Anda di halaman 1dari 3

PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER PADA GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN

1. KUDIS (Scabies)
Merupakan penyakit dengan gejala gatal (lebih pada malam hari). Sering muncul
di tempat-tempat lembab di tubuh seperti misalnya, tangan, ketiak, pantat, kunci
paha dan kadang di sela jari tangan atau kaki. Pencegahan :
1) Pencegahan Primer, menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan alat pribadi lainnya.
2) Pencegahan Sekunder
Dengan mengobati penderita secara langsung agar tungau tidak
menginfeksi orang yang berada disekitarnya.
3) Pencegahan Tersier
Pakaian, handuk, dan sprei yang digunakan lima hari terakhir oleh
penderita harus dicuci dengan air panas agar seluruh tungau mati. Cara
lainnya adalah semua barang tersebut dicuci bersih dengan deterjen dan
dijemur di bawah terik sinar matahari. Barang-barang yang tidak dapat dicuci
tetapi diduga terinfestasi tungau diisolasi dalam kantong plastik tertutup di
tempat yang tidak terjangkau manusia selama seminggu sampai tungau mati.

2. PANU (Tenia Vesticolor)


Panu atau Tinea versicolor merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh jamur. Penyakit panau ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai
rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau
merah tergantung kepada warna kulit penderita. Beda halnya dengan jerawat yang
terlihat menonjol di kulit, panu justru tidak menonjol dan biasanya akan terasa gatal
apalagi bila terkena keringat. Jamur yang menyebabkan panau adalah Candida
albicans. Pencegahan :

1) Pencegahan Primer, menjaga kebersihan kulit


2) Pencegahan Sekunder
Dengan obat anti jamur yang dijual di pasaran, dan dapat juga diobati
dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih yang dicampur dengan
kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang Panu.
3) Pencegahan Tersier
Penyakit panu dapat tertular melalui kontak secara tidak langsung,
misalnya dari sprei, baju, handuk, atau benda apapun yang terkontak sama
halnya dengan penyakit scabies. Oleh karena itu perlu isolasi bagi penderita
panu agar tidak menularkannya ke orang lain. Caranya dengan menjaga
kebersihan terutama benda-benda yang dipakai oleh penderita.

3. RUBEOLA (campak)
Suatu penyakit infeksi virus yang ditandai dengan ruam makulopapular
eritematosa, mulai dari wajah, badan lalu ekstremitas. Bercak koplik pada mulut 1-3
hari sebelum ruam.
Pencegahan :
1) Pencegahan primordial :
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan
campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan
untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar
kekebalan tubuh meningkat.

2) Pencegahan primer :
1) Mengenal lebih dalam seluk-beluk penyakit ini.
2) Menjaga kondisi fisik dan menghindari stres psikis.
3) Menjaga mutu gizi dan kondisi badan dengan baik.
4) Pencegahan dengan vaksinasi menggunakan virus hidup yang telah
dilemahkan pada usia 15 bulan setelah kelahiran.
3) Pencegahan sekunder :
Pengobatan dengan antibiotik, Tidak ada pengobatan khusus untuk
campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam,
diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan
antibiotik.
4) Pencegahan tersier
Pada penderita campak untuk menghindari bertambah parahnya campak
atau untuk menghindari suatu kecacatan, penderita sebaiknya selama masih
menderita penyakit campak berdiam diri di rumah (dalam artian banyak-
banyak istirahat).

Referensi
Vaughan D.G., Asbury, T., Riordan-Eva, P., 2007, Oftalmologi Umum Edisi 14, Widya
Medika, Jakarta

https://pdfcoffee.com/upaya-pencegahan-primer-sekunder-dan-tersier-pada-masalah-
gangguan-sistem-persepsi-sensori-dan-integumen-pdf-free.html diakses tanggal 17 July 2022.

Prof.dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp.Park. 2016, Skabies Etiologi, Patogenesis,
Pemberantasan, dan Pencegahan, Badan Penerbit FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai