STEP 2
2. Apa hubungan keluhan pasien saat ini dengan keluhan 6 bulan yang lalu?
Episode Mania (minimal 1 minggu) :
meliputi 3 gejala atau lebih
Harga dirinya meningkat
Merasa kebutuhan tidurnya berkurang
Banyak bicara
Flight of idea : idenya lompat lompat
Distractibilitas : gampang teralih
Agitasi psikomotor dan aktifitas meningkat
banyak bicara, lebih aktif, suka memakai pakaian berwarna
mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada
biasanya
afek depresif
kehilangan minat dan kegembiraan
berkurangnya energy (mudah lelah menurunnya aktifitas)
konsentrasi dan perhatiannya berkurang
harga dirinya berkurang
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
pandangan negative
gagasan bunuh diri atau ide bunuh diri
tidurnya terganggu
nafsu makan berkurang
keluhan merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat, dan tidur terganggu. Keluhan tersebut dialami kurang
lebih 1 bulan ini.
5. Apa Macam macam gangguan mood afektif beserta gejalanya?(cari menurut dsm
dan ppdgj)
Mania
o Episode Mania (minimal 1 minggu) : meliputi 3 gejala atau lebih
o Harga dirinya meningkat
o Merasa kebutuhan tidurnya berkurang
o Banyak bicara
o Flight of idea : idenya lompat lompat
o Distractibilitas : gampang teralih
o Agitasi psikomotor dan aktifitas meningkat
o banyak bicara, lebih aktif, suka memakai pakaian berwarna
mencolok, dan memakai make up yang lebih tebal daripada
biasanya
Depresi
o afek depresif
o kehilangan minat dan kegembiraan
o berkurangnya energy (mudah lelah menurunnya aktifitas)
o konsentrasi dan perhatiannya berkurang
o harga dirinya berkurang
o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o pandangan negative
o gagasan bunuh diri atau ide bunuh diri
o tidurnya terganggu
o nafsu makan berkurang
o keluhan merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat, dan tidur terganggu. Keluhan tersebut dialami kurang
lebih 1 bulan ini.
Bipolar
o Perasaan : sangat senang berlebihan
o Pikiran : waham kebesaran
o Persepsi : mendengar adanya halusinasi auditorik
o Perilaku : berbicara cepat dan banyak. jelas tapi ada flight of idea.
tidak bertanggung jawab
6. Apa saja etiologi dan factor resiko dari scenario?
Etiologi dan factor resiko :
factor biologis ( penurunan serotonin, norepinefrin, pengikatan reseptor
beta 2, penurunan dopamine, disregulasi neurohormonal )
Factor genetic
Factor psikososial
7. Bagaimana cara mendiagnosis kasus dari scenario?
Anamnesis : terdapat perubahan mood yang drastis dari mania – depresi
Bipolar : perubahan suasana hati yang ekstrem
Bipolar 1 : mania – depresi
Bipolar 2 : hipomania – depresi
Status mental : ban
8. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
Diagnosis : Bipolar 1
Diagnosis Banding : kepribadian ambang/bpd
9. Apa tatalaksana dari scenario?
Farmakoterapi
o Mood stabilizer : antiepilepsi, antipsikotik, antidepresan
Non Farmakologi
o Intervensi Psikososial
o Terapi kognitif dan perilaku
o Family focus
o Psikoedukasi
10. Apa yang bisa dilakukan oleh orang terdekat terhadap pasien?
Memberi dukungan dan solusi
Membantu mengingatkan minum obat
Mengawasi perilaku pasien
STEP 7
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi
Afek :
a. Ekspresi emosi yang teramati, mungkin tidak sesuai dengan deskripsi pasien tentang
emosinya.
Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010.Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC
b. Ekspresi eksternal dari emosi dalam
Klasifikasi :
2. Apa hubungan keluhan pasien saat ini dengan keluhan 6 bulan yang lalu?
Figure 6-47. Symptoms of mania. According to the Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, a manic episode consists of either elevated/expansive mood or irritable mood. In addition, at
least three of the following must be present (four if mood is irritable): inflated self-esteem/grandiosity,
increased goal-directed activity or agitation, risk taking, decreased need for sleep, distractibility,
pressured speech, and racing thoughts.
