (picking), menyentuh pemeriksa,
stereotipi, ekopraksi, canggung, cekatan, lemas, gelisah, kaku, lambat, hiperaktif, agresif,
sikap lilin atau serea fleksibilitas.
Ps sebelum wawancara disuruh duduk tetep bediri aja  negativistic
Sesudah wawancara (marah? Biasa aja? Dll)
a. Manerisme : aktifitas involunter yg stereotipi & aneh bagi seseorang
b. Stereotipi : gerakan tdk bertujuan & tdk merupakan bagian dari gerakan yg mempunyai
arah tujuan
c. Ekopraksi : menirukan gerakan orang lain secara berulang-ulang
d. Agresifitas : tingkah laku yg kuat & bertujuan yg bisa dlm bentuk fisik maupun verbal,
merupakan reaksi motorik yg sejalan dg kemarahan & permusuhan
e. Katalepsi (fleksibilitas serea) :
subjek terpaku pada hampir semua sikap tubuh abnormal yg diberikan kepadanya (oleh
pemeriksa)

4 Sikap terhadap pemeriksa


Koperatif, penuh perhatian, penuh minat, jujur, menggoda, defensif, bermusuhan,
menyenangkan, manis, menghindar, atau berhati-hati

5 Pembicaraan
a Cara berbicara
Cepat, lambat, tertekan, ragu-ragu, emosional, monoton, keras, berbisik, cadel,
bergumam, gagap, echolalia, intensitas, pitch, kemudahan, spontanitas, produktivitas,
cara, waktu reaksi, kosa kata, prosodi

b Gangguan berbicara
Afasia, disartria/pelo, gagap, dll

B ALAM PERASAAN (EMOSI)


1 Suasana Perasaan (mood): liat dlm 2 mgg terakhir, harus ditanya (gimana perasaannya 2
minggu ini)
Mood: adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
Bagaimana pasien menyatakan perasaannya, kedalamannya, intensitasnya, durasi, dan
fluktuasi dari mood depresif, putus asa, mudah tersinggung, cemas, takut, marah, meluap-
luap (expansive), euforia, hampa, merasa bersalah, anhedonia, alexithymia
a. Euforia :
perasaan sejahtera yg berlebih-lebihan, tdk sesuai dg kenyataan yg ada.
b. Elasi :
keadaan afek yg terdiri dari eforia, percaya diri & gembira dg kenaikan aktifitas motorik
c. Eksaltasi :
3

elasi yg kuat dg perasaan kebesaran, keagungan, kemuliaan


d. Ekstasi :
elasi yg ekstrim & biasanya berhub dg unsur mistis dan bersifat pribadi
e. Depresi :
keadaan mental/emosi di bawah normal, muram, hati yg tawar, kemurungan emosional
f. Anxietas (cemas) :
ketakutan, ketegangan, atau ketidaktenangan akibat kemungkinan bahaya yg akan tjd yg
penyebabnya tidak diketahui, terutama berasal dari intrapsikik
g. Takut :
respon fisiologik & emosional thd sumber bahaya yg diketahui
h. Ambivalen :
emosi, sikap, pikiran atau keinginan yg saling bertentanga tjd secara simultan, thd orang,
objek, atau situasi tertentu

2 Afek : adalah ekspresi emosi yang terlihat


a Arus perubahan afek saat cerita : Cepat , lambat, sesuai ga?
b Stabilisasi : Stabil , labil
Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.
c Kedalaman dalam cerita : Dalam, dangkal (Cuma sekedar jawab apa yang kita tanya)
d Skala diferensiasi (liat dari cara dia cerita) : Luas , sempit
Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan
sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan
tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.

Afek sempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas dan
keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
e Keserasian : Serasi, tidak serasi
Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.

Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok dengan
suasana yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan suasana duka cita tapi
dengan wajah riang dan tertawa tawa.
f Pengendalian impuls : Kuat, lemah
g Ekspresi : Wajar, terbatas, tumpul, datar
Afek terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang berat dibandingkan
dengan afek tumpul

Afek tumpul: penurunan berat dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari tatapan
mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh yang sangat kurang.

Afek datar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul. Pada
keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi
wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan gerakan sangat
minimal, dan irama suara datar seperti ’robot’.
h Dramatisasi : Ada, tidak ada akting emosional
i Empati : Dapat , tidak dapat berempati

C GANGGUAN PERSEPSI
a Halusinasi : tanya sesuai panca indra, tanya isi halusinasinya
Persepsi sensorik yang salah tanpa adanya stimulus eksternal
( Halusinasi visual, auditorik, gustatorik, taktil, olfaktorik)
4

b Ilusi :
Persepsi sensorik yang salah dari stimuli ekstrenal yang nyata
c Depersonalisasi :
Perasaan tidak jelas/asing terhadap diri sendiri, bagian dirinya, atau lingkungannya
d Derealisasi :
Perasaan bahwa lingkungan di sekelilingnya telah berubah & menjadi asing

