Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
seseorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
psikotik ataupun histerik (Maramis, 1999).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren (persepsi palsu) (Keliat, 1995)
Halusinasi merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar untuk
melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik individu. Halusinasi
adalah gejala sekunder dari skizofrenia (Stuart dan sundeen, 1995).

2.2 Rentang Respon


Respon adaptif Respon maladaptif

- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan pikir


- Persepsi aktual - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi - Kesukaran proses
dengan - Prilaku yang tak pikir
pengalaman biasa - Prilaku
- Prilaku sesuai - Menarik diri disorganisasi
- Berhubungan - Isolasi sosial
sosial

2.3 Etiologi
2.3.1 Faktor Predisposisi
1. Biologis
1) Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
2) Abnormalitas otak seperti : lesi pada areo frontal, temporal dan limbic dapat
menyebabkan respon neurobiologis

3
3) Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon
neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang berlebihan,
ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter lain dan masalah-
masalah pada sistem receptor dopamine.
2. Psikologis
1) Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan
2) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
3. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
4. Sosial budaya
1) Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat
menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaftive.
2) Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
5. Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2.3.2 Faktor Presipitasi
1. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha
menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang terjadi.
2. Faktor Pemicu Gejala
1) Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang sampai berat, dan
gangguan proses informasi.
2) Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandiri dalam melakukan
aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu
mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam hubungan interpersonal,

4
kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan, keterampilan sosial,
yang kurang, dan kemiskinan.
3) Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri), kehilangan
motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan agresif.

2.4 Jenis Halusinasi


JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
(auditorik) Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
(Visual) gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertenru seperti bau darah, urine atau feces.
(olfactory) Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.
(gustatory)
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas,
(tactile) Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

2.5 Tahapan Halusinasi


FASE KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
HALUSINASI
Fase 1 :  Klien mengalami stress, cemas,  Tersenyum atau tertawa yang
Comforting perasaan perpisahan, kesepian tak sesuai.
yang memuncak dan tidak dapat  Menggerakkan bibir tanpa
diselesaikan suara, pergerakan mata yang
 Klien mulai melamun dan cepat.
memikirkan tentang hal yang  Respon verbal yang lambat jika
menyenangka sedang asyik.
 Klien mengenali bahwa pikiran  Asyik sendiri.
dan pengalaman sensori berada
dalam kendali kesadaran jika
cemas dapat ditangani
 NONPSIKOTIK
Fase 2 :  Kecemasan meningkat,  Meningkatnya tanda-tanda
Condeming melamun, berfikir sendiri sistem syaraf otonom akibat
 Mulai diresahkan oleh bisikan ansietas seperti peningkatn
yang tidak jelas denyut jantung, pernafasan, dan
5
 Klien tidak ingin orang lain tekanan darah.
tahu, klien masih bisa  Rentang perhatian menyempit.
mengontrol  Asyik dengan pengalaman
 PSIKOTIK RINGAN sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan
halusinasi dan realita.
Fase 3 :  Bisikan suara, isi halusinasi  Kemauan yang dikendalikan
Controling makin menonjol dan mengontrol halusinasi akan lebih diikuti
klien kesukaran berhubungan dengan
 Klien menjadi terbiasa dan tidak orang lain.
berdaya terhadap halusinasi  Rentang perhatian hanya
 Klien mungkin mengalami beberapa detik atau menit.
pengalaman kesepian jika  Adanya tanda-tanda fisik
sensori halusinasi berhenti. ansietas berat berkeringat,
 PSIKOTIK tremor, takmampu mematuhi
perintah
Fase 4 :  Halusinasi berubah menjadi  Perilaku teror akibat panik.
Conquering mengancam, memerintah dan  Potensi kuat suicide atau
memarahi klien homicide.
 Klien menjadi takut, tidak  Aktivitas fisik merefleksikan
berdaya, hilang kontrol, tidak isi halusinasi seperti perilaku
dapat berhubungan secara nyata kekerasan, agitasi, menarik
dengan orang lain dilingkungan. diri, atau katatonia.
 Halusinasi berakhir dari  Tidak mampu berespon
bebebrapa jam atau hari jika terhadap perintah yang
tidak ada intervensi terapeutik. komplek.
 PSIKOTIK BERAT  Tidak mampu berespon lebih
dari satu orang.

2.6 Tanda Gejala


1. Menarik diri
2. Bicara dan tersenyum sendiri
3. Mendengar suara
4. Duduk terpaku
5. Memandang satu arah
6. Menyerang
7. Tiba-tiba marah
8. Gelisah
9. Tidak bisa membedakan hal nyata tau tidak
10. Tidak bisa kosentrasi
11. Mudah tersinggung, ekspresi muka tegang

6
2.7 Perilaku Halusinasi
2.7.1 Halusinasi
1. Menanyakan suara siapa yang didengar
2. Apa bentuk yang dilihat
3. Bau apa yang tercium
4. Rasa apa yang dikecap
5. Merasakan apa yang dipermukaan tubuh
2.7.2 Waktu dan frekuensi halusinasi
1. Kapan halusinasi muncul
2. Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya
2.7.3 Situasi pencetus
1. Menanyakan pada klien peristiwa yang terjadi sebelum halusinasi muncul
2. Mengobservasi apa yang dialami menjelang munculnya halusinasi
2.7.4 Respon klien
1. Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami halusinasi
2. Apa masi bisa mengontrol stimulus halusinasi, sudah tidak berdaya lagi

2.8 Pohon Masalah

Resiko menvederai diri sendiri/lingkungan atau orang lain

Perubahan sensori : persepsi : halusinasi

Isolasi sosial

2.9 Asuhan Keperawatan


2.9.1 Masalah Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
2.9.2 Data Yang Perlu Dikaji
1. Tanda Mayor
1) Subyektif:
(1) Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan

7
2) Obyektif:
(1) Bicara sendiri
(2) Tertawa sendiri
(3) Marah tanpa sebab
2. Tanda Minor
1) Subyektif:
(1) Menyatakan kesal
(2) Menyatakan senang dengan suara-suara
2) Obyektif:
(1) Menyendiri
(2) Melamun
2.9.3 SP Halusinasi
SP pasien
SP 1:
 Membantu klien mengenal halusinasi
 Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
 Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2:
 Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
SP 3:
 Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas yang terjadwal
SP 4:
 Melatih klien minum obat secra teratur
SP keluarga
SP 1:
 Memberikan health education tentang pengertian, jenis, tanda & gejala, serta cara
merawat klien halusinasi
SP 2:
 Melatih keluarga praktik merawat klien langsung dihadapan klien
 Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat klien
halusinasi langsung dihadapan klien
SP 3:
 Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Anda mungkin juga menyukai