○ Penampilan
○ Pembicaraan
○ Perilaku
○ Pemikiran pasien
Gambaran status
mental
01 Deskripsi umum
1. Penampilan
02 Mood dan afek
1. Mood
2. Perilaku dan 2. Afek
aktivitas 3. Keserasian afek
psikomotor
3. Sikap terhadap
pemeriksa
03 Pembicaraan
04 05 06
Persepsi Pikiran Sensorium &
kognisi
Proses pikir
a. Kesadaran
Isi pikir B. Orientasi dan daya ingat,
C. Konsentrasi dan perhatian, Kemampuan
D.membaca dan menulis
Gambaran E. Kemampuan visuospasial
status F. Pikiran abstrak
G. Intelegensi dan kemampuan informasi
mental H. Bakat kreatif
I. Kemampuan menolong diri sendiri
07 08 09
Pengendalian Daya Nilai Taraf Dapat
Impuls dan Tilikan Dipercaya
Gambaran
status
mental
01 Deskripsi umum
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Penampilan Pengamatan ditujukan terhadap aspek
Gambaran tampilan dan kesan kualitas dan kuantitas aktivitas psikomotor.
keseluruhan terhadap pasien yang Kesan :
direfleksikan dari postur, sikap, cara •Hiperaktif
berpakaian, dan berdandan. •Normoaktif
Kesan : •Hipoaktif
• Tampak sehat c. Sikap terhadap pemeriksa
Digambarkan sebagai sikap yang kooperatif,
• Tampak sakit
bersahabat, penuh perhatian, mengelak, atau
• Tampak tenang berhati-hati.
• Tampak lebih tua
• Tampak lebih muda
• Tidak rapi
• Kekanak-kanakan
• Bizarre
Gangguan perilaku
motorik
1. Katatonia stupor → penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, gerakan lambat
hingga keadaan tidak bergerak dan kaku seperti patung.
2. Katatonia furor → keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak
bertujuan, tanpa motif yang jelas, dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
3. Katalepsia → keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu dalam
waktu lama. Contohnya dapat berdiri di atas satu kaki selama berjam-jam tanpa
bergerak.
4. Flexibilitas cerea → keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa
perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.
5. Akinesia → suatu kondisi aktivitas motorik yang sangat terbatas, pada keadaan berat
menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.
6. Bradikinesia → perlambatan gerakan motorik yang biasa terjadi pada parkinsonisme
atau penyakit parkinson. Memperlihatkan gerakan kaku dan kehilangan respons
spontan.
02 Emosi
• Mood disforia → suasana perasaan yang
Suasana perasaan yang dihayati secara sadar, tidak menyenangkan.
bersifat kompleks, melibatkan pikiran, Kesan : jenuh, jengkel, atau bosan.
persepsi, dan perilaku individu. • Mood hipertimia → suasana perasan yang
a. Mood secara pervasif memperlihatkan
Suasana perasaan yang bersifat pervasif dan semangat dan kegairahan yang
bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang berlebihan terhadap berbagai aktivitas
terhadap kehidupannya. kehidupan.
Kesan : hiperaktif dan enerjik.
Jenis-jenis Mood : • Mood eforia → suasana perasaan gembira
• Mood eutimia → Normal. dan sejahtera secara berlebihan.
• Mood hipotimia → suasana perasaan yang • Mood ekstasia → suasana perasaan yang
secara pervasif dan diwarnai denga kesedihan diwarnai dengan kegaihan yang meluap-
dan kemurungan. luap. Sering terjadi pada pengguna zat
psikostimulansia.
• Aleksitimia → suatu kondisi •Mood labil → suasana perasaan
ketidakmampuan individu untuk yang berubah-ubah dari waktu ke
mengayati suasana perasaannya. waktu.
• Anhedonia → suatu suasana perasaan •Mood iritabel → suasana perasaan
yang diwarnai dengan kehilangan minat yang sensitif, mudah tersinggung,
dan kecenangan terhadap berbagai mudah marah, dan sering kali
aktivitas kehidupan. bereaksi berlebihan terhadap
• Mood kosong → kehidupan emosi yang situasi yang tidak disenanginya.
sangat dangkal, tidak atau sangat sedikit
memiliki penghayatan suasana perasaan.
Nyaris kehilangan keterlibtan emosi
dengan kehidupan sekitarnya.
b. Afek
Respons emosional saat sekarang, yang • Afek mendatar → suatu hendaya afektif berat
dapat dinilai melalui ekspresi wajah,
lebih parah dari afek menumpul.
pembicaraan, sikap, dan gerak gerik tubuhnya.
Jenis-jenis Afek : Kesan : kehilangan kemampuan ekspresi
• Afek luas → normal. emosi.
• Afek menyempit → nuansa ekspresi emosi yang • Afek serasi → ekspresi emosi dan suasana
terbatas. yang dihayati serasi.
• Afek menumpul → penurunan serius dari • Afek tidak serasi → ekspresi emosi yang tidak
kemampuan ekspresi emosi yang tampak. cocok dengan suasana yang dihayati.
Kesan : tatapan mata kosong, irama suara • Afek labil → perubahan irama perasaan yang
monoton, dan bahasa tubuh yang sangat kurang. cepat dan tiba-tiba, tidak berhubungan
dengan stimulus eksteral.
3. Pembicaraan 4. Persepsi
● Deskripsikan pembicaraan pasien ● Sebuah proses mental yang
apakah ia berbicara spontan atau merupakan pengiriman stimulus
tidak, gambarkan kuantitas, fisik menjadi informasi psikologis
kecepatan produksi, dan kualitas sehingga stimulus sensorik dapat
bicara. diterima secara sadar.
Gangguan Persepsi
● Depersonalisasi → perasaan subyektif dengan gambaran seseorang
merasa diri sendiri (atau tubuhnya) tidak nyata (asing, tidak
dikenali).
● Derealisasi → perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi
asing, tidak nyata.
● Ilusi → persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal
yang nyata.
● Halusinasi → persepsi yang keliru dan tidak berhubungan dengan
stimulus eksternal yang nyata disalurkan melalui panca indera
Jenis-jenis Halusinasi
● Halusinasi hipnogogik ● Halusinasi taktil
Muncul ketika mulai tertidur. Bukan fenomena Persepsi perabaan keliru seperti phantom lips
patologis. atau formikasi
● Halusinasi hipnopompik ● Halusinasi somatic
Muncul ketika bangun tidur. Bukan fenomena Sensasi keliru terjadi pada atau didalam
patologis. tubuhnya, biasanya berkaitan dengan organ
● Halusinasi auditorik ● Halusinasi lilliput
Biasanya berupa suara orang, dapat juga suara Persepsi keliru yang mengakibatkan obyek
lain seperti music. terlihat lebih kecil
● Halusinasi visual
Persepsi penglihatan yang keliru
● Halusinasi penciuman
Persepsi penghidu keliru
● Halusinasi pengecapan
Persepsi pengecapa keliru seperti rasa tidak enak
sebagai gejala awal kejang
Penilaian Persepsi
Pada penilaian persepsi, dapat ditanyakan
pertanyaan seperti :
“apakah anda merasa melihat sesuatu yang
aneh?” / “apakah anda merasa mendengar suara-
suara di kepala anda?”
“apakah anda merasakan adanya rasa/sensasi
yang aneh saat ingin tidur/setelah bangun tidur?”
“apakah anda merasa mencium bau yang aneh?”
2.Kognisi
Kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau keadaan
atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas
intelejensi seseorang.
A. Tingkat Kesadaran
● Kompos mentis
Derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsangan dari
luar dan dalam dirinya, dan mampu memahami apa yang terjadi di lingkungannya serta
mampu bereaksi secara memadai.
● Apatis
Derajat penurunan kesadaran yakni individu berespons lambat terhadap stimulus dari
luar.
● Somnolensi
Penurunan kesadaran yang cenderung tidur, tampak mengantuk, bereaksi lambat
terhadap stimulus dari luar
● Sopor
Penurunan kesadaran yang berat. Hampir tidak berespon terhadap stimulus dari luar,
hanya memberi respon minimal pada rangsangan yang kuat
● Koma
Penurunan kesadaran yg paling berat, dan sama sekali tidak bereaksi terhadap
rangsangan yang kuat sekalipun.
