Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Jiwa

Di susun oleh :

ISMAHARTIN UMASANGAJI
NIM : 14420212117

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologis maladaptif tanpa stimulus eksternal atau internal yang terjadi
saat kesadaran penuh dan dapat terjadi pada semua pancaindra (Nurlaili dkk,
2019)
Halusinasi dapat diartikan suatu persepsi yang salah dalam keadaan
sadar tanpa ada rangsangan pada semua pancaindra.

2. Etiologi
Menurut Yudi Hartono (2017), gangguan halusinasi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti (biologis, psikologis dan sosial) :
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan
seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal dan
citim limbic. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar,daya ingat dan berbicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak.
b. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari
keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap dingin,cemas,tidak peduli
atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa berupa
konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan resiko gangguan
orientasi realitas.

1
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan
yang terisolir disertai stres yang menumpuk.

3. Tanda dan gejala


Menurut Nurhalimah (2017), Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari
hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan
gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif:
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

2
4. Proses Terjadinya Masalah
Menurut Nurhalimah (2018), untuk meningkatkan pemahaman Anda
tentang halusinasi Marilah kita belajarmengenai proses terjadinya
halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi
dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :
1) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).
2) Faktor Psikologis : Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.
Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta
kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanyariwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
pasien serta konflik antar masyarakat

3
5. Patofisiologi

Resiko Gangguan presepsi


Sensori:
Halusinasi

Deficit perawatandiri
Isolasi Sosial

Mekanisme koping tidak


efektif

Gangguan konsep
diri: harga diri rendah

6. Rentang Respon Halusinasi


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir


Persepsi akurat terganggu Waham
Emosi konsisiten ilusi Halusinasi
Perilaku sesuai Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses
Hub sosial harmonis Perilaku tidak emosi Perilaku tidak
terorganisir sesuai
Isolasi sosial Isolasi sosial
Keterangan Gambar:

4
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) 2.Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapanyang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun responmaladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataansosial.
2) Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternalyang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2017)

5
7. Fase-Fase

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien


Fase I: Comforting Klien mengalami - Tersenyum, tertawa
Ansietas sedang ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai
Halusinasi- bersalah dan takut, - Menggerakkan bibir
Menyenangkan mencoba untuk berfokus tanpa suara
“Menyenangkan” pada pikiran yang - Pergerakan mata yang
menyenangkan untuk cepat
meredakan Ansietas. - Respon verbal yang
Individu mengenali lambat
bahwa pikiran dan - Diam, dipenuhi rasa
pengalaman sensori yang mengasyikkan
dalam kendali kesadaran
jika ansietas dapat
ditangani (non psikotik)
Fase II: Condemning Pengalaman sensori - Meningkatkan tanda-
Ansietas berat menjijikan dan tanda sistem saraf
Halusinasi menjadi menakutkan klien lepas otonom akibat ansietas
menjijikkan. kendali dan mungkin (Nadi, RR, TD)
“Menyalahkan” mencoba untuk meningkat penyempitan
mengambil jarak dirinya kemampuan untuk
dengan sumber yang konsentrasi
dipersepsikan. Klien - Asyik dengan
mungkin mengalami pengalaman sensori dan
dipermalukan oleh kehilangan kemampuan
pengalaman sensori dan membedakan halusinasi
menarik diri dari orang dan realita
lain. Psikotik Ringan
Fase III: Controlling Klien berhenti atau - Lebih cenderung
Ansietas berat menghentikan mengikuti petunjuk
Pengalaman sensori perlawanan terhadap halusinasinya
menjadi berkuasa halusinasi dan menyerah - Kesulitan berhubungan

6
“Mengendalikan pada halusinasi tersebut. dengan orang lain
Isi halusinasi menjadi - Rentang perhatian
menarik,klien mungkin hanya dalam beberapa
mengalami pengalaman menit atau detik
kesepian jika sensori - Gejala fisik Ansietas
halusinasi berhenti. berat, berkeringat,
Psikotik tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori - Perilaku teror akibat
panik umumnya menjadi menjadi mengancam jika panik
melebur dalam klien mengikuti perintah - Potensial suicide atau
halusinasinya. halusinasi. Halusinasi homocide
berahir dari beberapa jam - Aktivitas fisik
atau hari jika tidak ada merefleksikan isi
intervensi terapiutik. halusinasi seperti
Psikotik Berat kekerasan, agitasi,
menarik diri, katatonia
- Tidak mampu
merespon terhadap
perintah yang
kompleks
- Tidak mampu
merespon > 1 orang

8. Jenis-Jenis Halusinasi
Penjelasan dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi:
Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif

Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar suara-suara atau


Pendengaran sendiri kegaduhan.
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap

7
- Menyedengkan - Mendengar suara menyuruh
telinga ke arah melakukan sesuatu yang
tertentu berbahaya.
- Menutup telinga
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke - Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan arah bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
yang tidak jelas. monster
Halusinasi - Mengisap-isap seperti - Membaui bau-bauan seperti
Penghidu sedang membaui bau- bau darah, urin, feses,
bauan tertentu. kadang-kadang bau itu
- Menutup hidung. menyenangkan.
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seperti
Pengecapan - Muntah darah, urin atau feses
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik

9. Akibat Halusinasi
Menurut Nurlaili et al (2019), dalam Schultz & Videbeck, 2019; Puri
et al., 2019, Kumari et al , 2019, Dampak negatif halusinasi pendengaran
dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain
Menurut Nurlaili et al (2019), dalam ELhay et al (2017) dan
Luhrmann et al (2017) menyatakan pasien sangat terganggu dan gelisah
karena seringnya frekuensi, banyaknya jumlah tekanan dan tingginya
intensitas tekanan dari halusinasi pendengaran yang membuat mereka sulit
membedakan khayalan dengan kenyataan yang membuat mereka depresi.
Jackson et al (2009) menyebutkan 46% pasien skizofrenia mengalami
depresi. Depresi pada pasien skizofrenia dengan halusinasi mengakibatkan
9%-13% bunuh diri dan 20%-50% diantaranya mulai melakukan percobaan
bunuh diri.

8
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang
lain dan lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di bawah
halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar
kesadarannya (Iskandar, 2019).

10. Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi


Menurut Iskandar (2018), sumber koping mempengaruhi respon
individu dalam menanggapi stressor: pada halusinasi terdapat 3
mekanisme koping yaitu :
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas

11. Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :


a) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan
klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan
dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,
kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik
secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau
mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu
tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan
dinding, majalah dan permainan.
b) Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya

9
secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
c) Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain
yang dekat dengan klien.
d) Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.
e) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar
tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak
bertentangan.

Farmako :
a. Anti Psikotik:
1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)

10
2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
3) Stelazine
4) Clozapine (Clozaril)
5) Risperidone (Risperdal)
b. Anti Parkinson :
1) Trihexyphenidile
2) Arthan

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar (2017), pada tahap ini ada beberapa
faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien sendiri maupun keluarga
berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui
kromosom- kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke
beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada
kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8,
15 dan 22.
2) Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf
pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area ini
dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.

3) Faktor presipitasi
Psikologis Keluarga, pengasuh, lingkungan. Pola asuh anak tidak
adequat. Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan

11
4) Sosial Budaya Kemiskinan, konflik sosial budaya, peperangan, dan
kerusuhan
b. Faktor presipitasi
1) Biologi Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
gathing abnormal).
2) Stress lingkungan
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku :
a) Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkardian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
b) Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi, kritis rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktifitas sehari-hari, kesukaran dalam berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja
(kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmasisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi, dan ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
c) Sikap atau perilaku seperti harga diri rendah, putus asa, merasa
gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya
kekuatan , tidak dapamemenuhi kebutuhan spiritual atau merasa
malang, bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku
kekerasaan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan
penanganan gejala.

c. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

12
d. Psikososial
1) Genogram Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga,masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh,
pertumbuhan individu dan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa
bahwa klien tidak berguna.
a) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu, menarik diri dari
orang lain,perilaku agresif
b) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli dengan
diri sendiri maupun sekitarnya.

c) Harga diri

13
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahn, kekalahan dan
kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga.
3) Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat
mengadu,berbicara, minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan
organisasi yang di ikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan
halusinasi cenderung tidak mempunya orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri
dan asyik dengan isi halusinasinya.
4) Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan
keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi
halusinanya mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.
5) Status mental
a) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi. penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti
tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan
hitam). Raut wajah Nampak takut, kebingungan, cemas.
b) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri, ketika di
ajak bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal.
c) Aktivitas motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah,kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-
nunjuk ke arah tertentu, menggaruk- garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.

d) Afek emosi

14
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih,eforia.
e) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung.
6) Persepsi-sensori
a) Jenis halusinasi
- Halusinasi visual
- Halusinasi suara
- Halusinasi pengecap
- Halusinasi kinestetik
- Halusinasi visceral
- Halusinasi histerik
- Halusinasi hipnogogik
- Halusinasi hipnopompik
- Halusinasi perintah
b) Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnnya halusinasi yang di
alami pasien. Kapan halusinasi terjadi? apakah pagi, siang, sore,
malam? jika muncul pukul berapa?
c) Frekuensi
Frekuensi terjadinnya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali,
kadang- kadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinnya halusinasi dapat di rencanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinnya halusinasi. Pada
klien halusinasi sering kali mengalami halusinasi pada saat klien
tidak memiliki kegiatan/saat melamun maupun duduk sendiri.
d) Situasi yang menyebabkan munculnnya halusinasi. Situasi
terjadinnya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu?. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadi halusinasi, menghindari situasi yang

15
menyebabkan munculnnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya.
e) Respons terhadap halusinasi.
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika
halusinasi itu muncul. perawat dapat menannyakan kepada pasien
hal yang dirasakan atau atau dilakukan saat halusinasi itu
timbul.perawat juga dapat menannyakan kepada keluargannya atau
orang terdekat pasien.selain itu dapat juga dengan mengobservasi
prilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada klien halusinasi sering
kali marah,mudah tersinggung, merasa ceriga pada orang lain.
f) Proses berfikir
- Bentuk fikir Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti
logika secara umum(tak ada sangkut pautnya antara proses
individu dan pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang
mengalami halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal
yang dialaminya.
- Isi fikir Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan
depersonalisasi yaitu perasaan yang aneh/asing terhadap diri
sendiri,orang lain,lingkungan sekitarnya. Berisikan keyakinan
berdasarkan penilaian non realistis.
g) Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis(acuh tak
acuh).
h) Memori
- Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa lalu lebih
dari 1 bulan
- Daya ingat jangka menengah: dapat mengingat kejadian yang
terjadi 1 minggu terakhir
i) Daya ingat jangka pendek: dapat mengingat kejadian yang terjadi
saat ini.

16
j) Tingkat konsentrasi dan berhitung Pada klien dengan halusinasi
tidak dapat berkonsentrasi dan dapat menjelaskan kembali
pembicaraan yang baru saja di bicarakan dirinya/orang lain.

2. Pohon Masalah

RIsolasi sosiaesiko tinggi


Effect perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


Core Problem Halusinasi

Isolasi Sosial
Cause

Harga diri rendah kronis

(Azizah et al., 2017)

3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Resiko TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi
perilaku diruangan, pasien tidak  Pasien
kekerasan memperlihatkan perilaku  BHSP
kekerasan, dengan criteria hasil  Ajarakan SP I:
(TUK): - Diskusikan penyebab, tanda dan gejala,
 Dapat membina hubungan bentuk dan akibat PK yang dilakukan
saling percaya

17
 Dapat mengidentifikasi pasien serta akibat PK
penyebab, tanda dan gejala, - Latih pasien mencegah PK dengan cara:
bentuk dan akibat PK yang fisik (tarik nafas dalam & memeukul
sering dilakukan bantal)
 Dapat mendemonstrasikan - Masukkan dalam jadwal harian
cara mengontrol PK dengan  Ajarkan SP II:
cara : - Diskusikan jadwal harian
- Fisik - Latih pasien mengntrol PK dengan cara
- Social dan verbal sosial
- Spiritual - Latih pasien cara menolak dan meminta
- Minum obat teratur yang asertif
 Dapat menyebutkan dan - Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
mendemonstrasikan cara  Ajarkan SP III:
mencegah PK yang sesuai - Diskusikan jadwal harian
 Dapat memelih cara - Latih cara spiritual untuk mencegah PK
mengontrol PK yang efektif - Masukkan dalam jadawal kegiatan harian
dan sesuai  Ajarkan SP IV
 Dapat melakukan cara yang - Diskusikan jadwal harian
sudah dipilih untuk - Diskusikan tentang manfaat obat dan
mengontrol PK kerugian jika tidak minum obat secara
 Memasukan cara yang sudah teratur
dipilih dalam kegitan harian - Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Mendapat dukungan dari - Bantu pasien mempraktekan cara yang
keluarga untuk mengontrol PK telah diajarkan
 Dapat terlibat dalam kegiatan - Anjurkan pasien untuk memilih cara
diruangan mengontrol PK yang sesuai
- Masukkan cara mengontrol PK yang telah
dipilih dalam kegiatan harian
- Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan
pasien dirumah sakit
 Keluarga
 Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien PK
 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK
yang dialami pasien serta proses terjadinya

18
 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien
PK
 Latih keluarga melakukan cara merawat
pasien PK secara langsung
 Discharge planning : jadwal aktivitas dan
minum obat
Tindakan psikofarmaka
 Berikan obat-obatan sesuai program pasien
 Memantau kefektifan dan efek samping
obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara periodic
Tindakan manipulasi lingkungan
 Singkirkan semua benda yang berbahaya
dari pasien
 Temani pasien selama dalam kondisi
kegelisahan dan ketegangan mulai
meningkat
 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik
dengan melakukan pengikatan/restrain atau
masukkan ruang isolasi bila perlu
 Libatkan pasien dalam TAK konservasi
energi, stimulasi persepsi dan realita

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Tindakan Psikoterapeutik


persepsi keperawatan selama 3x24 jam  Klien
sensori: klien mampu mengontrol  Bina hubungan saling percaya
halusinasi halusinasi dengan kriteria hasil:  Adakan kontak sering dan singkat secara
 Klien dapat membina bertahap
hubungan saling percaya  Observasi tingkah laku klien terkait
 Klien dapat mengenal halusinasinya
halusinasinya; jenis, isi,  Tanyakan keluhan yang dirasakan klien
waktu, dan frekuensi  Jika klien tidak sedang berhalusinasi
halusinasi, respon terhadap klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, dan tindakan yg halusinasi, diskusikan dengan klien tentang
sudah dilakukan

19
 Klien dapat menyebutkan dan halusinasinya meliputi :
mempraktekan cara mengntrol  SP I
halusinasi yaitu dengan - Identifikasi  jenis halusinasi Klien
menghardik, bercakap-cakap - Identifikasi isi halusinasi Klien
dengan orang lain, - Identifikasi waktu halusinasi Klien
terlibat/melakukan kegiatan, - Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
dan minum obat - Identifikasi situasi yang menimbulkan
 Klien dapat dukungan halusinasi
keluarga dalam mengontrol - Identifikasi  respons Klien terhadap
halusinasinya halusinasi
 Klien dapat minum obat - Ajarkan Klien menghardik halusinasi
dengan bantuan minimal - Anjurkan Klien memasukkan cara
 Mengungkapkan halusinasi menghardik halusinasi dalam jadwal
sudah hilang atau terkontrol kegiatan harian
 SP II
- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
- Latih Klien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
- Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
 SP III
- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
- Latih Klien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa dilakukan Klien di rumah)
- Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
 SP IV
- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
- Berikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
- Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
- Beri pujian jika klien menggunakan obat

20
dengan benar.
- Menganjurkan Klien mendemonstrasikan
cara control yang sudah diajarkan.
- Menganjurkan Klien memilih salah satu
cara control halusinasi yang sesuai
 Keluarga
 Diskusikan masalah yang dirasakn
keluarga dalam merawat Klien
 Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan
jenis halusinasi yang dialami Klien serta
proses terjadinya
 Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien
halusinasi
 Latih keluarga melakukan cara merawat
Klien halusinasi secara langsung
 Discharge planning : jadwal aktivitas dan
minum obat
Tindakan Psikofarmako
 Berikan obat-obatan sesuai program Klien
 Memantau kefektifan dan efek samping
obat yang diminum.
 Mengukur vital sign secara periodic
Tindakan Manipulasi Lingkungan
 Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan
 Libatkan Klien dalam TAK halusinasi
Isolasi Setelah dilakukan tindakan Tindakan Psikoterapeutik
Sosial keperawatan selama 3 x 24  Klien
jam Klien dapat berinteraksi  SP 1                                             
dengan orang lain baik secara - Bina hubungan saling percaya
individu maupun secara - Identifikasi penyebab isolasi sosial
berkelompok dengan kriteria hasil  SP 2            
: - Diskusikan bersama Klien keuntungan
 Klien dapat membina berinteraksi dengan orang lain dan
hubungan saling percaya. kerugian tidak berinteraksi dengan orang
 Dapat menyebutkan penyebab

21
isolasi sosial. lain
 Dapat menyebutkan - Ajarkan kepada Klien cara berkenalan
keuntungan berhubungan dengan satu orang
dengan orang lain. -  Anjurkan kepada Klien untuk
 Dapat menyebutkan kerugian memasukan kegiatan berkenalan dengan
tidak berhubungan dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
orang lain. dirumah
 Dapat berkenalan dan  SP 3
bercakap-cakap dengan orang - Evaluasi pelaksanaan dari jadwal
lain secara bertahap. kegiatan harian Klien
 Terlibat dalam aktivitas - Beri kesempatan pada Klien
sehari-hari mempraktekan cara berkenalan dengan
dua orang
- Ajarkan Klien berbincang-bincang
dengan dua orang tetang topik tertentu
- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
 SP 4
- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal
kegiatan harian Klien
- Jelaskan tentang obat yang diberikan
(Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek
samping obat)
- Anjurkan Klien memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwal kegiatan
harian dirumah
- Anjurkan Klien untuk bersosialisasi
dengan orang lain
 Keluraga
 Diskusikan masalah yang dirasakan kelura
dalam merawat Klien
 Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial yang dialami Klien dan proses

22
terjadinya
 Jelaskan dan latih keluarga cara-cara
merawat Klien
Tindakan Psikofarmaka
 Beri obat-obatan  sesuai program
 Pantau keefektifan dan efek sampig obat
yang diminum
 Ukur vital sign secara periodik
Tindakan Manipulasi Lingkungan
 Libatkan dalam makan bersama
 Perlihatkan sikap menerima dengan cara
melakukan kontak singkat tapi sering
 Berikan reinforcement positif  setiap Klien
berhasil melakukan suatu tindakan
 Orientasikan Klien pada waktu, tempat,
dan orang sesuai kebutuhannya

Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan


SP 1 Pasien:
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dan jadwal
kegiatan harian.
Sp 2 pasien:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari

23
SP 3 pasien:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukkan pasien).
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan sehari-hari
SP 4 pasien:
1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)
2. Menanyakan pengobatan sebelumnya
3. Menjelaskan tentang pengobatan
4. Melatih pasien minum obat (5 benar)
5. Masukkan jadwal

Sp1 Keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam rawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala halusinasi dsn jenis halusinasi
yang di alami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Sp 2 Keluarga:
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
halusinasi.
SP 3 Keluarga:
1. Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas dirumah termasuk
minum obat.
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

24
5. Implementasi Keperawatan
Merupakan insiatif dan rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klen mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan
klien. (Febriana, D, 2017)
SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi

6. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Metode penulisan evaluasi keperawatan dalam progress
notes/catatan perkembangan pasien dapat dilakukan dengan pendekatan
SOAP (Febriana, D, 2017).

25
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa - Teori dan Aplikasi Praktik Klinik (1st ed.). Indomedia Pustaka.
Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2019). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka, 291.
https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x
Febriana, D, V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Healthy.
Iskandar. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama.
Nurhalimah. (2019). Keperawatan Jiwa. Tim P2M2.
Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E. (2019). Pengaruh Tehnik Distraksi
Menghardik Dengan Spiritual Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 11(3), 177–190.
Yudi Hartono. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.

26

Anda mungkin juga menyukai