Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengertian

Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon

neurobiologis maladaptif tanpa stimulus eksternal atau internal yang terjadi

saat kesadaran penuh dan dapat terjadi pada semua pancaindra (Nurlaili dkk,

2019)

Halusinasi dapat diartikan suatu persepsi yang salah dalam keadaan

sadar tanpa ada rangsangan pada semua pancaindra.

2. Etiologi

Menurut Yudi Hartono (2012), gangguan halusinasi dapat disebabkan

oleh beberapa faktor seperti (biologis, psikologis dan sosial) :

a. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan

seperti :

1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal dan

citim limbic. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam

belajar,daya ingat dan berbicara.

2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal

neonatus dan kanak kanak.

b. Psikologis

Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau

1
kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari

keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap dingin,cemas,tidak peduli

atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa berupa

konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan resiko gangguan

orientasi realitas.

c. Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan

orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan

yang terisolir disertai stres yang menumpuk.

3. Tanda dan gejala

Menurut Nurhalimah (2016), Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari

hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan

gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Data Subyektif:

Pasien mengatakan :

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.

3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat

hantu atau monster

5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau

itu menyenangkan.

6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses

7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

2
b. Data Obyektif

1) Bicara atau tertawa sendiri

2) Marah-marah tanpa sebab

3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu

4) Menutup telinga

5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.

8) Menutup hidung.

9) Sering meludah

10) Muntah

11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

4. Proses Terjadinya Masalah

Menurut Nurhalimah (2016), untuk meningkatkan pemahaman Anda

tentang halusinasi Marilah kita belajarmengenai proses terjadinya

halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan

konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi

dan presipitasi,

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :

1) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan

riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain

(NAPZA).

3
2) Faktor Psikologis : Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.

Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta

kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi

ditemukan adanyariwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan

struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya

kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau

tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan

pasien serta konflik antar masyarakat

4
5. Patofisiologi

Resiko Gangguan presepsi


Sensori:
Halusinasi

Deficit perawatandiri
Isolasi Sosial

Mekanisme koping tidak


efektif

Gangguan konsep
diri: harga diri rendah

5
6. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir

Persepsi akurat terganggu Waham

Emosi konsisiten ilusi Halusinasi

Perilaku sesuai Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses

Hub sosial harmonis Perilaku tidak emosi Perilaku tidak

terorganisir sesuai

Isolasi sosial Isolasi sosial

Keterangan Gambar:

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial

budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah

tersebut.

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

6
b. Respon psikososial meliputi:

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan.

2) 2.Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang

penerapanyang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan

panca indera.

3) Emosi berlebihan atau berkurang.

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain.

c. Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,

adapun responmaladaptif meliputi:

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataansosial.

2) Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau

persepsi eksternalyang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).

7
7. Fase-Fase

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien

Fase I: Comforting Klien mengalami - Tersenyum, tertawa

Ansietas sedang ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai

Halusinasi- bersalah dan takut, - Menggerakkan bibir

Menyenangkan mencoba untuk berfokus tanpa suara

“Menyenangkan” pada pikiran yang - Pergerakan mata yang

menyenangkan untuk cepat

meredakan Ansietas. - Respon verbal yang

Individu mengenali lambat

bahwa pikiran dan - Diam, dipenuhi rasa

pengalaman sensori yang mengasyikkan

dalam kendali kesadaran

jika ansietas dapat

ditangani (non psikotik)

Fase II: Condemning Pengalaman sensori - Meningkatkan tanda-

Ansietas berat menjijikan dan tanda sistem saraf

Halusinasi menjadi menakutkan klien lepas otonom akibat ansietas

menjijikkan. kendali dan mungkin (Nadi, RR, TD)

“Menyalahkan” mencoba untuk meningkat penyempitan

mengambil jarak dirinya kemampuan untuk

dengan sumber yang konsentrasi

dipersepsikan. Klien - Asyik dengan

mungkin mengalami pengalaman sensori dan

8
dipermalukan oleh kehilangan kemampuan

pengalaman sensori dan membedakan halusinasi

menarik diri dari orang dan realita

lain. Psikotik Ringan

Fase III: Controlling Klien berhenti atau - Lebih cenderung

Ansietas berat menghentikan mengikuti petunjuk

Pengalaman sensori perlawanan terhadap halusinasinya

menjadi berkuasa halusinasi dan menyerah - Kesulitan berhubungan

“Mengendalikan pada halusinasi tersebut. dengan orang lain

Isi halusinasi menjadi - Rentang perhatian

menarik,klien mungkin hanya dalam beberapa

mengalami pengalaman menit atau detik

kesepian jika sensori - Gejala fisik Ansietas

halusinasi berhenti. berat, berkeringat,

Psikotik tremor, tidak mampu

mengikuti petunjuk

Fase IV: Conquering Pengalaman sensori - Perilaku teror akibat

panik umumnya menjadi menjadi mengancam jika panik

melebur dalam klien mengikuti perintah - Potensial suicide atau

halusinasinya. halusinasi. Halusinasi homocide

berahir dari beberapa jam - Aktivitas fisik

atau hari jika tidak ada merefleksikan isi

intervensi terapiutik. halusinasi seperti

Psikotik Berat kekerasan, agitasi,

9
menarik diri, katatonia

- Tidak mampu

merespon terhadap

perintah yang

kompleks

- Tidak mampu

merespon > 1 orang

8. Jenis-Jenis Halusinasi

Penjelasan dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi:

Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif

Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar suara-suara atau

Pendengaran sendiri kegaduhan.

- Marah-marah tanpa - Mendengar suara yang

sebab mengajak bercakap-cakap

- Menyedengkan - Mendengar suara menyuruh

telinga ke arah melakukan sesuatu yang

tertentu berbahaya.

- Menutup telinga

Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke - Melihat bayangan, sinar,

Penglihatan arah bentuk geometris, bentuk

- Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau

yang tidak jelas. monster

10
Halusinasi - Mengisap-isap seperti - Membaui bau-bauan seperti

Penghidu sedang membaui bau- bau darah, urin, feses,

bauan tertentu. kadang-kadang bau itu

- Menutup hidung. menyenangkan.

Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seperti

Pengecapan - Muntah darah, urin atau feses

Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga

Perabaan permukaan kulit di permukaan kulit

- Merasa seperti tersengat

listrik

9. Akibat Halusinasi

Menurut Nurlaili et al (2019), dalam Schultz & Videbeck, 2013; Puri

et al., 2013, Kumari et al , 2013, Dampak negatif halusinasi pendengaran

dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain

Menurut Nurlaili et al (2019), dalam ELhay et al (2017) dan

Luhrmann et al (2015) menyatakan pasien sangat terganggu dan gelisah

karena seringnya frekuensi, banyaknya jumlah tekanan dan tingginya

intensitas tekanan dari halusinasi pendengaran yang membuat mereka sulit

membedakan khayalan dengan kenyataan yang membuat mereka depresi.

Jackson et al (2009) menyebutkan 46% pasien skizofrenia mengalami

depresi. Depresi pada pasien skizofrenia dengan halusinasi mengakibatkan

9%-13% bunuh diri dan 20%-50% diantaranya mulai melakukan percobaan

bunuh diri.

11
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang

lain dan lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di bawah

halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar

kesadarannya (Iskandar, 2012).

10. Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi

Menurut Iskandar (2012), sumber koping mempengaruhi respon

individu dalam menanggapi stressor: pada halusinasi terdapat 3

mekanisme koping yaitu :

a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman

internalnya

b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang

membingungkan

c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah

dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas

11. Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a) Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan

klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan

dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,

kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik

secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau

mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan

meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu

tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan

12
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk

berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan

dinding, majalah dan permainan.

b) Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan

dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya

secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang

diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.

c) Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang

ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat

menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya

halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan

data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain

yang dekat dengan klien.

d) Memberi aktivitas pada klien

Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,

misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini

dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan

dan memilih kegiatan yang sesuai.

e) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data

klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses

13
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila

sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi

bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.

Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan

diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini

hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar

tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak

bertentangan.

Farmako :

a. Anti Psikotik:

1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)

2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)

3) Stelazine

4) Clozapine (Clozaril)

5) Risperidone (Risperdal)

b. Anti Parkinson :

1) Trihexyphenidile

2) Arthan

14
B. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar (2016), pada tahap ini ada beberapa

faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien sendiri maupun keluarga

berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi:

a. Faktor predisposisi

1) Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui

kromosom- kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke

beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang

masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada

kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8,

15 dan 22.

2) Faktor biologis

Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon

neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices

dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf

pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area ini

dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.

3) Faktor presipitasi

Psikologis Keluarga, pengasuh, lingkungan. Pola asuh anak tidak

adequat. Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan

4) Sosial Budaya Kemiskinan, konflik sosial budaya, peperangan, dan

kerusuhan

15
b. Faktor presipitasi

1) Biologi Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang

menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme

gathing abnormal).

2) Stress lingkungan

3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,

dan perilaku :

a) Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang tidur,

ketidakseimbangan irama sirkardian, kelelahan, infeksi, obat-obat

sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan.

b) Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi, kritis rumah

tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,

pola aktifitas sehari-hari, kesukaran dalam berhubungan dengan

orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja

(kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmasisasi, kemiskinan,

kurangnya alat transportasi, dan ketidakmampuan mendapat

pekerjaan.

c) Sikap atau perilaku seperti harga diri rendah, putus asa, merasa

gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya

kekuatan , tidak dapamemenuhi kebutuhan spiritual atau merasa

malang, bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya,

rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku

16
kekerasaan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan

penanganan gejala.

c. Pemeriksaan Fisik

Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan

apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

d. Psikososial

1) Genogram Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang

menggambarkan hubungan klien dengan keluarga,masalah yang

terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh,

pertumbuhan individu dan keluarga.

2) Konsep diri

a) Gambaran diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang

disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan

bagian yang disukai.

b) Identitas diri

Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa

bahwa klien tidak berguna.

a) Fungsi peran

Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok

masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau

perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.

Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang

17
disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu, menarik diri dari

orang lain,perilaku agresif

b) Ideal diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,

peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien

terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,

bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada

klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli dengan

diri sendiri maupun sekitarnya.

c) Harga diri

Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa

syarat meskipun telah melakukan kesalahn, kekalahan dan

kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga.

3) Hubungan social

Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat

mengadu,berbicara, minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan

organisasi yang di ikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan

halusinasi cenderung tidak mempunya orang terdekat, dan jarang

mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri

dan asyik dengan isi halusinasinya.

4) Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan

keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi

halusinanya mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.

18
5) Status mental

a) Penampilan

Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri

(penampilan tidak rapi. penggunaan pakaian tidak sesuai, cara

berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti

tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan

hitam). Raut wajah Nampak takut, kebingungan, cemas.

b) Pembicaraan

Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri, ketika di

ajak bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk

akal.

c) Aktivitas motorik

Klien dengan halusinasi tampak gelisah,kelesuan, ketegangan,

agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-

nunjuk ke arah tertentu, menggaruk- garuk permukaan kulit, sering

meludah, menutup hidung.

d) Afek emosi

Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,

ketakutan yang berlebih,eforia.

e) Interaksi selama wawancara

Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat

menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak

mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung.

19
6) Persepsi-sensori

a) Jenis halusinasi

- Halusinasi visual

- Halusinasi suara

- Halusinasi pengecap

- Halusinasi kinestetik

- Halusinasi visceral

- Halusinasi histerik

- Halusinasi hipnogogik

- Halusinasi hipnopompik

- Halusinasi perintah

b) Waktu

Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnnya halusinasi yang di

alami pasien. Kapan halusinasi terjadi? apakah pagi, siang, sore,

malam? jika muncul pukul berapa?

c) Frekuensi

Frekuensi terjadinnya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali,

kadang- kadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi. Dengan

mengetahui frekuensi terjadinnya halusinasi dapat di rencanakan

frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinnya halusinasi. Pada

klien halusinasi sering kali mengalami halusinasi pada saat klien

tidak memiliki kegiatan/saat melamun maupun duduk sendiri.

d) Situasi yang menyebabkan munculnnya halusinasi. Situasi

terjadinnya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi kejadian

20
tertentu?. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus

pada waktu terjadi halusinasi, menghindari situasi yang

menyebabkan munculnnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut

dengan halusinasinya.

e) Respons terhadap halusinasi.

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika

halusinasi itu muncul. perawat dapat menannyakan kepada pasien

hal yang dirasakan atau atau dilakukan saat halusinasi itu

timbul.perawat juga dapat menannyakan kepada keluargannya atau

orang terdekat pasien.selain itu dapat juga dengan mengobservasi

prilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada klien halusinasi sering

kali marah,mudah tersinggung, merasa ceriga pada orang lain.

f) Proses berfikir

- Bentuk fikir Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti

logika secara umum(tak ada sangkut pautnya antara proses

individu dan pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang

mengalami halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal

yang dialaminya.

- Isi fikir Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan

depersonalisasi yaitu perasaan yang aneh/asing terhadap diri

sendiri,orang lain,lingkungan sekitarnya. Berisikan keyakinan

berdasarkan penilaian non realistis.

21
g) Tingkat kesadaran

Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis(acuh tak

acuh).

h) Memori

- Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa lalu lebih

dari 1 bulan

- Daya ingat jangka menengah: dapat mengingat kejadian yang

terjadi 1 minggu terakhir

i) Daya ingat jangka pendek: dapat mengingat kejadian yang terjadi

saat ini.

j) Tingkat konsentrasi dan berhitung Pada klien dengan halusinasi

tidak dapat berkonsentrasi dan dapat menjelaskan kembali

pembicaraan yang baru saja di bicarakan dirinya/orang lain.

22
2. Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku


Effect kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


Core Problem Halusinasi

Isolasi Sosial
Cause

Harga diri rendah kronis

(Azizah et al., 2016)

23
3. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

Resiko TUM: Selama perawatan Tindakan Psikoterapi

perilaku diruangan, pasien tidak  Pasien

kekerasan memperlihatkan perilaku  BHSP

kekerasan, dengan criteria  Ajarakan SP I:

hasil (TUK): - Diskusikan penyebab, tanda dan

 Dapat membina hubungan gejala, bentuk dan akibat PK yang

saling percaya dilakukan pasien serta akibat PK

 Dapat mengidentifikasi - Latih pasien mencegah PK dengan

penyebab, tanda dan gejala, cara: fisik (tarik nafas dalam &

bentuk dan akibat PK yang memeukul bantal)

sering dilakukan - Masukkan dalam jadwal harian

 Dapat mendemonstrasikan  Ajarkan SP II:

cara mengontrol PK - Diskusikan jadwal harian

dengan cara : - Latih pasien mengntrol PK dengan

- Fisik cara sosial

- Social dan verbal - Latih pasien cara menolak dan

- Spiritual meminta yang asertif

- Minum obat teratur - Masukkan dalam jadwal kegiatan

 Dapat menyebutkan dan harian

mendemonstrasikan cara  Ajarkan SP III:

24
mencegah PK yang sesuai - Diskusikan jadwal harian

 Dapat memelih cara - Latih cara spiritual untuk mencegah

mengontrol PK yang PK

efektif dan sesuai - Masukkan dalam jadawal kegiatan

 Dapat melakukan cara yang harian

sudah dipilih untuk  Ajarkan SP IV

mengontrol PK - Diskusikan jadwal harian

 Memasukan cara yang - Diskusikan tentang manfaat obat dan

sudah dipilih dalam kegitan kerugian jika tidak minum obat secara

harian teratur

 Mendapat dukungan dari - Masukkan dalam jadwal kegiatan

keluarga untuk mengontrol harian

PK - Bantu pasien mempraktekan cara

 Dapat terlibat dalam yang telah diajarkan

kegiatan diruangan - Anjurkan pasien untuk memilih cara

mengontrol PK yang sesuai

- Masukkan cara mengontrol PK yang

telah dipilih dalam kegiatan harian

- Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan

pasien dirumah sakit

 Keluarga

 Diskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien PK

 Jelaskan pengertian tanda dan gejala

25
PK yang dialami pasien serta proses

terjadinya

 Jelaskan dan latih cara-cara merawat

pasien PK

 Latih keluarga melakukan cara

merawat pasien PK secara langsung

 Discharge planning : jadwal aktivitas

dan minum obat

Tindakan psikofarmaka

 Berikan obat-obatan sesuai program

pasien

 Memantau kefektifan dan efek samping

obat yang diminum

 Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan manipulasi lingkungan

 Singkirkan semua benda yang

berbahaya dari pasien

 Temani pasien selama dalam kondisi

kegelisahan dan ketegangan mulai

meningkat

 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik

dengan melakukan pengikatan/restrain

atau masukkan ruang isolasi bila perlu

 Libatkan pasien dalam TAK konservasi

26
energi, stimulasi persepsi dan realita

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Tindakan Psikoterapeutik

persepsi keperawatan selama 3x24 jam  Klien

sensori: klien mampu mengontrol  Bina hubungan saling percaya

halusinasi halusinasi dengan kriteria  Adakan kontak sering dan singkat

hasil: secara bertahap

 Klien dapat membina  Observasi tingkah laku klien terkait

hubungan saling percaya halusinasinya

 Klien dapat mengenal  Tanyakan keluhan yang dirasakan klien

halusinasinya; jenis, isi,  Jika klien tidak sedang berhalusinasi


waktu, dan frekuensi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, respon terhadap halusinasi, diskusikan dengan klien
halusinasi, dan tindakan yg tentang halusinasinya meliputi :
sudah dilakukan  SP I
 Klien dapat menyebutkan - Identifikasi  jenis halusinasi Klien
dan mempraktekan cara - Identifikasi isi halusinasi Klien
mengntrol halusinasi yaitu - Identifikasi waktu halusinasi Klien
dengan menghardik, - Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
bercakap-cakap dengan - Identifikasi situasi yang menimbulkan
orang lain, halusinasi
terlibat/melakukan - Identifikasi  respons Klien terhadap
kegiatan, dan minum obat halusinasi
 Klien dapat dukungan

27
keluarga dalam mengontrol - Ajarkan Klien menghardik halusinasi

halusinasinya - Anjurkan Klien memasukkan cara

 Klien dapat minum obat menghardik halusinasi dalam jadwal

dengan bantuan minimal kegiatan harian

 Mengungkapkan halusinasi  SP II

sudah hilang atau - Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien

terkontrol - Latih Klien mengendalikan halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain

- Anjurkan Klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

 SP III

- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien

- Latih Klien mengendalikan halusinasi

dengan melakukan kegiatan (kegiatan

yang biasa dilakukan Klien di rumah)

- Anjurkan Klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

 SP IV

- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien

- Berikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat secara teratur

- Anjurkan Klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

28
- Beri pujian jika klien menggunakan

obat dengan benar.

- Menganjurkan Klien

mendemonstrasikan cara control yang

sudah diajarkan.

- Menganjurkan Klien memilih salah

satu cara control halusinasi yang

sesuai

 Keluarga

 Diskusikan masalah yang dirasakn

keluarga dalam merawat Klien

 Jelaskan pengertian tanda dan gejala,

dan jenis halusinasi yang dialami Klien

serta proses terjadinya

 Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien

halusinasi

 Latih keluarga melakukan cara

merawat Klien halusinasi secara

langsung

 Discharge planning : jadwal aktivitas

dan minum obat

Tindakan Psikofarmako

 Berikan obat-obatan sesuai program

Klien

29
 Memantau kefektifan dan efek samping

obat yang diminum.

 Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan Manipulasi Lingkungan

 Libatkan Klien dalam kegiatan di

ruangan

 Libatkan Klien dalam TAK halusinasi

Isolasi Setelah dilakukan tindakan Tindakan Psikoterapeutik

Sosial keperawatan selama 3 x 24  Klien

jam Klien dapat berinteraksi  SP 1

dengan orang lain baik secara - Bina hubungan saling percaya

individu maupun secara - Identifikasi penyebab isolasi sosial

berkelompok dengan kriteria  SP 2

hasil : - Diskusikan bersama Klien

 Klien dapat membina keuntungan berinteraksi dengan orang

hubungan saling percaya. lain dan kerugian tidak berinteraksi

 Dapat menyebutkan dengan orang lain

penyebab isolasi sosial. - Ajarkan kepada Klien cara berkenalan

 Dapat menyebutkan dengan satu orang

keuntungan berhubungan -  Anjurkan kepada Klien untuk

dengan orang lain. memasukan kegiatan berkenalan

 Dapat menyebutkan dengan orang lain

kerugian tidak dalam jadwal kegiatan harian dirumah

berhubungan dengan orang

30
lain.  SP 3

 Dapat berkenalan dan - Evaluasi pelaksanaan dari jadwal

bercakap-cakap dengan kegiatan harian Klien

orang lain secara bertahap. - Beri kesempatan pada Klien

 Terlibat dalam aktivitas mempraktekan cara berkenalan

sehari-hari dengan dua orang

- Ajarkan Klien berbincang-bincang

dengan dua orang tetang topik

tertentu

- Anjurkan kepada Klien untuk

memasukan kegiatan berbincang-

bincang dengan orang lain

dalam jadwal kegiatan harian dirumah

 SP 4

- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal

kegiatan harian Klien

- Jelaskan tentang obat yang diberikan

(Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek

samping obat)

- Anjurkan Klien memasukan kegiatan

bersosialisasi dalam jadwal kegiatan

harian dirumah

- Anjurkan Klien untuk bersosialisasi

dengan orang lain

31
 Keluraga

 Diskusikan masalah yang dirasakan

kelura dalam merawat Klien

 Jelaskan pengertian, tanda dan gejala

isolasi sosial yang dialami Klien dan

proses terjadinya

 Jelaskan dan latih keluarga cara-cara

merawat Klien

Tindakan Psikofarmaka

 Beri obat-obatan  sesuai program

 Pantau keefektifan dan efek sampig

obat yang diminum

 Ukur vital sign secara periodik

Tindakan Manipulasi Lingkungan

 Libatkan dalam makan bersama

 Perlihatkan sikap menerima dengan

cara melakukan kontak singkat tapi

sering

 Berikan reinforcement positif  setiap

Klien berhasil melakukan suatu

tindakan

 Orientasikan Klien pada waktu, tempat,

dan orang sesuai kebutuhannya

32
Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan

SP 1 Pasien:

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dan jadwal

kegiatan harian.

Sp 2 pasien:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari

SP 3 pasien:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan

(kegiatan yang biasa dilakukkan pasien).

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan sehari-hari

SP 4 pasien:

1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)

33
2. Menanyakan pengobatan sebelumnya

3. Menjelaskan tentang pengobatan

4. Melatih pasien minum obat (5 benar)

5. Masukkan jadwal

5. Implementasi Keperawatan

Merupakan insiatif dan rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan

ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klen mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan

untuk memodifikasi factor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan

klien. (Febriana, D, 2017)

SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan

cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama: menghardik halusinasi

6. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan

membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan

sebelumnya. Metode penulisan evaluasi keperawatan dalam progress

notes/catatan perkembangan pasien dapat dilakukan dengan pendekatan

SOAP (Febriana, D, 2017).

34
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan

Jiwa - Teori dan Aplikasi Praktik Klinik (1st ed.). Indomedia Pustaka.

Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka, 291.

https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Febriana, D, V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Healthy.

Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Tim P2M2.

Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E. (2019). Pengaruh Tehnik Distraksi

Menghardik Dengan Spiritual Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 11(3), 177–190.

Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.

35

Anda mungkin juga menyukai