Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori presepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa, klien merasa sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat 2019). Halusinasi adalah
gangguan atau perubahan presepsi dimana pasien mempresepsikan suatu yang
sebenanrnya tidak terjadi. (Prabowo 2017). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana
klien mengalami perubahan sensosri presepsi yang disebabkan stimulus sebenarnya
itu tidak ada. (Sutejo 2017). Halusinasi adalah presepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak
nyata tanpa stimulus atau rengsangan dari luar. (Stuart dalam Azizah 2019).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien menurut (Oktiviani 2020):
- Menyeringan atau tertawa yang tidak sesuai
- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
- Gerakan mata cepat
- Menutup telinga
- Respon verbal lambat atau diam
- Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan
- Terlihat bicara sendiri
- Mengerakan nola mata dengan cepat
- Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
- Dududk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari
- Disorientasi (waktu, tempat, dan orang)
- Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
- Perubahan perilaku dan pola komunikasi
- Gelisah, ketakutan dan ansietas
- Peka rangsangan
3. Klasifikasi halusianasi
Menurut (yusuf 2018) klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:

No Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


1 Halusinasi 1. Bicara atau 1. Mendengar suarah
pendengaran tertawa sendiri tau kegaduhan
tanpa lawan 2. Mendengar suara
bicara yang mengajak
2. Marah -marah bercakap- cakap
tanpa sebab 3. Mendengar suara
mencondongka yang menyuruh
n telinga ke melakukan sesuatu
arah tertentu yang berbahaya
3. Menutup telinga
2 Halusianasi 1. Menunjuk- 1. Melihat bayangan,
penglihatan nunjuk ke arah sinar, bentuk
tertentu geometris, bentuk
2. Ketakutan pada kartun, melihat
objek yang hantu atau monster
tidak yang
tidak jelas
3 Halusinasi 1. Menghindu 1. Mencium bau-
penghindu seperti sedang bauan seperti bau
mencium bau- darah, urin, feses
bauan tertentu 2. Kadang-kadang bau
2. Menutup itu menyenangkan
hidung
4 Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa
pengecapan 2. Muntah seperti darah, urin,
feses
5 Halusinasi Mengaruk-garuk 1. Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
2. Merasa seperti
tersengat listrik

4. Rentang Respon
a. Respon adaptif yaitu respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
- Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan. Presepsi
akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyaraan.
- Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbil dari
pengalaman.
- Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
- Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
- Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walpun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
- Halusinasi merupakan presepsi sensori yang salah atau presepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
- Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
- Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
- Isolasi sosial adalah kondisi kesendirisn yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
5. Pohon Masalah

Gangguan Presepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


Rendah

6. Diagnosa Keperawatan
Pada teori halusinasi (NANDA 2015-2017) diagnosa keperawatan yang muncul
sebanyak 3 diagnosa keperawatan (Aji 2019) meliputi:
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

7. Penatalaksanaan
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada gangguan
skizofrenia. Dimana skizofrenia merupakan jenis psikosis, adapun tindakan penatalaksanaan
dilakukan dengan terapi (pardede dan wardani 2018) yaitu:
1. Psikofarmakologis
Obat yang penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat dapat membantu pasien
skizofrenia untuk menimbulkan gejala perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri
rendah. Sehingga pasien skizofrenia harus patuh minum obat secara teratur dan mau
mengikuti perawat.
- Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular
- Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai
keadaan akut teratasi
- Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting dalam proses
trapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
minciptakan lingkungan trapeutik, motivasi klien mendapat ungkapan perasaaan
secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur terhadap klien.

8. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. pengkajian keperawatan
a. faktor predisposisi
- Faktor biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi
menunjukan peran genetik pada schizophrenia. Kembar identik yang
dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian schizophrenia
lebih tinggi dari pada saudara sekandung yang dibesarkan secara
terpisah.
- Faktor psikologis
Hubungan personal yang tidak harmonis akan mengakibatkan stress
dan kecemasan yang berahir dengan gangguan orientasi realita.
- Faktor sosial budaya
Stres yang menumpuk awitan schizophrenia dan gangguan psikotik
lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab itama gangguan.
b. faktor presipitasi
- Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif dan gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik
otak abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menangapi
stimulus.
- Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan yang menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
- Stres sosial/budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, terpisanya dengan orang terpentinh dan
disingkirkan dari kelompok.
- Faktor psikologi
Identitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya memampuan mengatasi masalah yang dapat
menimbilkan perkembangan gangguan sensori presepsi halusiansi.
- Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologis maladaptif meliputi: regresi, berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang
menyisakan sedikit energi untuk aktivitas sehari-hari. Proyaksi,
sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan presepsi dan menarik
diri.
- Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh pengaruh gangguan otak pada perilaku anak-anak dan
dewasa muda tentang ketrampilan koping karena mereka biasanya
tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga dapat
pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor
ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan untuk memberikan
dukungan secara berkesinambungan.
9. rencana keperawatan
10. Strategi Pelaksanaan

No Diagnosa Intervensi
1. Gangguan presepsi sensori: Halusinasi SP 1:
DO: 1. Identifikasi isi,
- Klien sering marah-marah waktu terjadi,
- Mondar mandir situasi pencetus
- Berbicara sendiri dan respon
- Bicara ngaur terhadap
- Sering senyum-senyum sendiri halusinasi
DS: 2. Mengontrol
- Keluarga klien mengatakan bahwa halusinasi
klien sering berteriak-teriak di dengan cara
rumah menhardik
- Klien sering mendengar suara-suara SP 2:
tanpa wajah yang menyuruhnya Mengontrol halusinasi
untuk sholat dengan minum obat
- Klien merasa gelisah dan takut secara teratur
mendengar suara tersebut SP 3:
Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap dengan orang
lain
SP4:
Mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan
aktifitas terjadwal

Implemantasi Dan Evalusai

Waktu Implementasi Evaluasi


Senin 1. Data S: senang
Tanda dan gejala: bicara O:
sendiri, marah-marah tanpa - Pasien mampu mengenali
sebab, memalingkan mukan halusinasi yang dialaminya:
kearah telinga, ketakutan isi frekuensi, waktu terjadi,
pada sesuatu yang tidak jelas. situasi pencetus, perasaan,
2. Diagnosa keperawatan: respon dengan mandiri
Halusinasi - Pasien mampu mengontrol
3. Tindakan keperawatan halusinasinya dengan cara
Sp 1 halusinasi menghardik dengan bantuan
- Melatih pasien A: Halusiansi
mengidentifikasi P:
halusinasinya: isi - Latihan mengidentifikasi
frekuensi, waktu terjadi, halusinasinya: isi frekuensi,
situasi pencetus, perasaan waktu terjadi, situasi
dan respon halusinasi pencetus, perasaan dan
- Mengontrol halusinasi respon halusinasi 3x/hari
dengan cara menghardik - Latihan menghardik
4. RTL halusinasi 3x/hari
Sp 2: mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
Sp 3: mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
Selasa 1. Data S: klien senang dan antusias
Tanda dan gejala: bicara atau O:
tertawa sendiri, mudah - Klien mampu mengontrol
marah, ketakutan pada halusinasi dengan minum
sesuatu yang tidak jelas, obat secara teratur dengan
seiring meludah, kemampuan bantuan pengawas yayasan
bermain alat musik gitar. - Klien mampu melakukan
2. Diagnosa keperawatan: komunikasi secara verbal:
Halusinasi esertif/bicara baik-baik
3. Tindakan keperawatan: dengan motivasi
Sp 2: memberikan informasi A: resiko perilaku kekerasan
tentang cara pengunaan obat P:
minum - Latihan mengidentifikasi
Sp 3: memberikan informasi halusinasinya: isi, frekuensi,
dampak positif mengontrol waktu terjadi, situasi
halusinasi dengan cara pencetus perasaan dan
bercakap-cakap respon halusinasi 3x/ hari
4. RTL - Latihan menhardik
Sp 4: mengontrol halusinasi halusinasi 3x/hari
dengan cara beraktifitas - Latihan minum obat dengan
prinsip 6 benar 2x/hari
- Latihan komunikasi secara
verbal: bicara baik-baik
3x/hari
Rabu 1. Data S: klien mengatakan dia merasa
Tanda dan gejala: bicara atau senang bisa bercakap-cakap
tertawa sendiri mudah marah, dengan orang lain
ketakutan pada sesuatu yang O: klien mempraktek cara
tidak jelas, sering meludah bercakap-cakap dengan orang
2. Diagnosa keperawatan: lain
Halusinasi A: intervensi dilanjutkan
3. Tindakan keperawatan - Latihan menghardik
Sp 4: halusinasi halusinasi 3x/hari
- Mengevaluasi - Latihan minum obat dengan
kemampuan prinsip 6 benar 2x/hari
menghardik halusinasi - Latihan bercakap-cakap
- Melatih pasien untuk dengan orang lain 3x/hari
melakukan kegiatan - Latihan kegiatan spritual
spritual dengan cara
berdoa
RTL:
Halusinasi: follow up dan
evalusi sp 1-4 halusinasi
Daftar Pustaka

Anggraini, T & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada AnS Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis
Ilmiah, Universitas Kusuma Husada Surakarta.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1510/1/naskah%20publikasi%20titani
a%20anggraini.pdf

Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa


Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.
https://doi.org/10.31219/osf.io/n9dgs
Damaiyanti & Iskandar. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan
Rumah Sakit Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Riau).http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/498
Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019). Dukungan Caregiver Dengan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea Nursing Journal, 10(2).
http://e-repository.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/17161
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And
Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3),157-166.
http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419
Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klienskizofrenia.
Mental Health, 3(1).https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/63689754
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2017). Pengaruh Acceptance And
Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan
Dan Kepatuhan Pasien Skizofrenia. https://www.researchgate.net/
profile/JekAmidos/publication/347011273_
Sulahyuningsih, E., Pratiwi, A., & Teguh, S. (2016). Pengalaman Perawat Dalam
Mengimplementasikan Strategi Pelaksanaan (Sp) Tindakan
Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/40858
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

DISUSUN OLEH

NAMA: GREIS FARA

NIM: 21062087

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KATOLIK DELA SALLE

MANADO

2022

Anda mungkin juga menyukai