Anda di halaman 1dari 36

Pemeriksaan Status Mental &

Tanda dan Gejala Klinis


Psikiatrik
Dokter Pembimbing : dr.
FriendyDisusun
Ahdimar, Sp. Kj
Oleh:
Mochamad Fajar Al Falah
2019730137

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN


JIWA RSJI KLENDER
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
Pemeriksaan Status Mental
Definisi
Gambaran keseluruhan Observasi pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh
tentang pasien pasien saat wawancara.

Bagian yang diperiksa :


Penampilan Pembicaraan
Perilaku
Pemikiran pasien
Gambaran Status Mental
1. Deskripsi Umum 5. Pikiran 7. Pengendalian
a. Penampilan a. Proses pikir Impuls
b. Perilaku dan aktivitas b. Isi pikir
psikomotor
8. Daya Nilai dan
c. Sikap terhadap Tilikan
6. Sensorium dan Kognisi
pemeriksa a. Kesadaran
b. Orientasi dan daya ingat 9. Taraf Dapat
c. Konsentrasi dan perhatian Dipercaya
2. Mood dan Afek
a. Mood d. Kemampuan membaca dan menulis
b. Af ek e. Kemampuan visuospasial
c. Keserasian af ek f . Pikiran abstrak
g. I ntelegensi dan kemampuan
informasi
3. Pembicaraan h. Bakat kreatif
i.Kemampuan menolong diri
4. Persepsi sendiri
1. Deskripsi b. Perilaku dan
aktivitas psikomotor
a.Umum
Penampilan
Pengamatan ditujukan terhadap
Gambaran tampilan dan kesan aspek kualitas dan kuantitas
keseluruhan terhadap pasien yang aktivitas psikomotor.
direfleksikan dari postur, sikap, Kesan :
cara berpakaian, dan Hiperaktif
berdandan. Normoaktif
Kesan : Hipoaktif
Tampak sehat
Tampak sakit b. Sikap
Tampak tenang
terhadap
pemeriksa
Tampak lebih tua
Tampak lebih muda
Tidak rapi Kekanak- Digambarkan sebagai sikap yang
kanakan Bizarre kooperatif, bersahabat, penuh
perhatian, mengelak, atau berhati-
hati.
Gangguan Perilaku Motorik
1.Katatonia stupor → penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, gerakan lambat
hingga keadaan tidak bergerak dan kaku seperti patung.
2. Katatonia furor → keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak
bertujuan, tanpa motif yang jelas, dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
3. Katalepsia → keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu dalam waktu
lama. Contohnya dapat berdiri di atas satu kaki selama berjam-jam tanpa bergerak.
4. Flexibilitas cerea → keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa
perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.
5. Akinesia → suatu kondisi aktivitas motorik yang sangat terbatas, pada keadaan berat
menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.
6. Bradikinesia → perlambatan gerakan motorik yang biasa terjadi pada parkinsonisme atau
penyakit parkinson. Memperlihatkan gerakan kaku dan kehilangan respons spontan.
Mood disforia → suasana perasaan
2. Emosi yang tidak menyenangkan.
Kesan : jenuh, jengkel, atau bosan. Mood
Suasana perasaan yang dihayati secara
hipertimia → suasana perasan yang
sadar, bersifat kompleks, melibatkan
secara pervasif memperlihatkan semangat
pikiran, persepsi, dan perilaku individu.
dan kegairahan yang berlebihan terhadap
a. Mood berbagai aktivitas kehidupan.
Suasana perasaan yang bersifat pervasif dan Kesan : hiperaktif dan enerjik.
bertahan lama, yang mewarnai persepsi Mood eforia → suasana perasaan
seseorang terhadap kehidupannya. gembira dan sejahtera secara
berlebihan.
Jenis-jenis Mood:
Mood ekstasia → suasana perasaan
Mood eutimia → Normal.
yang diwarnai dengan kegaihan yang
Mood hipotimia → suasana perasaan
meluap-luap. Sering terjadi pada
yang secara pervasif dan diwarnai
pengguna zat psikostimulansia.
denga kesedihan dan kemurungan.
Aleksitimia → suatu kondisi Mood labil → suasana perasaan
ketidakmampuan individu yang berubah-ubah dari waktu ke
mengayati suasana perasaannya. untuk waktu.
Anhedonia → suatu suasana Mood iritabel → suasana perasaan
perasaan yang diwarnai dengan yang sensitif , mudah tersinggung,
kehilangan minat kecenangan mudah marah, dan sering
terhadap dan
b erbagai aktivitas kali
bereaksi berlebihan terhadap situasi
kehidupan. yang tidak disenanginya.
Mood kosong → emosi
yang kehidupan sangat atau
sangat dangkal, tidak
sedikit memiliki penghayatan
suasana perasaan. Nyaris kehilangan
keterlibtan emosi dengan kehidupan
sekitarnya.
2. Emosi
b. Afek Afek mendatar → suatu hendaya
Respons emosional saat sekarang, yang afektif berat lebih parah dari afek
dapat dinilai melalui wajah, menumpul.
pembicaraan, ekspresi sikap, dan gerik Kesan : kehilangan kemampuan ekspresi
tubuhnya. gerak emosi.
Jenis-jenis Mood: Afek serasi → ekspresi emosi dan
Afek luas → normal. suasana yang dihayati serasi.
Afek menyempit → nuansa ekspresi emosi Afek tidak serasi → ekspresi emosi
yang terbatas. yang tidak cocok dengan suasana
Afek menumpul → penurunan serius dari yang dihayati.
kemampuan ekspresi emosi yang tampak. Afek labil → perubahan irama perasaan
Kesan : tatapan mata kosong, irama suara yang cepat dan tiba-tiba, tidak
monoton, dan bahasa tubuh yang sangat berhubungan dengan stimulus
kurang. eksteral.
3. Pembicaraan
Deskripsikan pembicaraan pasien apakah ia
berbicara spontan atau tidak, gambarkan
kuantitas, kecepatan produksi, dan kualitas bicara.