D SENSORIUM DAN KOGNITIF


1 Taraf pendidikan
Sesuai dengan tingkat pendidikan/ akademik
2 Pengetahuan umum
Tingkat pendidikan formal dan non formal; perkiraan kemampuan intelektual pasien dan
apakah pasien mampu berfungsi sesuai tingkat kemampuan dasarnya; menghitung, kalkulasi,
pengetahuan umum, pertanyaan harus relevan dengan latar belakang pendidikan dan budaya
pasien. (Luas, sempit, kurang)
3 Kecerdasan
Diatas rata2, rata2, dibawah rata2
4 Konsentrasi dan kalkulasi
Apakah pasien dapat mengurangkan 7 dari 100 dan seterusnya. Apabila pasien tidak bisa,
apakah pasien dapat menghitung hitungan yang lebih sederhana seperti 4 × 9 dan 5 × 4;
apakah pasien mengetahui uang sejumlah Rp. 13500 dapat terdiri dari pecahan uang apa
saja, apakah kesulitan konsentrasi disebabkan kecemasan atau gangguan mood
5 Orientasi
a Waktu: siang atau malem?
Apakah pasien dapat mengidentifikasi perkiraan waktu (jam) dengan benar; jika pasien
sedang dirawat di rumah sakit, apakah pasien tahu berapa lama dia telah berada di sana;
apakah perilaku pasien berorientasi pada masa kini.
b Tempat: ada dimana?
Apakah pasien tahu di mana dia sedang berada
c Orang: itu siapa? Perawat/dokter/temen
Apakah pasien tahu siapa pemeriksa, dan peran atau nama orang yang ada di sekitar
pasien.
d Situasi
6 Daya ingat
a Tingkat
- Jangka panjang
Data masa kanak-kanak, peristiwa penting yang diketahui terjadi ketika pasien
berusia lebih muda atau sebelum sakit, hal-hal yang bersifat pribadi, hal-hal yang
bersifat netral.
- Jangka pendek
beberapa bulan lalu, beberapa hari yang lalu, apa yang pasien lakukan kemarin dan
hari-hari sebelumnya, apa yang pasien makan untuk sarapan, makan siang, dan
makan malam.
- Segera
Kemampuan menyebutkan kembali enam angka segera setelah dibacakan pemeriksa
–berurutan ke depan, berurutan ke belakang, dan kemudian disebutkan lagi beberapa
menit kemudian.
b Gangguan
Amnesia :
a.Amnesia anterograd, yaitu apabila hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang pengendara
motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampu mengingat peristiwa peristiwa yang
terjadi setelah kecelakaan.
5

b.Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi


sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang gadis yang terjatuh dari atap dan
mengalami trauma kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi
sebelum kecelakaan tersebut.
Paramnesia :
a. Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori.
Biasa terjadi pada orang dengan demensia.
b. Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa
sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya.
c. Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap situasi yang
justru pernah dialaminya.
d.Hiperamnesia: adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu
pengalaman
e.Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang
menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi
f. Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan
kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan pengalamannya. Lazim terjadi pada
proses penuaan atau pada stadium awal dari demensi.
7 Pikiran abstraktif
Gangguan pada pembentukan konsep, cara pasien mengkonseptualisasikan ide-idenya;
persamaan (misalnya, antara apel dan pir), perbedaan; makna peribahasa yang sederhana,
seperti "ada gula ada semut"; jawaban mungkin kongkret (memberikan contoh-contoh
spesifik untuk menggambarkan makna) atau terlalu abstrak (memberikan penjelasan umum);
kesesuaian dari jawaban.
8 Visuospatial
Kemempuan menirukan gambar yang bertumpang tindih (gambar jam 12/10 kurang 10)
9 Bakat kreatif
Kreatifitas berdasarkan bakat pasien
10 Kemampuan menolong diri sendiri
Makan, mandi

E PROSES PIKIR
1 Bentuk pikir :
- Produktifitas
Ide meluap-luap, kemiskinan ide, flight of ideas, berpikir cepat, berpikir lambat, apakah
pasien berbicara secara spontan atau hanya menjawab ketika pertanyaan diajukan, arus
pikiran.
a. Flight of ideas :
verbalisasi yg cepat shg terjadi lompatan /pergeseran dari satu ide ke ide yg lain
b. Kemiskinan ide :
pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, kekosongan,
atau frasa yang tidak jelas

- Kontinuitas
Apakah jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan, apakah jawaban terarah, relevan atau
tidak relevan, asosiasi longgar, kurangnya hubungan sebab akibat dalam menjelaskan
sesuatu, tidak logis, tangensial, sirkumstansial, bertele-tele, perseverasi , blocking.
a. Irelevansi :
ucapan/jawaban yg tdk sesuai dg pertanyaan atau hal yg sdg dibicarakan
b. Asosiasi longgar :
pikiran berpindah dari satu subjek ke subjek lainnya yg tdk berhubungan , bila berat
terjad inkoherensi
c. Tangensial :
subjek pembicaraan menyimpang dari ide atau pembicaraan & tdk kembali lagi,
6

mungkin menyimpang atau mengembangkan tema baru


d. Sirkumstansial :
pembicaraan berputar-putar ke ide yg mendetil dan tdk perlu, serta tidak cocok
sebelum berhubungan dg ide yg pokok
e. Perseverasi :
pengulangan respon yg sama thd berbagai pertanyaan yg berbeda
f. Verbigerasi :
pengulangan secara stereotipi dan sama dari kata-kata, yg tdk ada artinya
g. Bloking :
terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan

- Hendaya bahasa
Inkoherensi (gado-gado kata), asosiasi bunyi, neologisme.
a. Inkoherensi ( » word salad) :
Gabungan kata-kata mjd kalimat yg tidak dpt dimengerti
Kalimat sukar ditangkap/dimengerti maksudnya
b. Asosiasi bunyi :
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya
c. Neologisme :
kata-kata baru yg tidak dpt dimengerti oleh orang lain
2 Isi Pikir
- Preokupasi :
Isi pikiran yang terpusat pada ide tertentu
- Waham :
Keyakinan yg salah, yg tidak berdasarkan realitas eksternal, dipegang teguh oleh
penderita meskipun bukti nyata & objektif menyatakan sebaliknya, dan tidak sesuai dng
latar belakang budaya setempat.
a. Waham kendali (delusion of control):
keyakinan yg salah bhw pikiran, perasaan dan kemauannya dikendalikan oleh
kekuatan dari luar
b. Waham kebesaran (delusion of grandeur) :
keyakinan yg berlebihan dan patologis bahwa dirinya penting, berkuasa, punya
kekuatan, kekayaan (tidak sesuai dg kenyataan)
c. Waham kejar (delusion of persecution):
keyakinan bhw ada yg berkomplot ingin mencelakai atau bermaksud buruk padanya
d. Waham nihilistik (nihilistic delusion):
waham depresif bhw dunia & segala isinya sudah lenyap/hilang
e. Thought broadcasting :
pikirannya dapat disiarkan keluar dari kepalanya sehingga orang lain dpt mengetahui
semua yg ia pikirkan
f. Thought insertion :
pikirannya disisipi pikiran orang lain /kekuatan lain
g. Thought withdrawl :
pikirannya telah diambil/disedot keluar dari kepalanya
- Obsesi :
Ide, pikiran atau impulse yang menetap, tdk dpt berubah, tdk dapat dihilangkan dari
kesadaran baik dengan logika maupun pertimbangan ; bersifat involunter (tdk
dikehendaki) dan ego-distonik (pasien terganggu dengan keadaan tsb)
- Fobia:
Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap
suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu
- Gagasan rujukan :
Interpretasi yang salah tentang suatu kejadian di luar dirinya yang dianggap mempunyai
hubungan langsung dengannya
Contoh : - pasien merasa dibicarakan orang lain
7

- pasien merasa isi siaran televisi/radio membicarakan/mengirim pesan


untuknya
- Gagasan pengaruh :
Isi pikiran bahwa dirinya dipengaruhi kekuatan dari luar, sihir, setan, hipnotis, sinar atom,
dll.

F PENGENDALIAN IMPULS
Kemampuan mengendalikan impuls agresivitas, seksual, dorongan kehendak, dan perilaku
psikososial yang bisa membahayakan diri/orang lain

G DAYA NILAI
a Daya nilai social
manisfestasi perilaku yang tidak kentara, mengenai tingkah laku yang membahayakan pasien
dan berlawanan dengan nilai budaya. Apakah pasien memahami akibat dari perilakunya
tersebut dan apakah perilaku pasien dipengaruhi oleh pemahaman tersebut; sebagai contoh
adanya hendaya
tanya: mukulin temen kalo salah sama kamu boleh ga?
b Uji daya nilai
perkiraan pasien tentang apa yang akan ia lakukan dalam situasi imajiner tertentu; sebagai
contoh, apa yang akan pasien lakukan bila menemukan amplop surat yang telah ditulisi
alamat dan berperangko tergeletak di jalanan.
c Daya nilai realitas (Reality testing ability/RTA)
Baik atau buruk

H TILIKAN
1. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya
Bapak kenapa dibawa kesini? Ah harusnya saya ga kesini, saya mau ke dusun bambu, harusnya
kakak saya yang disini
Gaakan mau minum obat
Biasanya pasien akut
2. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
Merasa sakit tapi ngga sakit. Sakitnya dia bukan sakit jiwa
Kenapa dibawa ke rs? Iya kmrn sy diare/pusing
3. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
Nyalahin orang. Karena adek saya, sy jadi sakit
4. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami
penyebab sakitnya
Saya sakit tapi kenapa ya kok saya bisa kayak gini
5. Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
Tau kalo ngelemparin orang itu gaboleh tapi dilakuin juga sama dia
6. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan

I RELIABILITAS
Baik atau buruk
Penilaian pemeriksa terhadap keandalan dan kapasitas pasien untuk melaporkan situasinya
dengan akurat.
Contoh :
Pasien terbuka tentang penyalahgunaan zat yang digunakan atau pasien tahu akibat buruk dari
zat terhadap masalah hukum → Reliabilitas: Baik
8

Anda mungkin juga menyukai