Anda di halaman 1dari 28

LBM 1 MODUL PERILAKU DAN JIWA

(TINGKAH LAKU ANEH)


STEP 1

1. Katalepsi : gerakan aneh yang dipertahankan dlam waktu lama; suatu keadaan
menurunnya daya tanggap biasanya ditandai dengan keadaan seperti kerasukan
dan kekakuan sehingga pasien bertahan pada sikapyang diberikan kepadanya :
seperti dalam keadaan duduk pasien akan duduk dalam waktu yang lama.
2. NAPZA : Narkotika Alkohol Psikotropika Zat Aktif lainnya.
3. GAF (Global Functional Assessment) : penilaian psikologi .
4. Psikotik : orangnya tidak bisa menilai suatu kenyataan, seperti berhalusinasi dan
waham .

STEP 2

1. Mengapa 2 bulan ini pasien sering melamun dan banyak mengurung diri
dikamar ,berbicara dan tertawa sendiri?(termasuk jenis perilaku seperti apa?
apakah termasuk gangguan psikologi?)
2. Faktor apa saja yang menyebabkan perilaku pasien yang seperti itu?
3. Mengapa bisa terjadi katalepsi?
4. Apa saja macam-macam gangguan kejiwaan?
5. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?apa bedanya dengan ilusi?
Halusinasi  persepsi panca indera tanpa rangsangan pada panca indera, persepsi
tanpa objek.
Ilusi  suatu persepsi panca indera disebabkan adanya rangsangan panca indera
yang ditafsirkan salah. Ex : melihat kabel seperti ular
6. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien tersebut?

STEP 3

1. Mengapa 2 bulan ini pasien sering melamun dan banyak mengurung diri
dikamar ,berbicara dan tertawa sendiri?(termasuk jenis perilaku seperti apa?
apakah termasuk gangguan psikologi?)
Melamun  gejala handaya (asik dengan dunianya sendiri) misalnya seseorang
yang etos kerjanya bagus lalu menurun, orang yang tidak mandi
Handaya :
a. Psikososial
b. Perilaku
c. Pembersihan diri
d.
Berbicara dan tertawa sendiri termasuk halusinasi

2. Faktor apa saja yang menyebabkan perilaku pasien yang seperti itu?
1. Gangguan mental organik : a. Gangguan simtomatik, b. Gangguan akibat
alkohol atau zat
2. Gangguan psikotik : a. Skizofrenia, b. Gangguan afektif
Syarat gangguan psikotik (kriteria diagnostiknya)??
1. Halusinasi
2. Waham
3. Bizar : perilaku yang aneh
4. Disorganisasi
5. Irritablity :emosinya tidak terkontrol, labil
- Berapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menegakkan gangguan
psikotik??
Gangguan jiwa dimana tidak mampu memahami sekitarnya
- Psikotik akut : waktunya terjadi selama 2 minggu atau kurang, mendengar
suara yang tidak bersumber, mengalami kebingungan, menyendiri,
mengancam diri sendiri dan sekitarnya, marah dan berbicara atau tertawa
sendiri, keadaan emosional yang labildan tidak stabil, adanya stress
akutyang berkaitan, adanya sindrom yang khas seperti polimorfik yaitu
beraneka ragam dan cepat, gejala skizofrenia like : halusinasi dll.
- Psikotik kronik :

Kenapa disebut psikotik??


3. Gangguan neurotik dan gangguan kepribadian
4. Gangguan perkembangan : dari kecil sampe dewasa
DILENGKAPI YA.....
Skizofrenia (definisi dll)
3. Mengapa bisa terjadi katalepsi?
Kemungkinan karena adanya gangguan dari neurotransmiternya yaitu adanta
peningkatan dopaminergik (D2)
Gangguan jiwa secara umum adanya gangguan di otak (hipotalamus, sistem limbik
dll) danjuga adanya gangguan pada sistem neurotransmiternya , tumor, stressor,
post partum;
Gangguan psikotik :
1. Fungsional : Stressor psikoneuro endokrin koretex hipotalamus ptuitari
adrenal dan kortex simpato medulla adrenal  mempengaruhi kortisol 
merubah glikogen menjadi glukosa bisa menyebabkan hipertensi, glukosa
meningkat dapat menyebabkan toxic (diabetic neuropati )
Adrenal akan terangsang untuk sekres nor epinefrin menyebabkan kecemasan
meningkatkan halusinasi
2. struktural : adanya gangguan struktur otak (sistem limbik)
4. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?apa bedanya dengan ilusi?
a. Halusinasi  persepsi panca indera tanpa rangsangan pada panca indera,
persepsi tanpa objek.
Halusinasi auditorik : misalnya seseorang yang seolah2 mendengar sesuatu
Halusinasi visual : seseorang yang seolah2 melihat sesuatu
Halusinasi olfatorik : seseorang yang seolah2 membaui sesuatu
Halusinasi gustatorik : seseotang yang seolah2 merasakan sesuatu di lidah (rasa
lidah)
Halusinasi taktil : seseorang yng seolah2 merasakan rabaan atau adanya
rangsangan sentuhan
Halusinasi haptik : seseorang yang seolah2 tubuhnya bersentuhan atau
bersinggungan dengan orang lain
Halusinasi kinestetik : seseorang yang seolah2 merasa bagian tubuhnya
terlebpas atau bergerak sendiri atau berubah bentuk
Halusinasi autoskopi : seseorang yang seolah2 melihat dirinya sendiri
b. Ilusi  suatu persepsi panca indera disebabkan adanya rangsangan panca
indera yang ditafsirkan salah. Ex : melihat kabel seperti ular
Ilusi visual
Ilusi akustik
Ilusi olfaktorik
Ilusi gustatorik
Ilusi taktil
5. Apakah mungkin adanya ilusi dan halusinasi dalam kejadian yang bersamaan?

6. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien tersebut?


GAF :
100-91 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal dan tidak masalah yang tak
tertanggulangi
90-81 : gejala minimal, fungsinya baik
80-71 : gejala sementara, masih dapat diatasi, terdapat diaabillity dalam sekolah
maupun sosial dan pekerjaan
70-61 : gejala ringan fan menetap, fungsi secaraumum masih baik tapi ada
disabillity dalam fungsinya
60-51 : gejala sedang, disability sedang
50-41 : gejala berat dan disability berat
40-31 : disabilitasnya dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitasnya berat dalam beberapa fungsi
30-21 : disabilitasberat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam semua bidang
20-11 : bisa mencederai diri sendiri dan orang lain, disabilitas sangat berat dalam
berkomunikasi dan mengurus diri sendiri
10-1 : persisten dan lebih serius
0 : informasi tidak adekuat

STEP 4

STEP 5

STEP 6

STEP 7

Beberapa contoh simptomatologi pada beberapa gangguan jiwa:


1) Gangguan Kesadaran/conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
a. gangguan kesadaran kuantitatif
- Suf, kesadarannya seperti orang yang mengantuk.
- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap sekelilingnya,
apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.
- Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan, orientasi, dan
pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya sedikit memberikan
respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur
lagi.
- Apati, kesadarannyabaik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi memerlukan
intensitas yang tinggi.
- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadap rangsang
dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
- Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap
rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna kelihatan lebih jelas
atau terang.
b. gangguan kesadaran kualitatif
- Stupor, kesadaran yang menyempit.
- Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan halusinasi lihat dan
dengar.
- Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya gangguan-gangguan
asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan ketidaktahuan apa yang harus
diperbuat, tercengang dan penuh pertanyaan.
- Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti disorientasi
diri, tempat, waktu, dan situasi.
- Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan halusinasi,
sering disertai dengan cemas dan takut.
- Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya, diikuti dengan
amnesia sebagian.
- Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun, tidak meninggi,
tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap dunia luardan
dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Gangguan Perhatian
Jenis-jenis gangguan perhatian:
a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya, perhatian
mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti. Biasanya ditemukan
pada pasien ADHD.
b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun dalam waktu
yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang pentingnya situasi itu.
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan sulit
mengenali.
d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan, sehingga
lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien paranoid dan cemas.
3) Gangguan Emosi
Jenis-jenis gangguan emosi:
a. Afek
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya perbedaan
antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang minumbulkannya.
- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum, afek/emosinya datar,
tumpul, atau dingin.
- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.
- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
b. Mood
- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.
- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.
- Elevated
- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan sedang, mudah
melambung.
- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham
kebesaran.
- Euthymia, yaitu perasaan wajar.
- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.
- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh
kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru kembali.
- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak timbul senang
dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
4) Gangguan Psikomotor
Jenis-jenis gangguan psikomotor:
a. Katatonia
- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, sekalipun
hendak diubah orang lain.
- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan aktivitas
menjadi sangat lambat.
- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.
- Posturing
- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota badan tetapi
masih ada hambatan.
- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.
- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.
- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.
- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak
- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-gerak).
- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia, trikotilomania (suka
mencabuti rambut sendiri).
c. Negativisme
- Aktif, respon berlebihan.
- Pasif, diam saja.
d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.
5) Gangguan Proses pikir
Jenis-jenis gangguan proses pikir:
a. Bentuk pikir:
- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara kenyataan
dengan fantasi.
- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan
pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akan cemerlang tetapi
tidak mungkin realistis.
- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Isi pikir:
- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Macamnya ada waham
sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre, nihilistik, kebesaran, magic-mystic,
dosa, pengaruh, somatik, hubungan.
- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang, biarpun
tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin terjadi.
- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia sendiri menyadari bahwa itu
tidak rasional adanya.
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau
diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
c. Progesi/jalan pikir:
- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada hubungannya
antara ide satu dengan yang lain.
- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.
- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar-putar tidak
sampai isi.
- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur
dengan ide yang lain.
- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.
- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.
- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa berhenti.
6) Gangguan Pembicaraan
Jenis-jenis gangguan pembicaraan:
a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.
b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhenti-berhenti.
c. Miskin isi pembicaraan.
d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,
e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.
f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.
g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pertanyaan
pemeriksa.
7) Gangguan Persepsi
Jenis-jenis gangguan persepsi:
a. Halusinasi:
- Auditorik
- Olfaktori
- Gustatorik
- Taktil
- Hipnagogik
- Hipnopompik
- Visual
b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.
c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan.
d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa dirinya
sudah tidak seperti dulu lagi.
8) Gangguan Memori
Jenis-jenis gangguan memori:
a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau
seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.
b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi pemanggilan
kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu, fausse reconnaissance.
c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.
d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru
e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang dapat
menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.
9) Gangguan Insight/tilikan diri
Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA


Manfaat adanya klasifikasi gangguan jiwa antara lain (1) untuk mempermudah
komunikasi antar ahli sehingga pelayanan kesehatan dapat meningkat; (2) mempermudah
dalam bidang pendidikan; (3) memungkinkan penelitian multicenter.
Sejarah klasifikasi gangguan jiwa, seperti digambarkan dibawah ini:
Nosologia Methodica: 1706

Synopsis Nosologiae Methodicae

International Classification of Causes of Death

International Classification of Deseasses

Daftar Penyebab Penyakit

International Classification of Diseasses & Causes of Death (ICD): V/F

Diagnostic Statistical Manual of


Mental Disorder (DSM)

Diagnostic Statistical Manual of


Mental Disorder (DSM IV)

Pedoman Penggolongan & Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


(mengacu pada DSM IV dan ICD 10)

Perkembangan PPDGJ
PPDGJ I (1973), yang mengacu pada ICD 8 dan DSM II, berisi:
- Numerik: 290 – 315
316: gangguan penyesuaian
317: culture bound phenomen (exotic syndrome)
- Tanpa kriteria diagnostik
- Monoaxial diagnose
PPDGJ II (1983), mengacu pada ICD 9 dan DSM III, berisi:
- Numerik: 290 – 319
- Kriteria diagnostik +
- Multiaxial diagnose
- Kode V: pusat perhatian (aksis I)
- Culture bound: symptom

PPDGJ III, mengacu pada ICD 10 dan DSM IV, berisi:


- Alfa numerik F...
- Pedoman diagnostik +
- Multiaxial evaluation
- Culture bound dihapus

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan teoretik


dan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana
urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas):
1. F00-09 dan F10-19
2. F20-29
3. F30-39
4. F40-49
5. F50-59
6. F60-69
7. F70-79
8. F80-89
9. F90-98
10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z)

Klasifikasi Gangguan Jiwa

F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik


Gangguan mental organik = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
 Gangguan fungsi kongnitif.
 Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian.
 Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir
(waham), mood dan emosi.

Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya

F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham


Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan
intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian.

F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)


Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi
(dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan
gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.
F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres

F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik

F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa


Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola
hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman
hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.

F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.

F8 Gangguan Perkembangan Psikologis


Gambaran umum
 Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak.
 Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat
dengan kematangan biologis susunan saraf pusat.
 Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak
gangguan jiwa.
Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-
spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia.

F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan
Remaja

Diagnosis Multiaksial
a) Aksis I:
- Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89,
F90-98, F99).
- Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
b) Aksis II:
- Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptif, mekanisme
defensi maladaptif)
- Retardasi Mental (F70-79)
c) Aksis III
- Kondisi Medik Umum
d) Aksis IV
- Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan sosial, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
e) Aksis V
- Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91   gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi.
90-81     gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa.
80-71     gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social.
70-61     beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum baik.
60-51     gejala dan disabilitas sedang.
50-41     gejala dan disabilitas berat.
40-31     beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
30-21     disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang.
20-11     bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri.
10-01     persisten dan  lebih serius.
0            informasi tidak adekuat

Tujuan diagnosis multiaksial


 Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan
outcome.
 Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan
informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan
heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama.
 Penggunaan model bio-psiko-sosial.

a. macam-macam hendaya
1. Hendaya psikososialgangguan hubungan sosial dia dengan
orang lain. Contohnya mengurung diri, diam, suka ngamuk.
2. Hendaya perawatan diri  minimal tidak toilet tryning,
ngompol atau gak bisa buang air kecil pada tempatnya, gak
mau makan, gak pake baju.
3. Hendaya pekerjaan  tidak produktif, contohnya tadinya
bisa bekerja jadi tidak bisa bekerja, dulu nyapunya bersih
sekarang nyapunya tidak bersih
4. Hendaya pemanfaatan waktu luang mengurung diri,
bengong
WAHAM
Adl suatu keyakinan atau pikiran yg salah karena bertentangan dg
kenyataan
Sifat atau ciri2 waham :
1. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri atau egosentris
2. Selalu bertentangan dengan realitas
3. Selalu bertentangan dg logika
4. Penderita percaya 100% terhadap kebenaran pikiran
5. Tidak dpt dirubah oleh orang lain, sekalipun dg jalan yg logis dan
rasional
Jenis – jenis waham :
 Waham dikejar : penderita merasa dikejar2 olah orang lain
 Waham curiga : penderita merasa selalu di sindir oleh orang
lain.
 Wahampersekutorik : penderita merasa diganggu, ditipu atau
disiksa oleh orang lain
 Waham curiga : pasien merasa selalu disindir oleh orang lain
(curiga terhadap sekitar, cth : orang lain tersenyum, tetapi diartikan spt
menyindir dirinya)
 Waham cemburu : pasien merasa sll cemburu pd orang lain, cth
: penderita sll cemburu dg pasangannya (berlebihan)
 Waham hipokondria : keprihatinan yg berlebihan ttg kesehatan
pasien yg didasarkan bukan pd patologi organic yg nyata.
 Waham somatic : keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuh
pasian, cth : keyakianan bahwa otak penderita mencair, jantung bocor²

Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP

HALUSINASI
Adl persepsi panca-indra tanpa rangsangan pd reseptor2 panca indra
(persepsi tanpa obyek)
a. Mrpkan gejala psikiatrik yang gawat (serius), halusinasi pendengaran
sering dijumpai pd skizofrenia, halusinasi visual sering pd penderita dg
psikosa yang akut
b. Dapat terjadi pada orang normal : halusinasi hypnagogik
c. Jenis2 halusinasi :
1. Halusinasi pendengaran (Akustik)
Sering berbentuk :
 Akoasma : suara2 yg kacau tapi tidak bisa dibedakan secara
tegas
 Phonema : suara2 tg berbentuk suara jelas, spt yang berasal
sari mns, shg menderita mendengar kata2 atau kalimat2 ttt.

2. Halusinasi penglihatan (visuil)


 Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut
 Khas bnyk dijumpai pd keadaan Delirium ok penyakit infeksiakut
atau psikosa organic.

3. Halusinasi olfaktorik (pembauan)


 Sering didapatkan pd keadaan skizofrenia n keadaan lesi dr lobus
temporalis

4. Halusinasi gustatorif (rasa-lidah/pengecap)


 Halusinasi gustatorif Murni jarang ditemukan, seringnya ditemui
bersama dg Halusinasi olfaktorius

5. Halusinasi taktil (perabaan)


 Sering dijumpai pd keadaan toksik, mis : delirium tremens n jg pd
adiksi kokain.

6. Halusinasi haptik
 Mrpkan swtu persepsi, seolah2 tbh sndr
bersentuhan/bersinggungan scr fisik dg mns lain atau benda lain

7. Halusinasi kinestetik
 Penderita merasa bhw anggota tubuhnya terlepas dr tbhnya,
mengalami perubahan bntk n bergerak sndr.
 Sering dijmpai pd skizofrenia n keadaan2 toksik. Jg keracunan
mescalin psilocybin n d-LSD-25

8. Halusinasi autoskopi
 Penderita seolah2 melihat dirinya dihadapinya²

Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP

Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan halusinosis
organic
Ggn. Mental Sindroma waham organic
Organik Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan Sindroma
Putus Zat

Gangguan
Psikotik

Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Gangguan Paranoid
Ggn. Psikotik
Psikosis Non Organik lainnya
Fungsional

Ilmu Kedokteran Jiwa W.M. Roan

PSIKOSIS (PSIKOTIK) adalah suatu kondisi ggn jiwa/mental “berat” ditandai dg


hilangnya daya nilai realita dan ggn fungsi mental lain (halusinasi,waham
inkoherensi, konfusi, disorientasi, ggn ingatan, peri - laku teragitasi dll) serta
tdpt hendaya berat dlm fung- si global penderita, spt fgs: peran, sosial dan
pribadi.
DSM-IV termasuk ggn jiwa psikotik:
ggn perkembangan pervasif, ggn skizofrenia, ggn skizofreniform, ggn
skizoafektif, ggn delusianal ( waham), ggn psikotik akut, ggn psikotik krn
kondisi medis umum, ggn psikotik akibat zat, ggn psikotik ytt dan ganguan
mood berat dg ciri psikotik
NEUROSIS (NEUROTIK) adalah ggn jiwa non psikotik cenderung kronis atau
rekuren yg ditandai terutama oleh kecemasan yg dialami atau diekspresikan scr
langsung atau diubah melalui mekanisme pertahanan, kecemasan dpt tampak
sbg gejala (obsesi, kompulsi, fobia) atau disfungsi (astenia, impotensi) dll.

Skizofrenia
PPDGJ III skizofrenia adalah:
suatudeskripsi sindrom dg variasi penyebab dan per jalanan penyakit yg
luas serta sejumlah akibat yang tergantung pd perimbangan pengaruh
genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh pe-
nyimpangan yg fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi
serta oleh afek yg tidak wajar atau tumpul, kesadaran yg jernih dan
kemampuan intelektual biasanya terpelihara, kemunduran kognitif
tertentu dpt berkembang kemudian.

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan membebani


masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikan dengan
disorganisasi pikiran, perasaan, dan perilaku (Lenzenweger & Gottesman,
1994)
System limbic (amigdala, hipokampus, gyrus parahipokampus)pusat
patofisiologi skozofrenia
Sejarah :
o Emil Kraepelin
 Demensia prekokssuatu gangguan proses kognitif yang
jelas (demensia) dan onset yang awal
(prekoks)mengalami perjalanan jangka panjang yang
memburuk dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan
waham.
o Eugen Bleuler
 Skizofrenia menggantikan demensia prekoksperpecahan
(schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku
 Bedanya : perjalanan yang memburuk tidak diperlukan
dalam konsep skizofrenia, seperti pada demensia prekoks.
 Gejala fundamental (primer)4 Aasosiasi (asosiasi
longgar), afektif, autism, ambivalensi
 Gejala pelengkap (sekunder)halusinasi, dan waham
o Gabriel Langfeldt
 Pasien dengan gejala psikotik berat dibagi menjadi dua
kelompokskizofrenia sesungguhnya dan psikosis
skizofreniform
 Skizofrenia sesungguhnya (nuclear
skizofrenia)depersonalisasi, autism, penumpulan emosi,
onset yang perlahan-lahan, derealisasi
Etiologi
o Model diastesis-stres
 Integrasi antara factor biologis, psikososial, dan lingkungan
 Seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh
lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan
perkembangan gejala skizofrenia
o Factor biologis
 Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah
struktur limbic, lobus frontalis, dan ganglia basalis
 Hipotesis dopamineskizofrenia disebabkan terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergikterlalu banyaknya
pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine,
atau kombinasi mekanisme tsb
 Traktus dopaminergik dalam system saraf pusat :
 Traktus nigrostriatalgejala motorik, mood
 Traktus mesolimbik-mesokortikalemosi
 Traktus tuberoinfundibularinhibisi prolaktin
hipofifi anterior
 Peningkatan aktivitas serotonin, norepinefrin, hilangnya
GABA
 Penurunan ukuran daerah amigdala, hipokampus, gyrus
parahipokampus
 Gangguan pada ganglia basalistimbulnya gerakan-
gerakan aneh
o Genetika
o Factor psikososial
Diagnosis
Simptom skizofernia dibagi dalam 5 dimensi :
1. Simptom positif
Menggambarkan fungsi normal yg berlebihan dan khas, meliputi waham,
halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan perilaku katatonia atau agitasi.
2. Simptom negatif
Ada 5 tipe gejala →
Affective Flattening : ekspresi emosi yg terbatas, dalam rentang dan
intensitas.
Alogia : keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan
produktivitas.
Avolition : keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan.
Anhedonia : berkurangnya minat dan menariki diri dari seluruh aktivitas
yg menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita.
Gangguan atensi : penurunan fungsi normal pada penderita skizofernia
seperti afek tumpul, penarikan emosi (emosional withdrawal).
3. Simptom kognitif
Yg paling berat dan paling sering →
Ganngguan verbal fluency
Ganngguan serial learning
Ganngguan dalam vigilance
Ganngguan eksekutif
4. Simptom agresif dan hostile
Tumpang tindih dgn simptom positif. Menekankan pd masalah
pengendalian impuls. Hostilitas pd SKZ berupa penyerangan secara fisik
aau verbal terhadap org lain.
5. Simptom depresi dan anxious

Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut DSM IV-TR


A. Terdapat 2 atau lebih gejala di bawah ini selama satu bulan atau kurang dari
sebulan jika pengobatan berhasil.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Simptom negatif contohnya afek datar, alogia atau avolition
Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre atau halusinasi dengar
berupa mengkomentari perilaku pasien ( commentary) atau dua atau lebih
suara yang berbicara (voices conversing).
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan
C. Durasi: gangguan terus menerus selama 6 bulan
D. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood
E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum
F. Jika terdapat gangguan perkembangan pervasif, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol.

SUBTIPE SKIZOFRENIA MANURUT DSM-IV TR


1. Tipe Katatonik
Terdapat 2 atau lebih gejala berikut ini:
a. Immobilitas motorik (berupa katalepsi, waxy fleksibilitas, atau stupor)
b. Aktivitas motorik yang berlebihan, tetapi tidak memiliki tujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
c. Negativisme yang ekstrim, mutisme.
d. Gerakan volunter yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh posturing,
gerakan stereotipik, manerisme atau grimacing (seringai) yang menonjol.
e. Ekolalia atau ekopraksia.

2. Tipe Disorganisasi (Hebrefenik)


Semua criteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Menonjolnya disorganisasi bicara dan perilaku, afek datar atau afek tidak
sesuai.
b. Criteria skizofrenia tipe katatonik tidak terpenuhi.

3. Tipe Paranoid
Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Preokupais dengan waham atau halusinasi dengar yang menonjol.
b. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.

4. Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated Typed)


Tidak memenuhi criteria untuk tipe paranoid, disorganisasi, ataupun tipe
katatonik.

5. Tipe Residual
a. Tidak terdapat waham, halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku
katatonik atau disorganisasi yang menonjol.
b. Terdapat terus-menerus gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya
gejala negative atau dua atau lebih gejala dari criteria a menuruit DSM IV-
TR dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan (misalnya keyakinan
yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

6. Skizofrenia Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana)


Criteria diagnostic menurut DSM-IV TR:
a. Perkembangan yang bersifat progresif dan sudah beerlangsung minimal 1
tahun, dapat berupa:
1. Penurunan yang nyata dalam fungsi pekerjaan atau akademik
2. Penampakan dan pendalaman secara bertahap dari simpton negative
3. Rapport interpersonal yang buruk, isolasi social atau penarikan social
b. Criteria a untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III (F20)


1. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala yang amat jelas (biasanya 2 atau lebih
gejala kurang jelas atau kurang tajam), dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Though echo, though insertion atau withdrawal, atau though
broadcasting
b. Delusion of control, delusion of influence atau delusionof passivity
c. Halusinasi suara (berupa komentar terus-menerus atau mendiskusikan
tentang pasien).
d. Waham menetap jenis lain yang tidak sesuai dengan budaya.
2. Minimal terdapat ua gejala dari gejala-gejala di bawah ini, apabila semua
gejala di atas tidak ditemukan yaitu:
e. Halusinasi yang menetap
f. Arus pikir terputus atau mengalami sisipan sehingga inkoheren atau
pembicaraan yang tidak relevan
g. Perilaku katatonik
h. Gejala negative
3. Gejala-gejala tersebut di atas (gejala a,b,c,d,e,f,g,h) khas dan berlangsung 1
bulan atau lebih. Kriteria ini tidak dapat digunakan apabila penderita masih
fase prodromal dari skizofrenia.
4. Skizofrenia tidak dapat ditegakkan jika terdapat: gejala-gejala depresif atau
manic secara luas, penyakit otak yang nyata atau epilepsi (penyakit otak
lain), intoksikasi atau withdrawal zat.
5. Apabila gejala skizofrenia dan gejala afektif bekembang bersama-sama secara
seimbang dan sama banyak maka gangguan tersebut dikenal dengan
Gangguan skizoafektif.

Tipe Skizofrenia menurut PPDGJ III


1. Tipe Paranoid (F20.0)
a. Merupakan tipe skizofrenia yang paling sering ditemukan.
b. Gambaran klinisnya didominasi oleh waham stabil disertai halusinasi dan
gangguan persepsi.
c. Kriteria diagnosis:
 halusinasi atau waham harus menonjol
 gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik yang tidak nyata
 halusinasi pendengaran (berupa ancaman atau perintah terhadap
pasien), atau halusinasi tanpa bentuk verbal seperti bunyi peluit,
mendenggung atau bunyi tawa. Halusinasi penciuman atau
pengecapan rasa atau bersifat seksual.
 Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi, passivity atau kejar.
2. Tipe Hebefrenik (F20.1)
 Perlu observasi selama 2 sampai 3 bulan untuk melihat apakah gejala-
gejala tersebut tetap bertahan atau tidak.
 Terdapat gangguan afektif, dorongan kehaendak, dan gangguan proses
piker yang menonjol.
 Cirri khas adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud ( empty of
purpose).
3. Tipe Katatonik (F20.2)
a. Jarang ditemukan
b. Criteria diagnosis:
 Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia
 Terdapat 1 atau lebih gejala berikut: stupor atau mutisme,
kegelisahan, posturing, negativism, rigiditas, waxy fleksibilitas, atau
command outomatisme.
c. Apabila pasien tidak komunikatif sementara diagnosis ditunda dulu.
4. Tipe Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)
Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia, tetapi tidak memenuhi criteria tipe
paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau paska skizofrenia.
5. Tipe Residual (F20.5)
a. Tipe ini merupakan stadium kronis dari skizofrenia.
b. Kriteri diagnosis:
 Gejala negative skizofrenia yang menonjol
 Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lalu yang
memenuhi criteria skizofrenia
 Paling sedikit melampaui kurun waktu satu tahun, intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata sangat berkurang dan telah menimbulkan
sindrom negative.
 Tidak terdapat dimensia, penyakit otak organic atau depresi kronis.
6. Tipe Simpleks (F20.6)
a. Simpton negative bersifat berlahan-lahan tetapi progresif.
b. Tidak terdapat waham atau halusinasi
c. Kurang nyata gejala psikotik jika dibandingkan dengan skizofrenia tipe
lain
d. Simpton negative timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala psikotik yang
nyata.
7. Tipe Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4)
a. Skizofrenia sudah berlangsung selama 12 bulan (I tahun)
b. Gejala skizofrenia masih tetap ada
c. Terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan mengganggu,
memenuhi episode depresif dan berlangsung minimal 2 minggu.

Pola perjalanan skizofrenia menurut PPDGJ III dengan kode lima karakter:
F20.X.0 : berkelanjutan
F20.X.1 : episodic dengan kemunduran progresif
F20.X.2 : episodic dengan kemunduran stabil
F20.X.3 : episodic berulang
F20.X.4 : remisi tidak sempurna
F20.X.5 : remisi sempurna
F20.X.8 : lainnya
F20.X.9 : periode pengamatan kurang 1 tahun
Kriteria diagnostik lain :
i. HARUS ADA SEDIKITNYA 1 GEJALA:
a. - THOUGHT ECHO isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dlm kepalanya dan isi pikiran ulangan, walopun isinya
sama tapi kualitasnya berbeda.
- THOUGHT INSERTION OR WITHDRAWAL isi pikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya atau isi pikiran diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
- THOUGHT BROADCASTING isi pikirannya tersiar keluar shg orang
lain / umum mengetahuinya.
b. - DELUSION OF CONTROL waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan ttt dari luar.
- DELUSION OF INFLUENCE waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan ttt dari luar.
- DELUSION OF PASSIVITY waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
- DELUSION PERCEPTION pengalaman inderawi yang tak wajar, yg
bermakna khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik / mukjizat.
c. HALUSINASI AUDITORIK:
- suara halusinasi yg berkomentar terus menerus trhdp perilaku pasien.
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. waham menetap jenis lain , yg menurut budaya setempat tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil
ii. PALING SEDIKIT 2 GEJALA:
a. halusinasi yg menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide2
berlebihan yang menetap atua apabila terjadi setiap hari selama
berminggu2/berbulan2 terus menerus
b. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang
berakibat inkoheren atau pembicaraan yang relevan, atau neologisme
c. perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh ttt atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme atau stupor
d. gejala2 negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan soaial dan menurunnya
kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

iii. adanya gejala2 khas tersebut diatas telah berlangsung selama


kurun waktu 1 bulan/>
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan , tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
PENANGANAN
Non farmakologi
 Dukungan psikososial sangat penting
 30 % orang yang hanya diterapi dengan antipsikotik akan memiliki gejala
sisa seperti tidak memiliki motivasi, terisolasi dan rusak fungsi sosialnya.
 Intervensi psikososial intinya pada pemberian penghargaan diri dan
kepuasan hidup.
 Beberapa pendekatan psikososial yang baik adalah:
i. SST (Social Skills Training)
ii. CBT (Cognitive Behavioral therapy),
iii. CR ( Cognitive Remediation)
Farmakologi
 Penanganan farmakologi sangat berbeda untuk tiap individu.
 Mekanisme kerja memblokade dopamin pada reseptor paska sinap
neuron otak kususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(dopamin r. antagonis). Utk Antipsikosis baru atau atipikal disamping pd
r.dopamin juga thd reseptor lain: serortonin, histamin, alfa adrenergik dll.
 Farmakokinetik :
o Po-parenteral absorbsi baik, distribusi ke seluruh jaringan dan
sistem organ.
o Waktu paruh rata-rata 24 jam (12-26) jam.
o Kadar puncak dlm plasma 2-6 jam Po
o 30 menit parentral. Dpt menembus sawar darah otak dan
berikatan dg protein plasma.
o Metabolisme dlm hepar, metabolitnya memiliki aktivitas
neuroleptik bervariasi.
o Ekskresi melalui urin, feces, keringat, asi, saliva dan air mata.
 Indikasi :
o Ggn psikosis organik dan fungsional
o Ggn mood/afektif (fase mani, cemas)
o Ggn kepribadian
o Ggn tingkah laku Ansiolitik, antiemetik
 Kontra indikasi
o Penderita hipersensitif
o Parkinsonisme/ggn ektrapiramidal
o Depresi endogen, depresi berat Keadaan koma, delirium
o Sindroma neuroleptik malignan
o Ggn berat faal hati,ginjal
o Depresi sumsung tulang,
o ggn darah Kehamilan dll.
 Efek samping
o Sedasi dan inhibisi psikomotor
o Ggn otonomik:
o hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, ggn
miksi-defekasi, tio meningkat – mata kabur, hidung tersumbat,
ggn irama jantung
o Ggn ekstrapiramidal: distonia, hipertonia, akatisia, sindrom
parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas)  apabila ada efek
samping di ekstra piramidal, diberi
o Ggn endokren (amenore, galaktore, ginekomastia), ggn metabolik
(joundice), ggn hematologik ( leukopenia, agranulositosis)

Anda mungkin juga menyukai