4.
Perse
psi
Sebuah proses mental yang merupakan pengiriman
stimulus fisik menjadi informasi psikologis
sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara
sadar.
Gangguan Persepsi
Depersonalisasi → perasaan subyektif
Ilusi → persepsi yang keliru atau
dengan gambaran seseorang merasa diri
menyimpang dari stimulus eksternal
sendiri (atau tubuhnya) tidak nyata
yang nyata.
(asing, tidak dikenali).

Derealisasi → perasaan subyektif Halusinasi → persepsi yang keliru dan


bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak berhubungan dengan stimulus
tidak nyata. eksternal yang nyata disalurkan melalui
panca indera
Jenis-Jenis Halusinasi
Halusinasi hipnogogik (Muncul Halusinasi hipnopompik (Muncul Halusinasi auditorik (Biasanya
ketika mulai tertidur. Bukan ketika bangun tidur. Bukan berupa suara orang, dapat juga
fenomena patologis) fenomena patologis) suara lain seperti music)

Halusinasi pengecapan (Pesepsi


Halusinasi visual (Persepsi Halusinasi penciuman (Persepsi pengecapa keliru seperti rasa
penglihatan yang keliru) penghidu keliru) tidak enak sebagai gejala awal
kejang)

Halusinasi somatik (Sensasi keliru


Halusinasi taktil (Persepsi perabaan Halusinasi liliput (Persepsi keliru
terjadi pada atau didalam
keliru seperti phantom lips atau yang mengakibatkan obyek
tubuhnya, biasanya berkaitan
formikasi) terlihat lebih kecil)
dengan organ)
Penilaian
Persepsi
Pada penilaian persepsi, dapat ditanyakan
pertanyaan seperti
“apakah anda merasa melihat sesuatu
yang aneh?” / “apakah anda merasa
mendengar suara-suara di kepala anda?”
“apakah anda merasakan adanya
rasa/sensasi yang aneh saat ingin
tidur/setelah bangun tidur?”
“apakah anda merasa mencium bau
yang
aneh?”

Pada schizophrenia sering terjadi halusinasi


visual & auditori; halusinasi taktil biasa terjadi
pada delirium tremens (DTs)’ halusinasi
olfaktori biasa terjadi pada epilepsi lobus
temporal.
5. Pikiran
A. Proses Fikir B. I si Fikir