● Keadaan Berkabut
Perubahan kualitas kesadaran, individu tidak mampu berpikir jernih dan berespons
secara memadai terhadap situasi di sekitarnya, tampak bingung, sulit memusatkan
perhatian dan mengalami disorientasi
● Delirium
Perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif yang luas,
perilaku sangat berfluktuasi, sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian,
juga mengalihkan perhatian.
● Kesadaran seperti mimpi (dream like stae)
Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor.
● Twilight State
Keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi.
b. Orientasi dan daya ingat
● Orientasi
Kemampuan individu untuk mengenali objek
atau situasi sebagaimana adanya.
○ Orientasi personal → kemampuan mengenali
orang yang sudah dikenal.
○ Orientasi ruang/spatial → kemampuan mengenali
tempat dimana ia berada.
○ Orientasi waktu → kemampuan mengenali secara
tepat dimana ia berada.
● Daya ingat
Proses pengelolaan informasi (perekaman - penyimpanan - dan pemanggilan
kembali)
○ Amnesia → ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu.
○ Paramnesia → disebut ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari
informasi/pengalaman yang sesungguhnya.
1. Memori segera → kemampuan mengingat peristiwa yang baru aja terjadi
(rentang waktu beberapa detik - menit)
2. Memori baru → ingatan terhadap pengalaman/informasi yang terjadi dalam
beberap hari terakhir.
3. Memori jangka menengah → ingatan terhadap peristiwa yang terjadi dalam
beberapa bulan yang lalu
4. Memori jangka panjang → ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi
(bertahun-tahun yang lalu).
Jenis-jenis Paramnesia
● Konfabulasi
Ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori.
Biasanya terjadi pada orang dengan demensia.
● deja vu
Individu merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang
sesungguhnya belum pernah ia alami.
● Jamais vu
Kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap situasi yang
justru pernah dialaminya.
● Hiperamnesia
Ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu
pengalaman.
● Screen memory
Secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan
atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi.
● Letologika
Ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata-kata
yang tepat untuk mendeskripsikan pengalamannya.
Penilaian fungsi
memori
• Daya ingat jangka segera
Meminta pasien untuk menghitung urutan 6 angka
berturut-turut ke depan dan sebaliknya.
• Daya ingat jangka pendek
Dapat ditanyakan: “Kemaren pagi, sarapannya
makan apa?”
Menanyakan tentang kejadian penting dalam
beberapa bulan terakhir.
• Daya ingat jangka panjang
Dapat menanyakan mengenai informasi pada
masa kanak pasien.
C. Konsentrasi &
Perhatian
Usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada
pengalaman tertentu.
● Gangguan:
○ Distraktibilitas
Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh berbagai
stimulus yang terjadi disekitarnya.
○ Inatensi selektif
Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada obyek
atau situasi tertentu, biasanya situasi yang
membangkitkan kecemasan.
○ Kewaspadaan berlebih (hypervigilance)
Pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap stimulus
eksternal dan internal sehingga penderita tampak sangat
tegang.
Penilaian konsentrasi & perhatian
• Pasien diminta menghitung 100 dikurangi 7
secara serial sebanyak 7 kali.
• Pasien diminta untuk mengeja dari
belakang huruf yang terdapat pada kata
DUNIA.
• Dapat juga ditanyakan nama benda yang
dimulai dengan huruf tertentu.
7. Pengendalian
Impuls
Menilai kemampuan pasien untuk mengontrol
impuls seksual, agresif, dan impuls lainnya.
Penilaian juga dilakukan untuk menilai apakah
pasien berpotensi membahayakan diri dan
orang lain.
8. Daya nilai dan
Tilikan
a. Daya Nilai
Kemampuan untuk menilai situasi secara
benar dan bertindak yang sesuai dengan
situasi tersebut.
1. Daya nilai sosial → kemampuan
seseorang untuk menilai situasi secara
benar dan bertindak yang sesuai dalam
situasi tersebut dengan
memperhatikan kaidah sosial yang
berlaku didalam kehidupan sosial
budayanya.
2. Uji daya nilai → kemampuan untuk
menilai situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dalam situasi
imajiner yang diberikan.
b. Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti
dari suatu situasi (termasuk di dalamnya dari gejala itu sendiri).
Dalam arti luas, sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman
seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas
sekitarnya.