STRATEGI PELAKSANAAN
ASKEP HALUSINASI
Disusun oleh :
AKPER PAMENANG
I. MASALAH UTAMA
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologi
Mudah kecewa,mudah putus asa,kecemasan tinggi,menutup diri kurang
perhatian,bicara inkoheren,bicara sendiri,tidak mampumembedakan yang
nyata dan yang mata.
b. Sosial budaya
Kemiskinan,konflik social,kehidupan terisolasi.
c. Perilaku
Curiga,ketakutan rasa tidak aman,gelisah,binggung,perilaku merusak
diri,bicara inkoheren,bicara sendiri,tidak mampu membedakan yang nyata
dan yang maya.
d. Rioneurologi
Abnormalitas perkembangan system syaraf misal
Lesi dan kerusakan daerah frontal ,temporal,lumbal
Ketidak seimbangan neurotransmitter
4. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan komunikasi ketidak mampuan dan gangguan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap etresor lingkungan,tekanan hubungan yang
bermusuhan
5. Sumber koping
a. Kemampuan personal
b. Dukungan social
c. Aset materi
d. Keyakinan
6. Mekanisme koping
a. Regristrasi : Menjadi malas beraktifitas
b. Proyeksi : Menjelaskan perubahan seuatu persepsi (orang
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orng lain)
c. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
interna
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
7. Macam halusinasi
Halusinasi auditorik (pendengaran), jenis ini paling sering terjadi
dibandingkan dengan jenis lainnya. Penderita mendengar suara-suara
orang yang berbicara atau mendengar suara-suara kacau balau yang tidak
jelas yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi visual (penglihatan), penderita melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada seperti melihat bayangan, kilatan sinar suci atau
melihat sesorang yang telah meninggal.
Halusinasi olfaktorik (pembauan), penderita mencium bau tertentu yang
sebenarnya tidak ada di tempat tersebut.
Halusinasi taktil (perabaan), penderita merasakan adanya sentuhan baik
yang membuatnya merasa nikmat atau tidak nyaman yang sebenarnya
rangsangan tersebut tidak ada.
Halusinasi gustatorik (pengecapan), penderita merasakan ada rasa
makanan atau rasa suatu zat yang sebenarnya hal tersebut tidak ada.
8. Fase-fase halusinasi
a. Data Subyektif
Adanya rasa jengkel,ingin mengacak-acak lingkungan ungkapan rasa
marah
Adanya ungkapan marah dengan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
Adanya ungkapan melihat gambaran merasakan tanpa stimulus nyata
Adanya ungkapan mencium bau tanpa stimulus
Adanya ungkapan merasa sesuatu pada kulit
Adanya ungkapan rasa rasa takut saat mendengar atau melihat dan
merasakan hal tersebut
Aadnya ungkapan enggan bertemu dengan orang lain
Adanya ungkapan rasa malu tidak berguna
b. Data Objektif
Klien berbicara atau tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar / melihat / merasakan sesuatu
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengar sesuatu
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi
2. Prilaku kekerasan
3. Resiko mencederai diri orang lain dan lingkungan
4. Menarik diri
VI. PEDOMAN INTERVENSI KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA
KEPERAWATAN HALUSINASI
TUM :
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa, senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi
1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasi
2.1 Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi
2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.1.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : berbicara dan
tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri/ ke kanan/ ke depan seolah-
olah ada teman bicara.
2.13 Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang didengar.
b. Jike klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa
menuduh)
d. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien
a. Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan halusinasi.
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan
malam atau jika sendiri, jengkel/ sedih)
2.2 Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi
2.2.1 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah/takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
TUK 3 :
Klien dapat mengkontrol halusinasinya
3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasaya dilakukan untuk menghindari
halusinasi
3.1.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.1.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
3.2 Klien dapat menyebutkan cara baru
3.2.1 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi
a. Katakan : 'Saya tak mau dengan kamu' (pada saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengarnya.
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-sehari agar halusinasi tidak sempat
muncul
d. Meminta keluarga/ teman/perawat, menyapa jika tampak berbicara
sendiri
3.3 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan.
3.3.1 Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi secara
bertahap
3.4 Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya.
3.4.1 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.5 Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
3.5.1 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
TUK 4 :
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
4.1 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
4.1.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi
4.2.1 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat
kunjungan rumah)
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama.
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol dan risiko mencederai orang lain.
TUK 5 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
5.1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat
5.1.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan
manfaat obat
5.2 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
5.2.1 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat
5.3.1 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan
5.4 Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi
5.4.1 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat
5.5.1 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC.
Keliat BA. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI.
Keliat BA. 1999. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung: RSJP
Bandung.
http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/lp-halusinasi.html
Pamenang, Akper. 2011. Kumpulan handout keperawatan jiwa.Pare : tidak dipublikasikan.
SRATEGI PELAKSANAAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Menyendiri, bingung, lambat, kontak mata kurang, pembicaraan lambat dan
diulang-ulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya:
Beri salam setiap berinteraksi
Perkenalkan nama, nama panggilan perawata dan tujuan perawat berkenalan
Tanyakan nama & panggilan kesukaan klien
Buat kontak interaksi dengan jelas
Tunjukkan sikap jujur dan mnempati janji setiap kali Berinteraksi
Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan masalah klien dan masalah yang dihadapi klien
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Klien dapat mengenal halusinasinya:
Adalah kontak sering dan singkat secara bertahap
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar/ lihat/ penghirup/ raba/
kecap) jika menemukan klien yang sedang halusinasi
Diskusikan dengan klien apa dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatanuntuk
mengungkapkan perasannya
Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya:
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya (tidur, marah, menyebutkan
diri, dll)
Diskusikan cara yang digunakan klien: Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, Jika cara
yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi:
Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencoabanya
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih jika berhasil beri pujian
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orienatsi realita, stimulasi persepsi