Cara saat seseorang menyatukan semua Merujuk kepada apa yang dipikirkan oleh
ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang seseorang berupa ide, keyakinan,
membentuk pemikiran seseorang. preokupasi, dan obsesi.
Gangguan Proses Fikir
1.Asosiasi longgar → ide-ide yang berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak
berhubungan sama sekali.
2. Inkoherensia → pikiran atau kata yang keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis.
3. Flight of ideas/lompat gagasan → pikiran yang sangat cepat. Pendengar masih
mungkin untuk mengikuti jalan pikirnya.
4. Sirkumstansial → pembicaraan tidak langsung sehingga lambat mencapai point yang
diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai point tersebut.
5. Tangensial → ketidak mampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan
seringkali akhirnya tidak mencapai point tersebut.
Gangguan Isi Fikir
1.Kemiskinan isi pikir → pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi karena ketidak
jelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2. Waham / delusi → keyakinan atau kepercayaan yang keliru berdasarkan kenyataan
eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budaya pasien, dan tidak
bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian fakta.
3. Obsesi → ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, dibarengi suatu kompulsi
untuk melakukan suatu perbuatan, berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi → kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls.
5. Fobia → ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu berhubungan
dengan situasi spesifik mengakibatkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus
tersebut.
Jenis-Jenis Waham
Waham sistematik (Keyakinan Waham nihilistik (Keyakinan yang
Waham bizarre (Keyakinan yang yang keliru dengan satu tema) keliru bahwa diri dan
keliru, mustahil, dan aneh) lingkungannya tidak ada atau
menuju kiamat)

Waham cemburu (Cemburu


Waham somatik (Keyakinan yang
patologis tentang pasangan yang
keliru melibatkan fungsi tubuh)
tidak setia)

Waham paranoid
Waham kebesaran
Erotomania (Merasa yakin bahwa
Waham kejaran
seseoraang sangat mencintainya)
Waham rujukan
Waham dikendalikan
Penilaian Proses
Fikir
Pada penilaian isi pikir, dapat dinilai
dari bagaimana pasien bercerita atau
diberikan sebuah kalimat yang abstrak
dan ditanyakan maksudnya, seperti:
“tong kosong nyaring bunyinya”
“lempar batu sembunyi di tangan”
Penilaian Isi
Fikir
Pada penilaian isi pikir, dapat
ditanyakan pertanyaan seperti.
“apakah anda merasa ada
orang yang ingin menyakiti anda?”
“apakah anda merasa orang
lain ingin mengendalikan anda?”
“apakah ada pikiran yang
tidak bisa hilang/ melekat di
pikiran anda?”
“apakah anda merasa orang
lain bisa mendengar
pikiran anda?”
Sensorium dan Kognisi
Bertujuan untuk penilaian fungsi otak organik, taraf intelegensi, kapasitas berpikir absrak,
tingkatan tilikan, dan daya nilai.

MMSE (Mini Mental State Examination) instrument singkat untuk menilai fungsi kognitif,
orientasi, daya ingat, kalkulasi, kemampaun membaca dan menulis, kemampaun visuospasial dan
berbahasa, dan nilai totalnya 30.

A.Sensorium B. Kognisi
Meliputi : memori/daya ingat,
Kemampuan untuk konsentrasi/perhatian,
Suatu kondisi kesigapan
mengenal/mengetahui orientasi,
mental individu dalam
mengenai benda atau konsentrasi/perhatian,
menanggapi rangsangan
keadaan atau situasi, yang orientasi, kemampuan
dari luar maupun dari
dikaitkan dengan berbahasa, berhitung,
dalam diri.
pengalaman pembelajaran visuospatial, fungsi eksekutif,
dan kapasitas intelejensi abstraksi, dan tarap intelejensi.
seseorang.
Tingkatan
kesadaran
Derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi
Kompos mentis rangsangan dari luar dan dalam dirinya, dan mampu memahami apa yang
terjadi di lingkungannya serta mampu bereaksi secara memadai.

Apatis Derajat penurunan kesadaran yakni individu berespons lambat


terhadap stimulus dari luar.

Somnolensi Penurunan kesadaran yang cenderung tidur, tampak mengantuk,


bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar

Penurunan kesadaran yang berat. Hampir tidak berespon terhadap


Sopor stimulus dari luar, hanya memberi respon minimal pada rangsangan yang
kuat

Koma Penurunan kesadaran yg paling berat, dan sama sekali tidak bereaksi
terhadap rangsangan yang kuat sekalipun.
Tingkatan
kesadaran
Perubahan kualitas kesadaran, individu tidak mampu berpikir jernih
Keadaan Berkabut dan berespons secara memadai terhadap situasi di sekitarnya,
tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalami
disorientasi

Deliriu Perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif yang
luas, perilaku sangat berfluktuasi, sulit memusatkan dan mempertahankan
m perhatian, juga mengalihkan perhatian.