Stahl, S. M. (2008). Stahl Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical Applications
Third Edition. New York: Cambridge University Press
Selalu merasa sedih dapat merupakan gangguan perasaan atau suasana hati (mood) yang
disebut dengan depresi. Berbeda dengan kesedihan yang biasa, depresi memerlukan perhatian
medis karena dapat mengganggu memberikan efek yang besar terhadap kehidupan
penderitanya.
Beberapa gejala yang dapat dialami penderita depresi antara lain :
Hilangnya minat atau keinginan pada berbagai aktivitas
Suasana hati atay perasaan tertekan atau sedih yang berkepanjangan
Perasaan tidak berharga
Perasaan ingin menyendiri
Kehilangan energi atau kelelahan yang teru smenerus
Kehilangan konsentrasi
Gangguan tidur
Kehilangan nafsu makan
Pemikiran negatif berulang
Pemikiran tentang kematian dan keinginan untuk bunuh diri
Stahl, S. M. (2008). Stahl Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical Applications
Third Edition. New York: Cambridge University Press
Teori Kognitif
Aaron Beck mempostulatkan tiga kognitif depresi yang terdiri dari (1) pandangan diri
sendiri tentang suatu ajaran diri yang negatif, (2) tentang kecenderungan yang
menginginkan dunia untuk bermusuhan, dan (3) tentang harapan penderitaan serta
kegagalan masa depan (Sadock et al., 2015).
Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresif
dengan pengalaman peristiwa yang tak dapat dikendalikan. Behavioris menekankan
bahwa peningkatan depresi bergantung pada pembelajaran pasien, rasa kontrol dan
penguasaan lingkungan (Sadock et al., 2015).
Etiologi
a. Faktor biologis
Ada hipotesis bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin
biogenik. Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik, seperti
asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam hormovanilat (HVA), dan 3-metoksi-4-
hidroksifenilglikol (MHPG) di dalam darah, urine, dan CSF pasien dengan gangguan
mood.
Amin biogenik
Norepinefrin
Penelitian menunjukkan adanya keterlibatan reseptor prasinaps B2-adrenergik
pada depresi, aktivasi reseptor ini menimbulkan penurunan jumlah norepinefrin
yang dilepaskan. Reseptor prasinaps B2-adrenergik juga terletak pada neuron
serotonergik serta mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan.
Serotonin
Kekurangan serotonin dapat mencetuskan depresi dan beberapa pasien dengan
impuls bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di dalam
cairan serebrospinal serta konsentrasi tempat uptake serotonin ysng rendah pada
trombosit.
Dopamin
Akrivitas dopamine berkurang pada depresi dn meningkat pada mania. Dua teori
terkini mengenai dopamin dan depresi adalah bahwa jaras dopamine mesolimbil
mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan bahwa reseptor dopamine D1
mungkin hipoaktif pada depresi.
Faktor neurokimia lain
Neurotransmitter asam amino (terutama asam y-aminobutirat) dan peptide
neuroaktif (terutama vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam
patofisiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa sistem
messanger kedua, seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol
dapat menjadi penyebab.
Regulasi neuroendokrin
Berbagai disregulasi neuroendokrin dilaporkan pada pasien dengan gangguan
mood sehingga regulasi aksis neuroendokrin yang abnormal merupakan akibat
fungsi neuron yang mengandung amin biogenic yang abnormal pula. Aksis
neuroendokrin utama yang dimaksud disini adalah aksis adrenal, aksis tiroid, serta
hormon pertumbuhan.
Kelainan tidur
Masalah tidur-insomnia inisial dan terminial, sering terbangun, hypersomnia-
adalah gejala yang klasik dan lazim pada depresi, dan penurunan kebutuhan untuk
tidur merupakan gejala klasik mania. EEG pada banyak orang dengan depresi
menunjukkan kelainan dimana yang lazim adalah awitan tidur yang tertunda,
pemendekan latensi REM, peringkatan lama periode REM yang pertama, serta tidur
delta abnormal.
Irama sirkardian
Kelainan struktur tidur pada depresi dan perbaikan klinis sementara oleh karena
kekurangan tidur telah menghasilkan teori bahwa pada depresi terdapat
pengaturan irama sirkardian yang abnormal.
Kindling
Kindling adalah proses elektrofisiologis saat stimulasi berulang neuron dibawah
ambang yang akhirnya menghasilkan aksi potensial. Patofisiologi gangguan mood
dapat melibatkan kindling di lobus temporalis.
Regulasi neuroimun
Disregulasi aksis kortisol dapat mempengaruhi status imun, mungkin terdapat
pengaturan hypothalamus yang abnormal pada sistem imun. Kemungkinan yang
lebih sedikit adalah pada beberapa pasien, proses patofisologi primer yang
melibatkan sistem imun akan menyebabkan gejala psikiatri gangguan mood.
Pencitraan otak
Banyak laporan di dalam literature memperhatikan aliran darah otak di dalam
gangguan mood, yang biasanya diukur dengan menggunakan SPECT / PET.
Mayoritas studi menunjukkan berkurangnya alliran darah umumnya terjadi pada
korteks serebri dan khususnya area korteks frontal. Sebaliknya, aliran adanya
peningkatan aliran pada otak pada pasien gangguan depresi berat.
Pertimbangan neuroanatomi
Gangguan mood melibatkan patologi sistem limbik, ganglia basalis, dan
hipotalamus. Orang dengan gangguan neurologis ganglia basalis dan sistem limbik
(terutama lesi eksitasi pada hemisfer non dominan) cenderung menunjukkan gejala
depresif.
b. Faktor genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan terlibat
dalam timbulnya gangguan mood.
c. Faktor psikososial
a. Peristiwa hidup dan stress lingkungan
b. Faktor kepribadian
c. Faktor psikodinamik depresi
d. Faktor psikodinamik mania
d. Formulasi lain depresi
Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010.Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC
Beberapa faktor memegang peranan dalam menyebabkan gangguan mood, termasuk diantara
genetik, faktor perinatal, perubahan biokimia pada sistem saraf, serta peran lingkungan.
Faktor Genetik
Peran faktor genetik dengan kejadian gangguan mood sangat erat. Pada beberapa studi
ditemukan bahwa pasien dengan keluarga inti yang menderita gangguan mood memiliki risiko
yang lebih tinggi mengalami gangguan mood. Terdapat studi yang menemukan hubungan erat
gangguan mood unipolar, seperti depresi maupun mania, dengan orang tua yang mengalami
gangguan bipolar. Pada studi dengan subjek kembar, ditemukan bahwa pasien kembar
monozigot memiliki konkordansi 3390% mengalami gangguan bipolar tipe 1. Studi juga dapat
menemukan gen yang berperan pada terjadinya gangguan mood, terutama gangguan bipolar,
yaitu gen ANK3, CACNA1C, dan CLOCK. Pada studi adopsi, yang memisahkan kembar identik
untuk dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, ditemukan bahwa walaupun dibesarkan pada
keluarga tanpa gangguan mood, anak yang memiliki orang tua biologi dengan gangguan mood
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan mood. [2,15]
Faktor Perinatal
Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, yakni hipoksia fetal, diduga berhubungan dengan
gangguan psikiatri, termasuk meningkatkan risiko gangguan mood. Komplikasi perinatal juga
dihubungkan dengan onset dini gangguan mood. Namun, hasil studi mengenai hal ini masih
belum konklusif. [2,5,6]
Faktor Biokimia
Faktor biokimia atau perubahan neurotransmitter yang dihubungkan dengan gangguan mood
adalah perubahan serotonin, epinefrin, norepinefrin, dopamin, dan glutamat. Peningkatan
epinefrin, norepinefrin, serotonin dan dopamin akan menyebabkan mania, sebaliknya,
penurunan neurotransmiter ini menyebabkan depresi. Hubungan glutamat dengan gangguan
mood belum diketahui pasti, namun pada studi poster ditemukan peningkatan glutamat pada
pasien dengan gangguan bipolar dan depresi. [2,5,6]
Faktor Lingkungan
Lingkungan memegang peran dalam terjadinya gangguan mood. Studi menemukan bahwa
faktor lingkungan, yakni kejadian yang memicu stress pada pasien, berhubungan dengan onset
pertama kali dan kekambuhan pada pasien dengan gangguan mood. Beberapa studi
menemukan bahwa sekitar 20-66% pasien bipolar yang mengalami perubahan mood mengalami
peristiwa yang memicu stress. [2,5,6]
Anamnesis
Anamnesis dilakukan terutama untuk menggali gejala yang dialami pasien dan onset gejala,
pasien perlu ditanyakan usia saat pertama kali menunjukkan gejala. Anamnesis dapat
dilakukan pada pasien dan keluarganya. Pasien yang datang dengan gejala manik harus
ditanyakan apakah ada riwayat depresi sebelumnya. Dokter harus mampu membedakan
apakah pasien pernah mengalami episode manik, atau hanya hipomanik. Pada pasien yang
datang dengan gejala depresi, perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat sebelumnya.
Pada riwayat sosial tidak jarang ditemukan masalah yang dialami pasien sebagai akibat dari
gejala sebelumnya, misalnya masalah hukum atau ekonomi akibat perilaku agresif pada
periode manik. [4-6]
Selain itu, penting juga menanyakan mengenai kemungkinan penyakit psikiatri dalam hirarki
yang lebih tinggi, misalnya gangguan medis umum, penggunaan obat dan zat, serta gejala
skizofrenia. Dokter juga harus menggali apakah pasien pernah mengalami gejala yang tidak
khas, misalnya hipersomnia atau hiperfagia. Gejala-gejala ini dapat menjadi pertimbangan
rawat inap pada pasien. [4-6]
Anamnesis lain yang penting untuk digali, terutama pada pasien dengan depresi, adalah ada
tidaknya keinginan bunuh diri. Dokter harus menggali keinginan bunuh diri pada pasien,
termasuk cara yang terpikirkan dan apakah pasien sudah pernah mencoba melakukannya
sebelumnya. [4-6]
Pada pasien dengan keluhan berulang, harus ditanyakan seberapa sering pasien mengalami
kekambuhan, apakah ada faktor eksternal yang memicu kekambuhannya. Tanyakan juga
berapa lama jarak antara satu episode dengan episode lainnya. Pada anamnesis juga harus
ditanyakan adalah riwayat pengobatan, dan bagaimana respons pasien terhadap
pengobatan. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga juga dapat ditanyakan. [4-6]
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang secara khusus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
gangguan mood. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan penyebab
lainnya, seperti gangguan medis umum, atau penyalahgunaan obat atau alkohol.
Pemeriksan fisik juga untuk menemukan penyakit medis lain yang menyertai gangguan
mood, misalnya gangguan kardiovaskular dan metabolik pada penderita bipolar, dikaitkan
dengan gaya hidup dan pola makannya. [4-6]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan mood.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan penyebab lainnya dan
memonitoring dosis pengobatan. Pemeriksaan toksikologi digunakan untuk mengeksklusi
penyalahgunaan obat. [4-6]
Dx : bipolar tipe 2 kini depresi yang berat: masih seperti fase hipomania (minimal 4 hari)
semngat dll masih terbatas pada dirinya sendiri
a) Aksis I
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Z03.2 Tidak ada diagnosis
b) Aksis II Z03.2 Tidak ada diagnosis
c) Aksis III Z03.2 Tidak ada diagnosis
d) Aksis IV Masalah pekerjaan
e) Aksis V
GAF = 20 (mutakhir) (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat
dalam komunikasi dan mengurus diri.
Maslim, R., 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa. FK Unika. Jakarta
Skizofrenia gangguan ada masa di mana disebabkan oleh peristiwa berat yang
yang berlangsung selama penderita benar-benar sangat menekan ex : kematian orang yang
minimal 6 bulan dan baik meskipun sedang dicintai
mencakup setidaknya 1 tidak minum obat.
bulan gejala fase aktif
Nuryanti, Kresnowati, Lily. Klasifikasi dan kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait III. Bahan Ajar rekam
medis dan informasi Kesehatan. 2018
10. Apa tatalaksana dari scenario?
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan gangguan afektif bipolar ini memerlukan waktu yang lama bahkan seumur
hidup.
Tujuan terapi :
PSIKOTERAPI :
11. Apa yang bisa dilakukan oleh orang terdekat terhadap pasien?
Memberi dukungan dan solusi
Membantu mengingatkan minum obat
Mengawasi perilaku pasien
Mendukung dalam perawatan mereka
Ajak pengidap melakukan hal bersama-sama
Menjadi pendengar yang baik