Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI : HALUSINASI
STIKes Banten
Fransiska Haryati
PENGERTIAN
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi
sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.
Halusinasi adalah keadaan dimana individu mengalami
perubahahan dalam jumlah atau pola rangsang yang
datang atau mendekat yang dikaitkan dengan
penurunan/peningkatan distorsi atau kerusakan
respons terhadap rangsangan (keliat, 2012)
Halusinasi adalahdistorsi persepsi palsu yang terjadi
pada respon neurobiologis maladaptif (Stuart, 2013)
Persepsi adalah respons dari reseptor sensoris
terhadap stimulus eksternal juga pengenalan
dan pemahaman terhadap sensasi sehingga
individu dapat mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus yang diterima
(Sumanto, 2014)
JENIS HALUSINASI
Ada lima jenis halusinasi :
1. Halusianasi pendengaran
2. Halusinasi penglihatan
3. Halusinasi penghiduan
4. Halusinasi pengecapan
5. Halusinasi perabaan
Halusinasi pendengaran merupakan jenis
halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi
pada 70% pasien, kemudian halusinasi
penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghiduan, pengecapan dan perabaan.
 Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yg sebetulnya tidak
ada. Perilaku yg teramati pada pasien yg sedang mengalami
halusinasi pendengaran adalah pasien merasa mendengarkan
suara padahal tidak ada stimulus suara.
 Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasein mengatakan
melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal
tidak ada bayangan tersebut.
 Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui bau-
bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa.
 Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan
makan atau minum sesuatu yang menjijikkan.
 Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada binatang
atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit
KARAKTERISTIK
1. Disorientasi (waktu/ tempat/ orang)
2. Konsentrasi kurang
3. Penyimpangan pendengaran/ penglihatan
4. Gelisah
5. Mudah tersinggung
6. Perubahan kemampuan memecahkan masalah
7. Perubahan pola perilaku
8. Perubahan pola komunikasi
9. Halusinasi
RESPON KOGNITIF
1. Mendengar suara
2. Melihat bayangan/sinar
3. Menghidu bau-bauan (bunga, kemenyan,
darah,feses, urine)
4. Merasakan rasa pahit, asem, asin di lidah
5. Merasakan sensasi tidak nyaman di kulit
6. Ambivalen
7. Tidak dapat memfokuskan pikiran
8. Tidak dapat memfokuskan pikiran
9. Mudah lupa
10. Tidak mampu mengambil keputusan
11. Tidak mampu memecahkan masalah
12. Tidak dapat berpikir logis
13. Inkoheren
14. Disorientasi
15. Sirkumtansial
16. Flight of idea
17. Mendengar suara hati
18. Blocking pikiran
19. Daya tilik diri jelek
AFEKTIF
1. Senang
2. Sedih
3. Merasa terganggu
4. Khawatir
5. Curiga
6. Merasa terbelengu/terikat
7. Afek datar/tumpul
FISIOLOGIS
1. Sulit tidur
2. Kewaspadaan meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Denyut nadi meningkat
5. Frekuensi pernapasan meningkat
6. Muka tegang
7. Keringat dingin
8. Pusing
9. Keletihan/kelelahan
SOSIAL
1. Tidak tertarik dengan kegiatan sehari – hari
2. Tidak mampu berkomunikasi secara spontan
3. Acuh terhadap lingkungan
4. Tidak dapat memulai pembicaraan
5. Tidak dapat mempertahankan pembicaraan
6. Tidakdapat mempertahankan kontak mata
PERILAKU
1. Bicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Menyeringai
4. Menggerakan bibir/komat-kamit
5. Diam sambil menikmati halusinasinya
6. Perilaku menyerang
7. Kurang mampu merawat diri
8. Perilaku mengikuti isi halusinasinya
9. Mamalingkan muka ke arah suara
10. Menarik diri
11. Penampilan tidak sesuai
PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP I
 Memberi rasa nyaman.  Mengalami ansietas kesepian, rasa  Tersenyum/tertawa sendiri
 Tingkat ansietas sedang bersalah dan ketakutan.  Menggerakkan bibir tanpa suara.
 Secara umum halusinasi  Mencoba berfokus pada pikiran  Penggerakan mata yang cepat
merupakan suatu kesenangan. yang dapat menghilangkan ansietas  Respon verbal yang lambat
 Pikiran dan pengalaman sensori  Diam dan berkonsentrasi
masih ada dalam kontrol kesadaran
(jika kecemasan dikontrol)
TAHAP II
Menyalahkan; tingkat kecemasan berat  Pengalaman sensori menakutkan  Peningkatan SSO, tanda-tanda
secara umum halusinasi menyebabkan  Mulai merasa kehilangan kontrol ansietas peningkatan denyut
rasa antipati  Merasa dilecehkan oleh jantung, perna-fasan, dan tekanan
pengalaman sensori tersebut. darah.
 Menarik diri dari orang lain.  Rentang perhatian me-nyempit
NON PSIKOTIK  Konsentrasi dengan pengalaman
sensori
 Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
realita.
PROSES TERJADINYA HALUSINASI
TAHAP III
Mengontrol tingkat kecemasan  Klien menyerah dan menerima  Perintah halusinasi ditaati.
berat pengalaman sensori tidak pengalaman sensorinya.  Sulit berhubungan dengan orang
dapat ditolak lagi.  Isi halusinasi menjadi atraktif lain.
 Kesepian bila penga-laman  Rentang perhatian hanya
sensori berakhir. beberapa detik / menit.
PSIKOTIK.  Gejala fisika ansietas berat
berkeringat, tremor, tidak
mampu mengikuti perintah.

TAHAP IV
Menguasai tingkat kecemasan panik  Pengalaman sensori menjadi  Perilaku panik.
secara umum diatur dan dipengaruhi ancaman.  Potensial tinggi untuk bunuh diri
oleh waham.  Halusinasi dapat berlangsung atau mem-bunuh.
selama beberapa jam atau hari (jika  Tindakan kekerasan agi-tasi,
tidak diinvensi) menarik diri atau katatun.
PSIKOTIK  Tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks
 Tidak mampu berespon terhadap
lebih dari satu orang.
RENTANG RESPON

ADAPTIF MALADAPTIF
- PIKIRAN LOGIS - Pikiransesekali - Gangguan
- Persepsi akurat terdistorsi pemikiran/waham/
- Emosi konsisten - Ilusi haluasinasi
dengan pengalaman - Reaksi emosi - Kesulitanpengolahan
- Perilaku sesuai berlebihan atau tidak emosi
- Berhubungan sosial bereaksi - Perilaku kacau
- Perilaku aneh atau - Isolasi sosial
penarikan tidak biasa
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan
ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak
dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi
dan halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada
keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia,
serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia.

 
Faktor Presipitasi
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
MEKANISME KOPING
 Regresi
 Proyeksi
 Menarik diri
MASALAH KEPERAWATAN
Pohon Masalah Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, dan
Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


 

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
RENCANA TINDAKAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara
optimal.
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk
membantu pasien agar mampu
mengontrol/mengendalikan halusinasi, dg
cara sebagai berikut :
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
4) Menggunakan obat secara teratur.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Pasien percayai kepada perawat.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan
merupakan masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal
berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami
oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap
pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.
 

Anda mungkin juga menyukai