Kesadaran seperti mimpi Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi
psikomotor.
(dream like stae)

Twilight State Keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi.


C. Orientasi dan Daya
Orientasi personal → kemampuan mengenali
Ingat orang yang sudah dikenal.

Orientasi ruang/spatial → kemampuan mengenali


tempat dimana ia berada.
Orientasi Orientasi waktu → kemampun mengenali secara
tepat dimana ia berada.
Kemampuan individu untuk
Amnesia → ketidakmampuan untuk mengingat sebagian
mengenali objek atau situasi atau seluruh pengalaman masa lalu.
sebagaimana adanya. AD
IAN
J Paramnesia → disebut ingatan palsu, yakni terjadinya
KE
T U distorsi ingatan dari informasi/ pengalaman yang
K
WA sesungguhnya.
KAN
AR
A S 1.Memori segera → kemampuan mengingat peristiwa yang baru
RD
BE aja terjadi (rentang waktu beberapa detik - menit)
2. Memori baru → ingatan terhadap pengalaman/informasi
Daya Ingat BERDASARKAN REN
yang terjadi dalam beberap hari terakhir.
TANG 3. Memori jangka menengah → ingatan terhadap peristiwa
W A KTU
Proses pengelolaan informasi yang terjadi dalam beberapa bulan yang lalu
4. Memori jangka panjang → ingatan terhadap peristiwa
(perekaman - penyimpanan - yang sudah lama terjadi (bertahun-tahun yang lalu).
dan pemanggilan kembali)
Jenis-Jenis Paramesia
KONFABULA
DEJA
SI JAMAIS VU
VU

Ingatan palsu yang muncul untuk Individu merasa sangat mengenali


mengisi kekosongan memori. suatu situasi baru yang Kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa
Biasanya terjadi pada orang sesungguhnya belum pernah ia alami. asing terhadap situasi yang justru
dengan demensia. pernah dialaminya.

HIPERAMNESIA
SCREEN
LETOLOGIK
MEMORY
A

Secara sadar menutupi ingatan akan


Ingatan yang mendalam dan pengalaman yang menyakitkan atau Ketidakmampuan yang bersifat
berlebihan terhadap suatu traumatis dengan ingatan yang lebih sementara dalam menemukan kata-
pengalaman. dapat ditoleransi. kata yang tepat untuk
mendeskripsikan pengalamannya.
Penilaian
Orientasi
Pertanyaan yang dapat diajukan :
“Sekarang tanggal berapa?”
“Sekarang siang atau
malam? Dan jam berapa ?”
Jika dirawat tanyakan :
“Sudah berapa lama
anda dirawat?”
“Sekarang lagi dimana?”

Untuk orientasi personal, tanyakan nama-


nama orang disekitar pasien, peran dan
relasi orang tersebut.
Penilaian Fungsi
Memori
Daya ingat jangka segera
Meminta pasien untuk menghitung
urutan 6 angka berturut-
depan dan sebaliknya.
turut ke
Daya ingat jangka pendek
Dapat ditanyakan: “Kemaren pagi,
sarapannya makan apa?”
Menanyakan tentang kejadian penting
dalam beberapa bulan terakhir.
Daya ingat jangka panjang
Dapat menanyakan mengenai informasi
pada masa kanak pasien.
D. Konsentrasi dan
Perhatian
Usaha untuk mengarahkan aktivitas
mental pada pengalaman tertentu.

Gangguan

Distaktibilitas Intonensi Selektif Kewaspadaan Berlebhan


(Hypervigilance)

Ketidakmampuan memusatkan Pemusatan perhatian yang


Konsentrasinya sangat mudah teralih
perhatian pada obyek atau situasi berlebihan terhadap stimulus
oleh berbagai stimulus yang terjadi
tertentu, biasanya situasi yang eksternal dan internal sehingga
disekitarnya.
membangkitkan kecemasan. penderita tampak sangat tegang.
Penilaian Konsentrasi
dan Perhatian
Pasien diminta menghitung 100
dikurangi 7 secara serial sebanyak 7
kali.
Pasien diminta untuk mengeja dari
belakang huruf yang terdapat pada
kata DUNIA.
Dapat juga ditanyakan nama benda
yang dimulai dengan huruf tertentu.
D. Kemampuan E. Kemampuan
Membaca dan Menulis Visuaspasial

Pasien diminta untuk menulis kalimat


Pasien diminta untuk meniru gambar
“PEJAMKAN MATA ANDA”
jam dan pentagonal yang
dan melaksanakan perintah yang
berhimpitan pada satu sudut.
telah dibaca.

