FAKULTASKEDOKTERAN 2021
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTASKEDOKTERAN UNISSULA
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas
bimbingan dan juga nikmat yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Buku
Petunjuk Praktikum Fisiologi edisi keempat ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan pada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi ini dapat diselesaikan
berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada :
1. dr. H. Setyo Trisnadi, Sp.KF., S.H. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
2. Dr. dr. Hadi Sarosa, M.Kes., dr. Fikri Taufiq, M.Si.Med, Ph.D., dr. Nura Eky
Vikawati, M.Si.Med., dr. Herlin Ajeng Nurrahma, M.Biomed., dan dr. Intan Tri
Hardini selaku dosen fisiologi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,
masukan dan dukungan sehingga buku petunjuk praktikum ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami berikan kepada dr. F.X.
Arryanto Hadiwidjaja dan dr. H. Muhtarom, M.Kes atas dedikasi, arahan, bimbingan
dan masukan yang beliau berikan selama masa hidupnya selaku dosen bagian
Fisiologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, semoga amal ibadah beliau
diterima disisi-Nya.
3. dr. Andy Mardany atas bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan sehingga
buku petunjuk praktikum fisiologi ini dapat selesai dengan baik.
4. dr. Rivan Danu Aji, dr. Irma Zaimatunduniah, dr. Hadi Kurniawan, dr. Ophie Indria
Desanti, dkk Asisten senior kami yang telah memberikan inspirasi dalam pembuatan
buku petunjuk praktikum ini.
5. dr. Ferry Arrochman, dr. Riana, dr. Fera, dr. Dewi, dr. Khamid, dr. Yossi, dr. Rina, dr.
Lin, dr. Ucay, dr. Shigit, dr. Tika, dr. Della, dr. Rino, dr. Arfik, dr. Lita, dr. Andi, dr.
Andin, dr. Alip atas kerjasama, masukan dan pengorbanan yang telah diberikan demi
selesainya buku petunjuk praktikum ini. Semoga semangat yang telah ada akan tetap
ada dan tidak pernah pudar karena kita adalah keluarga sekaligus tim terbaik.
6. Assisten Fisiologi angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 yang
telah membantu dalam memperkaya isi dari Buku Petunjuk Praktikum ini. Semoga
ii
usaha dan kerja keras kita berguna untuk Laboratorium Fisiologi dan disiplin ilmu
lainnya.
7. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, atas bantuannya yang telah
diberikan samapai buku petunjuk praktikum fisiologi ini selesai.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku petunjuk praktikum Fisiologi ini masih jauh
dari sempurna. Karena itu kritik dan saran membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.
Akhir kata kami berharap semoga buku petunjuk praktikum Fisiologi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iii
TIM PENYUSUN
iv
DAFTAR NAMA ASISTEN FISIOLOGI
Angkatan 2004
1. dr. Alip Sudarmono
2. dr. Andina Chrisnawati
3. dr. Dwi Novitasari
4. dr. Fikri Taufiq
5. dr. Haryo Setio Utomo
6. dr. Fika Jati Kusuma
Angkatan 2005
1. dr. Arum Dina Kusuma A
2. dr. Cahyo Kusuma Wijaya
3. dr. Hartantu
4. dr. Rini Aryani
Angkatan 2006
v
Angkatan 2007
Angkatan 2008
Angkatan 2009
vi
Angkatan 2010
Angkatan 2011
Angkatan 2012
vii
Angkatan 2013
Angkatan 2014
Angkatan 2015
1. Ahmad Setyo Abdi, S.Ked
2. dr. Annesa Saraswati
3. Firzan Danang Wisesa, S.Ked
4. dr. Helmia Fitri Nurul Aini
5. dr. Melinda Angelin
6. dr. Muhammad Rizki Triono
7. dr. Prisselya Anisa
viii
Angkatan 2016
Angkatan 2017
ix
KESEIMBANGAN
A. TELINGA
Dasar Teori
A. Anatomi Telinga
Telinga mempunyai reseptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik yaitu
a. Pendengaran oleh N. Cochlearis
Telinga di bagi menjadi 3 bagian:
1. Telinga luar
Auricula :
Daun telinga yang berfungsi untuk Mengumpulkan suara yang diterima
Meatus acusticus externus :
Lubang telinga untuk Menyalurkan/meneruskan suara ke canalis auditoris
externus
Canalis auditorius externus:
Liang telinga untuk Meneruskan suara ke membran timpani
Membran timpani:
Gendang telinga untuk mengubah gelombang udara menjadi gelombang
mekanik, berfungsi sebagai resonator
2. Telinga tengah
Tuba auditorius ( tuba eustachii)
Menghubungkan pharyng dengan cavum nasopharing , untuk :
- proteksi : mellindungi dari kuman
- drainase : pengeluaran cairan
- aerofungsi : menyamakan tekanan luar dan dalam
Tulang pendengaran : maleus , inkus dan stapes
Berfungsi memperkuat gerakan mekanik dari membran timpani untuk
diteruskan ke foramen ovale pada koklea , shingga perilimfe pada skala
vestibuli akan berkembang
3. Telinga dalam
Bagian reseptor pendengarann
Koklea :
- skala vestibuli : mengadung perilimfe
- skala media : mengandung endolimfe
- skala timpani : mengandung perilimfe
Organo corti
Mengandung sel-sel rambut, yang merupakan rseptor pendengaran di membran
basilaris
10
utriculus
sacculus
B. Keseimbangan / vestibular
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi dari ketiga reseptor tersebut akan diolah oleh sistem
saraf pusat sehingga menggambarkan posisi tubuh pada sat itu.
Labirin terdiri dari labirin statik dan kinetik. Labirin statik terdiri atas utrikulus
dan sakulus yang memiliki pelebaran, dimana didalamnya terdapat makula. Pada makula
ini terdapat sel sel reseptor keseimbngann. Labirin kinetik terdiri dari 3 kanalis
semisirkularis yang masing masing memiliki pelebaran yang berhubungan dengan
utrikulus. pelebaran kanalis ini disebut ampula, dimana didalamnya terdapat krista
ampularis yang tersusun atas sel sel reseptor keseimbangan. Kedua labirin ini merupakan
labirin membaran yang di luarnya terdapat labirin tulang.
Tes ini digunakan untuk menunjukan pengaruh dari columna vertebra posterior
ketika mengontrol postur tubuh ketika berdiri. Penyakit kolumna vertebra posterior
melibatkan kerusakan spesifik pada columna posterior dikenal sebagai neurosifilis tabes
11
dorsalis. Tes ini digunakan untuk penilaian klinis pasien dengan disekulibrium atau ataxia
karena penyakit sensorik dan motorik.
Tes romberg pertama kali dideskripsikan oleh Romberg untuk suatu kondisi tabes
dorsalis pada tahun 1846. Dahulu tes Romberg memang digunakan untuk mendeteksi
neurosifilis dengan kerusakan kolumna vertebrae posterior namun saat ini kasus tersebut
cenderung jarang. Masih terdapat beberapa orang dengan penyakit kolumna vertebrae
posterior karena defisiensi B12 atau mereka dengan gangguan sensori seperti penyakit
ganglion akar dorsal. Walaupun pemeriksaan ini sederhana, namun penting kiranya untuk
pertama kali menilai aspek gangguan keseimbangan lainnya dengan maksud untuk
menyingkirkan faktor perancu yang dapat menghasilkan positif palsu.
Saat ini ada 4 varian utama tes Romberg dengan beragam tingkat kesulitannya:
Tes Romberg-tandem lebih sulit dan lebih menurunkan input proprioseptif. Ketika
pemeriksaan ini dikombinasi dengan mata-tertutup, input sensori satu-satunya adalah berasal
dari input vestibular. Sehingga kebanyakan pasien dengan gangguan vestibular bilateral yang
severe tidak akan mampu melakukan tes ECTR selama 6 detik.
Perbedaan antara tes Romberg mata terbuka dan tertutup dapat digunakan untuk
menduga kelainan cerebelar, seperti alkoholism. Pasien dengan ataxia serebelar tidak akan
12
seimbang dengan mata terbuka dan semakin tidak seimbang dengan mata tertutup. Pasien
tersebut tidak mampu menggunakan informasi sensori sebagaimana orang normal.
Probandus berdiri (alas kaki / sepatu dilepas) dengan kedua kaki dirapatkan.
Kedua belah tangan sebaiknya dilipat di depan dada, untuk mengurangi pengaruh
faktor keseimbangan proprioseptif (dari ekstremitas atas). Pertama kedua mata
dalam keadaan terbuka, kemudian probandus menutup mata.
Tes romberg dinilai dengan menghitung berapa detik pasien mampu berdiri
dengan mata tertutup.
Interpretasi :
Orang normal akan dapat berdiri dengan tegak lebih dari 30 detik. Bila dalam
30 detik badan probandus goyang menjauhi garis tengah (ke kanan atau ke kiri) make
ada gangguan fungsi keseimbangan (Tes Romberg (+))
Cara kerja:
Probandus berjalan lurus ke depan (tanpa alas kaki / sepatu dilepas) dengan
tumit kaki kiri / kanan diletakkan (menyentuh) ujung jari kaki kanan / kiri secara
bergantian. Kedua mata dalam keadaan terbuka.
Interpretasi :
Orang normal akan dapat berjalan lurus ke depan dan tidal menyimpang,
goyang atau jatuh. Pada kelainan vestibuler, perjalanan probandus akan
menyimpang.
Cara kerja:
13
Tangan kanan probandus lurus ke depan dengan jari telunjuk ekstensi. Pemeriksa
juga melakukan hal yang same dan berdiri di depan probandus, dengan jari
telunjuk pemeriksa dan probandus bersentuhan. Selanjutnya probandus disuruh
mengangkat tangan tersebut ke etas, kemudian diturunkan sampai menyentuh jari
telunjuk pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang ulang mula mula dengan kedua
mata terbuka, kemudian dengan kedua mata tertutup.
Interpretasi :
Orang normal akan dapat menyentuh jari telunjuk pemeriksa tanpa terjadi
penyimpangan. Pada kelainan vestibuler akan terjadi penyimpangan ke arah lesi
(ipsilateral)
Cara kerja:
Interpretasi:
Orang normal akan dapat berjalan dengan bail tanpa adanya pergeseran ke
samping atau perputaran arah.
Cara kerja:
Probandus duduk di tempat tidur dengan posisi kedua tungkai lurus kedepan.
Selanjutnya penderita dibaringkan ke belkang dengan cepat, sehingga kepalanya
menggantung 45 derajat di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
14
dimiringkan ke kanan dan ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya nertigo dan
nistagmus.
Interpretasi :
b) TES KALORI
Uji ini dapat membedakan adanya gangguan keseimbangan sentral (lesi di
sistem saraf pusat) / Directional preponderance dan perifer (lesi di labirin aatau N
VIII) / Canal paresis
Cara kerja:
Interpretasi:
15
B. CEREBELLUM
Dasar Teori
Cerebellum
Gejala pada keseimbangan akan tampak apabila terjadi kerusakan organik maupun
fungsional dari cerebellum dimana gejala tersebut dapat diamati sebelum atau sesudah
dilakukan suatu tes tertentu. Gejala-gejala yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun
letak anatomis dari kerusakan yang terjadi.
Secara fungsional, cerebellum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: vestibulocerebellum
untuk keseimbangan, spinocerebelum, dan neocerebellum. Korteks cerebellum hanya
mengandung 5 jenis neuron: sel purkinje, granular, basket, stelata, dan golgi. Cerebellum
berperan dalam penyesuaian yang dipelajari yang menyebabkan koordinasi menjadi lebih
mudah apabila suatu gerakan dilakukan berulang-ulang.
Secara sederhana, fungsi dari cerebellum adalah:
1. Fungsi koordinasi
Beberapa otot , tulang, atau persendian harus terkoordinasi dengan baik untuk
membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara fungsional. Sebagai contoh,
untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan koordinasi berbagai macam
koordinasi dari organ seperti otot-otot laring, otot mulut, ataupun system
perrnafasan.
Disartri adalah ketidak mampuan mengkoordinasi beberapa system tubuh
secara fungsional.
Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang
disebut ataxia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi
karena adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan, serta arah dari gerakan.
16
3. Fungsi menghambat/damping
Sebagian Impuls yang menuju ke cerebellum dari korteks motorik cerebri akan
dihambat/damping.
Gangguan fungsi menghambat ini terlihat pada ketidakmampuan mengerem
/menghentikan gerakan dengan cepat pada tes Rebound atau Past Pointing
Test, dimana penderita selalu overshoot.
Apabila seseorang ingin menunjuk kea rah titik tertentu, tetapi selalu melebihi
apa yang dituju disebut dengan overshoot.
Ketidakmampuan untuk memperkirakan jarak disebut Disartri.
Ciri khas lain pada kerusakan cerebellum ialah adanya intensi tremor, yaitu
tremor yang terjadi sewaktu bergerak secara volunter. Sebaliknya tremor akan
hilang bila penderita itu diam. Jadi berbeda dengan tremor diam pada
Parkinsonisme.
Cara Kerja:
Cara Kerja Pemeriksaan Fungsi Cerebellum
a. Past Pointing Test
Pada orang yang normal dapat menyentuh sesuatu berkali-kali dengan cepat
dan tepat, misalnya manyentuh hidung, menyentuh jari satu terhadap yang lain.
b. Tes Romberg
Dengan mata tertutup dan kaki dirapatkan, tangan diluruskan ke depan bila
ada kerusakan cerebellum maka orang tersebut akan jatuh ke belakang.
c. Tes Disartri
Mengucapkan kalimat yang hampir sama dan disebut secara berulang-ulang
dan cepat.pada kerusakan cerebellum tidak dapat mengucapkan dengan cepat dan
intensitas suara yang tetap, kadang-kadang keras, kadang-kadang lemah, kadang-
kadang cepat, dan kadang-kadang lambat.
d. Tes Adiadokokinesis
Secara normal orang dapat melakukan kegiatan pronasi dan supinasi secara
berulang ulang dan cepat. Bila ada kerusakan dari cerebellum maka kemampuan
untuk mengetahui posisi dari bagian tubuhnya yang bergerak tidak ada, akibatnya
gerakannya tidak teratur.
e. Tes Intense Tremor
Pada kerusakan cerebellum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat
hampir ke tempat tujuan terjadi tremor (gerakan yang cepat dan halus oleh karena
fungsi damping cerebellum hilang). Tremor terjadi terutama bila nuclei dentatus atau
brachium konjungtivum rusak. Ini khas kerusakan pada cerebellum.
17
f. Tes Rebound
Pada orang dengan kerusakan cerebellum disuruh mengkontraksikan
lengannya kuat-kuat sementara itu orang lain menahannya tetapi kemudian
melepaskan, maka lengan itu akan melayang dengan kuat sampai memukul mukanya
sendiri. Ini oleh karena kontraksi otot-otot antagonisnya tidak terjadi oleh karena
kerusakan cerebellum tersebut.
18
Daftar Pustaka
1. Sidharta P, 1985. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, PT Dian Desa, Jakarta
2. Duus P, 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC,
Jakarta
3. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-10. EGC. Jakarta.
4. Soedjak Sardjono, ett all. 2000. Teknik pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan.
Jakarta: EGC
5. Soepardi E.A, Iskandar N., 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher, edisi kelima. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
6. https://www.dizziness-and-balance.com/practice/Romberg%20test.html
7. https://www.physio-pedia.com/Romberg_Test
8. Tortora, Gerard J dan Bryan Derrickson. 2012. Principle of Anatomy and Physiology.
USA: John Wiley and Sons Inc.
9. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Edisi ke-11. EGC. Jakarta
10. PhysioEx 9.1 Manual book guideline for Dry Lab Physiology.
11. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
12. Buku Petunjuk Praktikum Bagian Fisiologi Cetakan 2015
19