Anda di halaman 1dari 20

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FAKULTASKEDOKTERAN 2021

LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTASKEDOKTERAN UNISSULA
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas
bimbingan dan juga nikmat yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Buku
Petunjuk Praktikum Fisiologi edisi keempat ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan pada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi ini dapat diselesaikan
berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada :

1. dr. H. Setyo Trisnadi, Sp.KF., S.H. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.

2. Dr. dr. Hadi Sarosa, M.Kes., dr. Fikri Taufiq, M.Si.Med, Ph.D., dr. Nura Eky
Vikawati, M.Si.Med., dr. Herlin Ajeng Nurrahma, M.Biomed., dan dr. Intan Tri
Hardini selaku dosen fisiologi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,
masukan dan dukungan sehingga buku petunjuk praktikum ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami berikan kepada dr. F.X.
Arryanto Hadiwidjaja dan dr. H. Muhtarom, M.Kes atas dedikasi, arahan, bimbingan
dan masukan yang beliau berikan selama masa hidupnya selaku dosen bagian
Fisiologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, semoga amal ibadah beliau
diterima disisi-Nya.

3. dr. Andy Mardany atas bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan sehingga
buku petunjuk praktikum fisiologi ini dapat selesai dengan baik.

4. dr. Rivan Danu Aji, dr. Irma Zaimatunduniah, dr. Hadi Kurniawan, dr. Ophie Indria
Desanti, dkk Asisten senior kami yang telah memberikan inspirasi dalam pembuatan
buku petunjuk praktikum ini.

5. dr. Ferry Arrochman, dr. Riana, dr. Fera, dr. Dewi, dr. Khamid, dr. Yossi, dr. Rina, dr.
Lin, dr. Ucay, dr. Shigit, dr. Tika, dr. Della, dr. Rino, dr. Arfik, dr. Lita, dr. Andi, dr.
Andin, dr. Alip atas kerjasama, masukan dan pengorbanan yang telah diberikan demi
selesainya buku petunjuk praktikum ini. Semoga semangat yang telah ada akan tetap
ada dan tidak pernah pudar karena kita adalah keluarga sekaligus tim terbaik.

6. Assisten Fisiologi angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 yang
telah membantu dalam memperkaya isi dari Buku Petunjuk Praktikum ini. Semoga

ii
usaha dan kerja keras kita berguna untuk Laboratorium Fisiologi dan disiplin ilmu
lainnya.

7. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, atas bantuannya yang telah
diberikan samapai buku petunjuk praktikum fisiologi ini selesai.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku petunjuk praktikum Fisiologi ini masih jauh
dari sempurna. Karena itu kritik dan saran membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.

Akhir kata kami berharap semoga buku petunjuk praktikum Fisiologi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, Juli 2021

TIM PENYUSUN dan ASISTEN FISIOLOGI

iii
TIM PENYUSUN

dr. H. Muhtarom, M.Kes


Dr. dr. H. Hadi Sarosa, M.Kes
dr. Hesri Rochmad, M.Kes
dr. Andy Mardhani
dr. Ferry Arrochman
dr. Yosyi Ohktara
dr. Ninik Dwi Indarti
dr. Ucy Nadjmiyah
dr. Ady Sigit Saputra
dr. Imama Delafri
dr. Swastika Widiastuti
dr. Arfik Setyaningsih
dr. Rino Aryanto Marswita
dr. Kinanti Narulita Dewi
dr. Andi Kuswara Permana
dr. Andina Chrisnawati
dr. Alip Sudarmono

iv
DAFTAR NAMA ASISTEN FISIOLOGI

Angkatan 2004
1. dr. Alip Sudarmono
2. dr. Andina Chrisnawati
3. dr. Dwi Novitasari
4. dr. Fikri Taufiq
5. dr. Haryo Setio Utomo
6. dr. Fika Jati Kusuma

Angkatan 2005
1. dr. Arum Dina Kusuma A
2. dr. Cahyo Kusuma Wijaya
3. dr. Hartantu
4. dr. Rini Aryani

Angkatan 2006

1. dr. Adhisti Prihastuti


2. dr. Dwi Apriyanti
3. dr. M, Zulfahmi Akbar
4. dr. Muhammad Zuldan Karamy
5. dr. Norina Agatri
6. dr. Noviana Mar'atus Sholihah
7. dr. Oktantia Dyah Rahmawati

v
Angkatan 2007

1. dr. Absharina Marini Sabila


2. dr. Alfi El Farisza,
3. dr. Alifah El Farisza, S. Ked
4. dr. Duita Eka Sari
5. dr. M. Aziz Rosidi
6. dr. Noven Afiyata Nugraha

Angkatan 2008

1. dr. Anggi Pratiwi


2. dr. Chairunisa Anggraini
3. dr. Herlin Ajeng Nurrahma
4. dr. Hevpy Lestari Imron
5. dr. Rinaldi Sobli
6. dr. Rizky Mukti Sejati
7. dr. Wuri Puspita Rani
8. dr. Yulia Arisna Triwi

Angkatan 2009

1. dr. Adhyaksa Mahardika


2. dr. Bambang Adi S.
3. dr. Dimas Aditya Wahyu Pamuji
4. dr. Lusi Prastiwi
5. dr. Noor Hanggraini K.
6. dr. Rika Putri Ambasari
7. dr. Teguh Pambudi,

vi
Angkatan 2010

1. dr. Ardanti Putri


2. dr. Bayu Aji Adinugroho
3. dr. Ginanto Auzan A.
4. dr. Hilma Fitria N. F.
5. dr. Ritma Inggrid S.
6. dr. Satrio Ponco Aji N.

Angkatan 2011

1. dr. Alfian Kusuma S.


2. dr. Ahmilatul Silmi
3. dr. Bayu Winoto
4. dr. Efendi Agnilinia
5. dr. Heavin Rahkmat S.
6. dr. Nadya Noor F.
7. dr. Ussisti Aladini
8. dr. Vicky Novitasari

Angkatan 2012

1. dr. Ainun Nafis Dwi Rahmadani


2. dr. Eka Ria Meydawati
3. dr. Juan Kusuma Dias Pratana
4. dr. Kartika Yoga Iswara
5. dr. Mohamad Reza Hendratmoko
6. dr. Nurvitriana Galuh Puspita
7. dr. Musa Haidar Azinuddin

vii
Angkatan 2013

1. dr. Ayu Elita Sari


2. dr. Camelia Nadifah
3. dr. Ika Yuni Nurlistiowati
4. dr. Lupita Maharani
5. dr. Mira Ramdian Ningsih
6. dr. Muamar Aulia Gadafi
7. dr. Muhammad Taufiq Reza

Angkatan 2014

1. dr. Aditya Reza Prianugraha


2. dr. Adli Ilham Akbar Hafidz
3. dr. Aghna Husada Ningtyas
4. dr. M. Aulady Rifki Kamal
5. dr. Muhammad Charis Mawardi
6. dr. Primaswari Annisa Febriana
7. dr. Tifani Viandra Devi
8. dr. Tomy Resky Sandriya

Angkatan 2015
1. Ahmad Setyo Abdi, S.Ked
2. dr. Annesa Saraswati
3. Firzan Danang Wisesa, S.Ked
4. dr. Helmia Fitri Nurul Aini
5. dr. Melinda Angelin
6. dr. Muhammad Rizki Triono
7. dr. Prisselya Anisa

viii
Angkatan 2016

1. Aghnia Aulia Mochtar, S.Ked


2. Boga Dumasela, S.Ked
3. Dea Dickyta Wais Al Qorni W., S.Ked
4. Khotifah Haning M. S., S.Ked
5. Nasia Gustina, S.Ked
6. Nur Aini Rahmawati, S.Ked
7. Saskia Oktaviani Puteri, S.Ked

Angkatan 2017

1. Adinda Aurellya, S.Ked


2. Bagas Adi Nugraha, S.Ked
3. Candra Muhammad Yusuf H., S.Ked
4. Iola Clara Marela, S.Ked
5. Khairunnisa Nuraini, S.Ked
6. Riefky Ikhsan Pratama, S.Ked
7. Safira Amalia Suratno, S.Ked
8. Safira Risqiana, S.Ked

ix
KESEIMBANGAN

A. TELINGA

Tujuan Praktikum Keseimbangan :


1. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori tentang fisiologi keseimbangan di telinga.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan keseimbangan.

Dasar Teori
A. Anatomi Telinga
Telinga mempunyai reseptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik yaitu
a. Pendengaran oleh N. Cochlearis
Telinga di bagi menjadi 3 bagian:
1. Telinga luar
 Auricula :
Daun telinga yang berfungsi untuk Mengumpulkan suara yang diterima
 Meatus acusticus externus :
Lubang telinga untuk Menyalurkan/meneruskan suara ke canalis auditoris
externus
 Canalis auditorius externus:
Liang telinga untuk Meneruskan suara ke membran timpani
 Membran timpani:
Gendang telinga untuk mengubah gelombang udara menjadi gelombang
mekanik, berfungsi sebagai resonator
2. Telinga tengah
 Tuba auditorius ( tuba eustachii)
Menghubungkan pharyng dengan cavum nasopharing , untuk :
- proteksi : mellindungi dari kuman
- drainase : pengeluaran cairan
- aerofungsi : menyamakan tekanan luar dan dalam
 Tulang pendengaran : maleus , inkus dan stapes
Berfungsi memperkuat gerakan mekanik dari membran timpani untuk
diteruskan ke foramen ovale pada koklea , shingga perilimfe pada skala
vestibuli akan berkembang
3. Telinga dalam
Bagian reseptor pendengarann
 Koklea :
- skala vestibuli : mengadung perilimfe
- skala media : mengandung endolimfe
- skala timpani : mengandung perilimfe
 Organo corti
Mengandung sel-sel rambut, yang merupakan rseptor pendengaran di membran
basilaris

b. Keseimbangan oleh N . Vestibularis


 canalis semisirkularis

10
 utriculus
 sacculus

B. Keseimbangan / vestibular
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi dari ketiga reseptor tersebut akan diolah oleh sistem
saraf pusat sehingga menggambarkan posisi tubuh pada sat itu.

Labirin terdiri dari labirin statik dan kinetik. Labirin statik terdiri atas utrikulus
dan sakulus yang memiliki pelebaran, dimana didalamnya terdapat makula. Pada makula
ini terdapat sel sel reseptor keseimbngann. Labirin kinetik terdiri dari 3 kanalis
semisirkularis yang masing masing memiliki pelebaran yang berhubungan dengan
utrikulus. pelebaran kanalis ini disebut ampula, dimana didalamnya terdapat krista
ampularis yang tersusun atas sel sel reseptor keseimbangan. Kedua labirin ini merupakan
labirin membaran yang di luarnya terdapat labirin tulang.

Organ vestibuler berfungsi sebagai trancluser biologis pada yang mampu


mengubah energi mekanik pada otolit (utrikulus) dan gerakan endolim pada kanailis
semisirkularis menjadi energi biolistrik. Energi ini akan diteruskan oleh serabur sarah
sensorik (N VIII) menuju SSP sehingga memberikan informasi tentang posisi tubuh
akibat persepatan lurus maupun percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi
informasi mengenai gerak dan posisi tubuh yang sedang berlangsung.

Dalam menjaga keseimbangan tubuh, sistem vestibuler berhubungan dengan


sistem yang lain diantaranya sistem gerak (lokomosi), penglihatan dan sistem saraf pusat
dan sistem saraf otonom. Gangguan pada sistem vestibuler dapat menimbulkan gejala
pada sistem yang berhubungan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo yang disertai
rasa mual dan muntah, bradikardi/takikardi dan keringat dingin.

Vertigo adalah perasaan / sensasi berbutar (penderita secara subyektiv merakan


bahwa bends yang ads dosekitarnya berputar mengelilingi tubuhnya).
a. Uji Fungsi Keseimbangan
1. Uji Fungsi Vestibuler
a) UJI / TES ROMBERG
Adalah suatu tes yang tepat untuk mendiagnosis ataxia sensoris, yaitu suatu
gangguan berjalan (gait disturbance) yang disebabkan karena abnormalitas propioseptif
tentang lokasi sendi. Tes ini merupakan tes yang akurat dan sensitif untuk mengukur
derajat disekuilibrium yang disebabkan karena vertigo sentral, perifer, ataupun trauma
kepala.

Tujuan Tes Romberg:

Tes ini digunakan untuk menunjukan pengaruh dari columna vertebra posterior
ketika mengontrol postur tubuh ketika berdiri. Penyakit kolumna vertebra posterior
melibatkan kerusakan spesifik pada columna posterior dikenal sebagai neurosifilis tabes

11
dorsalis. Tes ini digunakan untuk penilaian klinis pasien dengan disekulibrium atau ataxia
karena penyakit sensorik dan motorik.

Seorang pasien dengan gangguan proprioseptif (somatosensorik) masih dapat


mempertahankan keseimbangan dengan kompensasi dari visual dan vestibular. Pada tes
romberg, pasien diminta untuk berdiri tegak dan menutup mata. Tes romberg positif
ditunjukan dengan hilangnya keseimbangan.

Tes romberg pertama kali dideskripsikan oleh Romberg untuk suatu kondisi tabes
dorsalis pada tahun 1846. Dahulu tes Romberg memang digunakan untuk mendeteksi
neurosifilis dengan kerusakan kolumna vertebrae posterior namun saat ini kasus tersebut
cenderung jarang. Masih terdapat beberapa orang dengan penyakit kolumna vertebrae
posterior karena defisiensi B12 atau mereka dengan gangguan sensori seperti penyakit
ganglion akar dorsal. Walaupun pemeriksaan ini sederhana, namun penting kiranya untuk
pertama kali menilai aspek gangguan keseimbangan lainnya dengan maksud untuk
menyingkirkan faktor perancu yang dapat menghasilkan positif palsu.

Saat ini ada 4 varian utama tes Romberg dengan beragam tingkat kesulitannya:

Tes Tingkat kesulitan


Eyes open regular (EORR) Easy
Eyes closed regular (ECRR) Harder
Eyes open tandem (EOTR) Harder yet
Eyes closed tandem Very difficult
(ECTR)

Gambar. Tes Romberg Tandem.

Tes Romberg-tandem lebih sulit dan lebih menurunkan input proprioseptif. Ketika
pemeriksaan ini dikombinasi dengan mata-tertutup, input sensori satu-satunya adalah berasal
dari input vestibular. Sehingga kebanyakan pasien dengan gangguan vestibular bilateral yang
severe tidak akan mampu melakukan tes ECTR selama 6 detik.

Perbedaan antara tes Romberg mata terbuka dan tertutup dapat digunakan untuk
menduga kelainan cerebelar, seperti alkoholism. Pasien dengan ataxia serebelar tidak akan

12
seimbang dengan mata terbuka dan semakin tidak seimbang dengan mata tertutup. Pasien
tersebut tidak mampu menggunakan informasi sensori sebagaimana orang normal.

Cara kerja Tes Romberg Original:

Probandus berdiri (alas kaki / sepatu dilepas) dengan kedua kaki dirapatkan.
Kedua belah tangan sebaiknya dilipat di depan dada, untuk mengurangi pengaruh
faktor keseimbangan proprioseptif (dari ekstremitas atas). Pertama kedua mata
dalam keadaan terbuka, kemudian probandus menutup mata.

Tes romberg dinilai dengan menghitung berapa detik pasien mampu berdiri
dengan mata tertutup.

Interpretasi :

Orang normal akan dapat berdiri dengan tegak lebih dari 30 detik. Bila dalam
30 detik badan probandus goyang menjauhi garis tengah (ke kanan atau ke kiri) make
ada gangguan fungsi keseimbangan (Tes Romberg (+))

b) UJI / TES TANDEM GAIT (JALAN TANDEM)


Uji ini juga dapat untuk mengetahui adanya gangguan fungsi keseimbangan
sekaligus untuk membedakan apakah gangguan fungsi tersebut berasal dari
serebelum (Sistem saraf pusat) atau vestibuler (sistem saraf perifer).

Cara kerja:

Probandus berjalan lurus ke depan (tanpa alas kaki / sepatu dilepas) dengan
tumit kaki kiri / kanan diletakkan (menyentuh) ujung jari kaki kanan / kiri secara
bergantian. Kedua mata dalam keadaan terbuka.

Interpretasi :

Orang normal akan dapat berjalan lurus ke depan dan tidal menyimpang,
goyang atau jatuh. Pada kelainan vestibuler, perjalanan probandus akan
menyimpang.

Pada kelainan serebeler probandus akan cenderung jatuh.

c) UJI/TES TUNJUK BARANY (PAST POINTING TEST)


Uji ini untuk mengetahui gangguan keseimbangan vestibuler sisi kanan atau kiri.

Cara kerja:

13
Tangan kanan probandus lurus ke depan dengan jari telunjuk ekstensi. Pemeriksa
juga melakukan hal yang same dan berdiri di depan probandus, dengan jari
telunjuk pemeriksa dan probandus bersentuhan. Selanjutnya probandus disuruh
mengangkat tangan tersebut ke etas, kemudian diturunkan sampai menyentuh jari
telunjuk pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang ulang mula mula dengan kedua
mata terbuka, kemudian dengan kedua mata tertutup.

Interpretasi :

Orang normal akan dapat menyentuh jari telunjuk pemeriksa tanpa terjadi
penyimpangan. Pada kelainan vestibuler akan terjadi penyimpangan ke arah lesi
(ipsilateral)

d) UJI/ TES BERJALAN (STEPPING TES)/UJIUNTERBERGER


Uji ini untuk mengetahui adanya gangguan fungsi keseimbangan vestibuler

Cara kerja:

Probandus (tanpa menggunakan alas kaki) dengan kedua lengan lurus


kedepan disuruh berjalan di tempat sebayak 50 langkah (kurang lebih dalam 1
menit) dengan mengangkat lutut setinggi mungkin. Amati apakah ada pergeseran
ke samping dan perputaran arah.

Interpretasi:

Orang normal akan dapat berjalan dengan bail tanpa adanya pergeseran ke
samping atau perputaran arah.

Probandus mengalami gangguan keseimbangan bila tempat bergeser lebih


dari 1 meter dan. terjadi perputaran arah lebih dari 30 derajat.

Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang / berputar ke


arah lesi dengan gerakan seperti melempar cakram ( kepala dan badan berputar ke
arah lesi dengan lengan sisi lesi turun dan lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus fase lambat ke arah lesi.

2. Uji Khusus Oto-Neurologis


a) UJI DIX HALLPIKE
Uji ini bertujuan untuk menentukan apakah lesi (kelainannya) bersifat sentral
atau perifer (vertigo sentral atau perifer)

Cara kerja:

Probandus duduk di tempat tidur dengan posisi kedua tungkai lurus kedepan.
Selanjutnya penderita dibaringkan ke belkang dengan cepat, sehingga kepalanya
menggantung 45 derajat di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya

14
dimiringkan ke kanan dan ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya nertigo dan
nistagmus.

Interpretasi :

Vertigo perifer (vertigo posisional benigna) bila:

Vertigo nan nistagmus tibul 2 - 10 detik setelah rangsangan (kepala


probandus diputar), hilang dalam waktu kurang dari 1 menit setelah rangsangan,
hilang atau berkurang bila tes diulang beberapa kali.

Vertigo sentral bila

Vertigo dan nistagmus muncul sejak rangsangan dilakukan (tanpa ada


periode laten), berlangsung lebih dari 1 menit, tidak berkurang atau menghilang
meskipun rangsangan sudah diulang beberapa kali.

b) TES KALORI
Uji ini dapat membedakan adanya gangguan keseimbangan sentral (lesi di
sistem saraf pusat) / Directional preponderance dan perifer (lesi di labirin aatau N
VIII) / Canal paresis

Cara kerja:

Probandus berbaring dengan kepala fleksi 30 derajat, sehingga kanalis


semisirkularis lateral dalam posisi vertikal. Kedua telinga dirigasi bergantian
dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing masing selama 40 detik
dan jarak setiap irigasi 5 menit. Catatlah lama nistagmus yang terjadi sejak
permulaan irigasi sampai nistagmus hilang (normal 90 - 150 detik).

Interpretasi:

Normal : nistagmus benlangsung selama 90 - 150 detik

Kelainan / abnormal : nistagmus berlangsumng lebih dari 150 detik

Canal paresis :abnormalitas ditemukan pada 1 telinga,baik


setelah rangsang air dingin maupun hangat

Directional preponderance : abnormalitas ditemukan pada kedua telinga.

15
B. CEREBELLUM

Tujuan Praktikum Cerebellum


1. Mampu memahami dasar teori pemeriksaan cerebellum berupa fisiologi fungsi
cerebellum sebagai pusat keseimbangan
2. Mampu melakukan pemeriksaan neurologi dasar fungsi cerebellum

Dasar Teori
Cerebellum
Gejala pada keseimbangan akan tampak apabila terjadi kerusakan organik maupun
fungsional dari cerebellum dimana gejala tersebut dapat diamati sebelum atau sesudah
dilakukan suatu tes tertentu. Gejala-gejala yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun
letak anatomis dari kerusakan yang terjadi.
Secara fungsional, cerebellum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: vestibulocerebellum
untuk keseimbangan, spinocerebelum, dan neocerebellum. Korteks cerebellum hanya
mengandung 5 jenis neuron: sel purkinje, granular, basket, stelata, dan golgi. Cerebellum
berperan dalam penyesuaian yang dipelajari yang menyebabkan koordinasi menjadi lebih
mudah apabila suatu gerakan dilakukan berulang-ulang.
Secara sederhana, fungsi dari cerebellum adalah:
1. Fungsi koordinasi
 Beberapa otot , tulang, atau persendian harus terkoordinasi dengan baik untuk
membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara fungsional. Sebagai contoh,
untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan koordinasi berbagai macam
koordinasi dari organ seperti otot-otot laring, otot mulut, ataupun system
perrnafasan.
 Disartri adalah ketidak mampuan mengkoordinasi beberapa system tubuh
secara fungsional.
 Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang
disebut ataxia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi
karena adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan, serta arah dari gerakan.

2. Fungsi keseimbangan dan orientasi ruangan


 Seseorang yang memiliki impuls dari proprio reseptor yang terletak pada
persendian, otot, dan organ lain serta cerebellum yang berfungsi secara baik,
maka dapat melakukan keseimbangan tubuh dan mengetahui posisinya dalam
suatu ruang.
 Astereognasi merupakan ketidak mampuan tubuh untuk mengenal posisinya di
dalam suatu ruangan.
 Lintasan cerebellum afferent ke cerebellum berasal dari informasi
proprioseptik dan sensorik dari semua bagian tubuh. Selain itu afferent
cerebellum juga berasal dari semua daerah motorik korteks cerebri melalui
nukleipons. Gangguan pada keseimbangan dan orientasi ruang dapat diperiksa
secara sederhana dengan tes Romberg atau tes Adiadokokinesis.

16
3. Fungsi menghambat/damping
 Sebagian Impuls yang menuju ke cerebellum dari korteks motorik cerebri akan
dihambat/damping.
 Gangguan fungsi menghambat ini terlihat pada ketidakmampuan mengerem
/menghentikan gerakan dengan cepat pada tes Rebound atau Past Pointing
Test, dimana penderita selalu overshoot.
 Apabila seseorang ingin menunjuk kea rah titik tertentu, tetapi selalu melebihi
apa yang dituju disebut dengan overshoot.
 Ketidakmampuan untuk memperkirakan jarak disebut Disartri.
 Ciri khas lain pada kerusakan cerebellum ialah adanya intensi tremor, yaitu
tremor yang terjadi sewaktu bergerak secara volunter. Sebaliknya tremor akan
hilang bila penderita itu diam. Jadi berbeda dengan tremor diam pada
Parkinsonisme.

Alat dan Bahan :


Probandus

Cara Kerja:
Cara Kerja Pemeriksaan Fungsi Cerebellum
a. Past Pointing Test
Pada orang yang normal dapat menyentuh sesuatu berkali-kali dengan cepat
dan tepat, misalnya manyentuh hidung, menyentuh jari satu terhadap yang lain.
b. Tes Romberg
Dengan mata tertutup dan kaki dirapatkan, tangan diluruskan ke depan bila
ada kerusakan cerebellum maka orang tersebut akan jatuh ke belakang.
c. Tes Disartri
Mengucapkan kalimat yang hampir sama dan disebut secara berulang-ulang
dan cepat.pada kerusakan cerebellum tidak dapat mengucapkan dengan cepat dan
intensitas suara yang tetap, kadang-kadang keras, kadang-kadang lemah, kadang-
kadang cepat, dan kadang-kadang lambat.

d. Tes Adiadokokinesis
Secara normal orang dapat melakukan kegiatan pronasi dan supinasi secara
berulang ulang dan cepat. Bila ada kerusakan dari cerebellum maka kemampuan
untuk mengetahui posisi dari bagian tubuhnya yang bergerak tidak ada, akibatnya
gerakannya tidak teratur.
e. Tes Intense Tremor
Pada kerusakan cerebellum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat
hampir ke tempat tujuan terjadi tremor (gerakan yang cepat dan halus oleh karena
fungsi damping cerebellum hilang). Tremor terjadi terutama bila nuclei dentatus atau
brachium konjungtivum rusak. Ini khas kerusakan pada cerebellum.

17
f. Tes Rebound
Pada orang dengan kerusakan cerebellum disuruh mengkontraksikan
lengannya kuat-kuat sementara itu orang lain menahannya tetapi kemudian
melepaskan, maka lengan itu akan melayang dengan kuat sampai memukul mukanya
sendiri. Ini oleh karena kontraksi otot-otot antagonisnya tidak terjadi oleh karena
kerusakan cerebellum tersebut.

18
Daftar Pustaka

1. Sidharta P, 1985. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, PT Dian Desa, Jakarta
2. Duus P, 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC,
Jakarta
3. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-10. EGC. Jakarta.
4. Soedjak Sardjono, ett all. 2000. Teknik pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan.
Jakarta: EGC
5. Soepardi E.A, Iskandar N., 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher, edisi kelima. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
6. https://www.dizziness-and-balance.com/practice/Romberg%20test.html
7. https://www.physio-pedia.com/Romberg_Test
8. Tortora, Gerard J dan Bryan Derrickson. 2012. Principle of Anatomy and Physiology.
USA: John Wiley and Sons Inc.
9. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Edisi ke-11. EGC. Jakarta
10. PhysioEx 9.1 Manual book guideline for Dry Lab Physiology.
11. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
12. Buku Petunjuk Praktikum Bagian Fisiologi Cetakan 2015

19

Anda mungkin juga menyukai