G. Kemampuan
F. Fikiran Abstrak Informasi dan
Intelegensi

Merupakan kemampuan untuk Berhubungan dengan kosa kata dan


memahami konsep. Nilai apakah pengetahuan umum yang
pasien dapat menyebutkan dimilikinya seperti nama presiden
persamaan apel dan jeruk, meja dan informasi terkini.
dan kursi, dan mengartikan
beberapa peribahasa.
7. Pengendalian
Impuls
Menilai kemampuan pasien untuk
mengontrol impuls seksual, agresif,
dan impuls lainnya.
Penilaian juga dilakukan untuk
menilai apakah pasien berpotensi
membahayakan diri dan orang lain.
8. Daya nilai dan
Tilikan
A. Daya Nilai
Kemampuan untuk menilai situasi
secara benar dan bertindak
sesuai dengan situasi tersebut. yang
1. Daya nilai sosial → kemampuan
seseorang untuk menilai situasi secara
benar dan bertindak yang sesuai
dalam situasi tersebut dengan
memperhatikan kaidah sosial yang
berlaku didalam kehidupan
budayanya. sosial
2. Uji nilai → kemampuan untuk
daya situasi secara benar dan
menilai
bertindak yang sesuai dalam situasi
imajiner yang diberikan.
Penilaian Daya
Nilai
Dapat diberikan pertanyaan/contoh
skenario seperti:
“Apabila anda menemukan amplop
yang tertutup dipinggir jalan, dan
terdapat alamat di amplop tersebut, apa
yang akan anda lakukan?”
“Apakah yang akan dilakukan bila
anda sedang berada di bioskop yang ramai
dan mencium bau asap?”

Terjadi gangguan daya nilai pada


pasien dengan otak,
schizoprhenia, intoksikasi
ganggua
B. 1. Penyangkalan total terhadap
Tilikan penyakitnya
Kemampuan seseorang untuk 2. Ambivalensi terhadap penyakitnya
memahami sebab sesungguhnya 3. Menyalahkan faktor lain sebagai
dan arti dari suatu penyebab penyakitnya
(termasuk situasi di dalamnya 4. Menyadari dirinya sakit dan butuh
gejala itu sendiri). dari bantuan namun tidak memahami
Dalam arti luas, sering disebut penyebab sakitnya
sebagai wawasan diri, yaitu
5. Menyadari penyakitnya dan faktor-
pemahaman seseorang
faktor yang berhubungan dengan
terhadap kondisi dan situasi
dirinya dalam konteks penyakitnya namun tidak menerapkan
sekitarnya.
realitas dalam perilaku sehari- hari
6. Menyadari sepenuhnya tentang situasi
Dalam arti sempit merupakan dirinya dan memiliki motivasi untuk
pemahaman pasien mencapai kesembuhan
penyakitnya. terhadap
Penilaian
Tilikan
Pada penilaian tilikan, dapat ditanyakan pertanyaan seperti
“apakah anda merasa ada gangguan pada kejiwaan anda?”
“apakah anda merasa
membutuhkan terapi/pengobatan?”
“apa yang anda ekspektasikan dari pertemuan saat ini?” /
“bagaimana rencana anda kedepannya dalam menanggapi
masalah anda?”

Terjadi gangguan tilikan pada pasien dengan delirium, dementia,


gangguan otak bagian frontal, psikosis.

Fungsi tilikan adalah untuk menilai prognosis penyakit. Semakin


besar nilai tilikan, semakin baik prognosisnya.
Taraf Dapat
Dipercaya
Pemeriksa harus memperhatikan kemampuan
pasien untuk dapat dipercaya dan bagaomana ia
menyampaikan peristiwa dan situasi yang terjadi
secara akurat.

Pemeriksa dapat menilai


keadaan kejujuran dan yang
sebenarnya dari yang
dikatakan pasien.
Reality Testing
of Ability
(RTA)
Kemampuan seorang untuk menilai
realitas.
Kemampuan ini akan menentukan
persepsi, respons emosi, dan perilaku
dalam berelasi realitas kehidupan.
Adanya waham, halusinasi, dan
perilaku yang kacau menandakan ada
gangguan RTA.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai