Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HALUSINASI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh
Nama : Trivena puimera
NIM : 22160031

PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HALUSINASI

Mahasiswa

Trivena puimera
NIM : 22160032

Pembimbing Akademik Clinical Instructure (CI)

( ) (
)
HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Menurut Varcalolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi dan sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Yosep, Iyus & Titin
Sutini, 2016.).

Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa rangsangan


dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat kesadaran
individu penuh/baik (Depkes, 2000 dalam Darmawan, Deden & Rusdi, 2017).

Halusinasi merupakan salah satu respon maladiktive individu yang berada


dalam rentang respon neuro biologi (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Darmawan, Deden
& Rusdi, 2017).

Jadi, halusinasi adalahsalah satu respon maladiktive ditandai dengan


terganggunya persepsi dan sensori seseorang tanpa rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua system panca indera yang terjadi saat kesadaran individu penuh/baik.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Data Subjektif
a. Mendengar suara atau bunyi
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu, melihat
bayangan, hantu atau sesuatu yang menakutkan
c. Mengatakan sering mencium sesuatu
d. Klien mengatakan ada sesuatu yang mengerayangi tubuh seperti tangan,
binatang kecil, makhluk halus.
e. Klien mengatakan sedag merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, atau
mengunyah sesuatu
f. Klien mengatakan bahwa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi misalnya tidak
ada deyutan nadi, perasaanya tubuhnya melayang diatas bumi.
2. Data Objektif
a. Berbicara atau tertawa sendiri
b. Ketakutan pada objek yang dilihat
c. Ekspresi wajah seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping hidung,
mengarahkan hidung pada tempat-tempat tertentu
d. Mengusap, menggaruk atau meraba- raba permukaan kulit
e. Seperti mengecap atau mengunyah sesuatu
f. Klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat meraskan sesuatu yang
aneh tentang tubuhnya (Yosep, Iyus & Titin Sutini, 2016).

C. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Sundeen (2005), faktor predisposisi halusinasi adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobiology yang maladaptif
seperti lesi pada area frontal maupun temporal. Bisa juga halusinasi bisa
diturunkan dari genetic skizofrenia
b. Psikologis
Halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk ke alam
sadar sebagai respon terhadap konflik psikologis
c. Sosio budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan
2. Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (2009), faktor presipitasi halusinasi adalah :
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang
maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi
rangsangan
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku
D. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif

Respon Adaptif Distorsi Pikiran Gejala Pikiran


Respon logis Ilusi Gangguan piker /
Persepsi Akurat Reaksi emosi >/< delusi
Emosi konsisten Perilaku aneh / tidak Perilaku disgonisasi
dengan pengalaman sesuai Sulit merespon emosi
Perilaku Sesuai Menarik Diri Isolasi sosial
Berhubungan sosial

Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologis


(Stuart & Laraia 2005 dalam Darmawan, Deden & Rusdi, 2013)

Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Non Patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III) halusinasi dapat terjadi pada
orang yang bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang
mengalami stress yang berlebihan atau basjuga karena lelah dan karena pengaruh
dari obat-obatan.
Halusinasi ini antara lain :
a. Halusinasi hipnogonik: persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat sebelum
seseorang jatuh tertidur.
b. Halusinasi hipnopomik: persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat
seseorang bangun tidur.
2. Halusinasi Patologis
Halusinasi ada 5 macam yaitu :
a. Halusinasi Pendengar (Auditory): klien mendengar suara dan bunyi tidak
berhubungan dengan stimuasi nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi Penglihat (Visual): klien melihat sesuaatu yang jelas atau samar
tanpa stimulus yang nyata dan orang lai tidak melihat.
c. Halusinasi Pencium (Olfactory): klien mencium bau yang muncul dari sumber
tentang tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak mencium.
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatory): klien merasa makan sesuatu yang tidak
nyata. Biasanya merasakan makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi Perabaan (Taktil): klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus
yang nyata.
f. Halusinasi Cenesthetic: klien merasakan sensasi dari gerakan tubuh ketika
berdiri diam (Darmawan, Deden & Rusdi, 2013).

Fase-Fase Halusinasi

Fase / Tahap Karakteristik Perilaku Klien


Fase I (Comforting) - Mengalami ansietas - Tertawa/tersenyum
- Menyenangkan kesepian, rasa yang tidak sesuai
atau mmberikan bersalah dan - Menggerakkan bibir
rasa nyaman. ketakutan. tanpa suara
- Tingkat ansietas - Mmencoba fokus - Pergerakan mata
sedang secara pada pikiran yang yang cepat
umum halusinasi dapat menghilagkan - Respon verbal yang
merupakan suatu ansietas lambat
kesenangan. - Pikiran dan - Diam dan dipenuh
pengalaman sensori sesuat yang
masalah ada dalam mengasyikkan.
control kesadaran
non psikotik.
Fase II (Condeming) - Pengalaman sensorik - Ansietas : terjadi
Halusinasi menjadi menakutkan penigkatan denyut
menjijikkan - Merasa dilecehkan jantung RR dan TD.
- Menyalahkan oleh alam sensorik - Perhatian dengan
- Tingkat tersebut lingkungan kurang
kecemasan berat - Mulai merasa - Penyempitan
secara umum kehilangan control kemampuan
halusinasi - MD dari orang lain konsentrasi
menyebabkan non psikotik - Kehilangan
rasa antipasti. kemampuan
membeedakan
halusinasi dengan
realita
Fase III (Controling) - Klien menyerahan - Perintah halusinasi
- Tingkat dan menerima dituruti
kecemasan berat pengalamaan sendiri - Sulit berhbngan
- Mengontrol/ - Isi halusinasi dengan orang lain
mengendalikan menjadi atraktif. - Perhatian terhdap
- Pengalaman - Kesiapan apabila lingungan
sensori pengalaman sensori kurang/hanya
( halusinasi tidak berakhr psikotik beberapa detik.
dapat ditolak - Gejala fisik ansietas
lagi) berat: berkeringat,
treor,
ketidakmampuan
mengikuti petujuk
Fase IV (Conquering) - Pengalaman sensorik - Perilaku panic
- Klie panic menakutkan jika - Resti menciderai:
- Menakutkan klien tidak bunuh diri/mebunuh
- Klien sudah mengikuti perintah orang llai
dikuasai oleh halusinasi - Refleksi isi
halusinasi - Bisa berlangsung halusinasi : amuk,
dapam beberapa jam agitasi, menarik diri
atu hari apabila atau katakonik
tidakada interaksi - Tidak mamp
yang terapeuti berespon terhadap
- Psikotik berat petunjuk yang
kompleks
- Tidak mampu
bereson terhadap
lebih dari satu orang

(Darmawan, Deden & Rusdi, 2013)

E. PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan
lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak
dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar
tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.
Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada
keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau
preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan
keluar dalam bentuk stimulus eksterna (Yosep, 2009).
Proses terjadinya halusinasi diawali dari orang yang menderita halusinasi akan
menganggap sumber dari hasilnya berasal dari lingkungan atau stimulus eksternal.
Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan kecemasa yang terus dan
sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.
Meningkatnya pada fase comforting pasien mengalami emosi yangberlanjut
seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat di kontrol bila
kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Pada fase conderming klien mulai menarik diri. Pada fase controlling klien dapat
merasa kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien lama
kelamaan sensorinya terganggu klien merasa terancam dengan halusinasinya terutama
bila tidak menuruti perintahnya (Prabowo, 2014).
Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Effect

Perubahan sensori perceptual


Co : halusinasi Core Problem

Isolasisosial: menarikdiri Causa


(SDKI,SLKI,SIKI)

F. DIAGNOSIS KEPERWATAN UTAMA


Diagnosa keperawatan utama adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi adalah strategi pelaksanaan halusinasi.
Namun ada beberapa penatalaksanaan lain seperti:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya
pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
3. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat yang di
berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat
yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
4. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
5. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan
kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien
dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar
laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas.
7. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

H. FOKUS INTERVENSI
Menurut Rasmun (2001:43-48) dalam Wijayaningsih, Sari Kartika. 2015, tujuan
umum dan rencana tindakan dari diagosa utama halusinasi yaitu:
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan halusinasinya
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina huungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasi
3) Klien dapat mengontrol halusinasi
4) Klien dapat dukungan dari kelarga dalam mengontrol halusinasinya
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
2. Tindakan Mandiri
SP I
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
d. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
f. Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam mengenali situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi
g. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasinya
h. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan

SP II
a. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
c. Memasukan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat

SP III
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat. Beri pujian
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dg bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap

SP IV
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-cakap. Beri pujian
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian

SP V
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-cakap & kegiatan
harian. Beri pujian
b. Melatih kegiatan harian
c. Menilai kemampuan yang telah madiri
d. Menilai apakah halusinasi terkontrol
1. Tindakan Modalitas
a. Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita
b. Melakukan terapi kognitif
1) Kuatkan pikiran realita klien. Tolak pikiran untuk setuju dengan halusinasinya
2) Bantu dan dukung pasien untuk mengungkapkan secar verbal perasaan ansietas,
kekuatan dan tidak aman.
3) Diskusikan teknik-teknik menghardik halusinasi (misalnya latihan nafas dalam,
latihan relaksasi, teknik berhenti berfikir)

2. Tindakan kolaborasi
Obat psikotropik (psikofarmaka) adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan
saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku
(mind and behavior altering drugs), digunakan pada gangguan psikiatrik. Penggunaan
klinis obat psikotropik ditujukan untuk meredam (suppresion) gejala sasaran tertentu
dan pemilihan jenis obat disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran yang ingin di
tanggulangi misalnya antipsikotik, antidepresi, antimania, antianxietas, antiinsomnia,
antipanik, dan anti obsesi kompulsif (Maslim, 2010). Menurut Suliswati (2010)
antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi, dan perubahan pola piker yang
terjadi pada skizofrenia.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI SP I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Subjektif : Pasien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan dan
mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap.
Objektif : Pasien tampak berbcara atau tertawa sendiri, dan menyedengkan
telinga ke arah tertentu.
2. Diagnosa
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Pasien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
c. Pasien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Pasien dapat mengidentifikassi frekuensi halusinasi
e. Pasien dapat mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
f. Pasien dapat mengidentifikasi respon dirinya terhadap halusinasi
g. Pasien dapat mengetahui cara menghardik halusinasi
h. Pasien dapat memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
4. Intervensi
a. Identifikasi jenis halusinasi pasien
b. Identifikasi isi halusinasi pasien
c. Identifikasi waktu halusinasi pasien
d. Identifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Identifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
f. Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan cara menghardik halusinasi
h. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Michael Saza Alexandra bisa dipanggil
Saza, saya perawat yang bertugas di ruangan ini. Hari ini saya bertugas dari pukul
07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama 3 minggu kedepan. Nama bapak
siapa? Senang dipanggil apa?”

“ Bagaimana perasaannya hari ini? Apa keluhan bapak saat ini?”

“ Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tapi tidak tapak wujudnya? Dimana kita mau berbincang-bincang? Berapa
lama? Bagimana kalau 20 menit?”.

2. Fase Kerja
“ Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatkan suara
itu?”

“ Apakah suara it terdengar terus-menerus atau sewaktu-waktu? Pada keadaan


bagaimana suara itu sering terdengar? Berapa hari sekali bapak mengalaminya?”
“ Apa yang bapak rasakan ketika mendengar suara itu?”
“ Apa yang bapak lakukan ketka mendengar suara itu?apakah dengan cara itu suara-
suara itu bisa hilang?”
“ Bagaimana kalau kita belajar cara mencegah agar suara itu tidak muncul?”

“ Bapak, ada empat 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama dengan
cara menghardik, kedua dengan cara minum obat, ketiga ada dengan bercakap-cakap
dengan orang lain, dan yang keempat dengan cara melakukan kegiatan.”
“ Hari ini kita belajar cara yang pertama yaitu menghardik, caranya yaitu saat suara-
suara itu mulai muncul ketika ditempat sepi bapak bisa memejamkan mata sambil
mengatakan pergi kamu pergi, kamu tidak nyata kamu suara palsu, saya tidak mau
mendengarmu, pergi kamu. Kalau ditempat ramai bapak bisa menutup mata dan
mengatakan pergi kamu pergi, kamu tidak nyata kamu suara palsu, saya tidak mau
mendengarmu, pergi kamu didalam hati. Begitu berulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Sekarang coba bapak peragakan! Nah bagus sekali pak bapak sudah
bisa melakukannya dengan baik”.
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaannya setelah kita belajar cara mencegah agar suara itu tidak
muncul lagi? Kalau suara itu muncul lagi, bapak bisa melakukan apa yang telah kita
pelajari tadi. Apakah bapak masih ingat kita belajar apa tadi?, bagus sekali pak.
sekarang coba bapk pratikkan lagi!, bagus sekali ya pak bapak masih mengingatnya.
Bagaimana kalau kita masukkan ke jadwal hariannya? Sehari mau Lathan berapa
kali? Jam berapa?”.
“ Baiklah karena waktu kita sudah habis, besok kita lanjutkan lagi untuk belajar cara
yang kedua, bapak maunya dimana? Jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi?”
“ Baiklah pak, sampai jumpa besok. Selamat pagi”.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Deden & Rusdi.2013.Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatn Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Prabowo, E. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Stuart dan Sundeen. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, Sari Kartika.2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama.
Yosep, Iyus & Titin Sutini.2016.Buku Ajar Keperawaatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Fase Orientasi :
1) Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas
masih ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah
makan?
2) Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah
berdiskusi tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya
tntang isi suara-suara yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan
cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”
3) Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg
tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar
suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,
bagaimana mas setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang- bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? mas setuju?”
b. Fase kerja
1) ”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan
membuat mas jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah
saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
2) ”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada
perawat bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas
mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
1) Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama.
Saya senag sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana
perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”
2) Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas
pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
3) Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus
praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak
menguasai pikiran mas.”
4) Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri
dengan kegiatan yang bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
1) Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
2) Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih
ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih
mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin
3) Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan
engan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.” Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas
setuju?”
2. Fase Kerja
1) ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi
tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol
halusinasi yaitu caar ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi
kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun
saja.”
2) ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri
dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan
dengan kegiatan lain.”
F. Fase Terminasi
1) Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang- bincang
lama, saya senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya.
Bagaimana perasaan mas setelah berbincang- bincang?”
2) Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol
halusinasi yang ketiga?
3) Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol
halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?
4) Kontrak yang akan datang Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh
obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)


A. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan
obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
C. Fase Orientasi :
1. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
2. Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari
ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan
kita tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita
bicarakan kemarin.
3. Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
obat-obatgan yang mas minum.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang- bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya kali
sehari. Obat yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang
sering mas dengar sedangkan yang warnanya putih agar mas tidak merasa
gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut kering,
mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas?
Tolong nanati mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum
obat ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Kemudian mas jangan berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul
lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat
yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi.
Ingat ya mas..?!!”
3. Fase Terminasi
1) Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama,
saya senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana
perasaan mas setelah berbincang-bincang?”
2) Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum
tadi? Kemudian berapa dosisnya?
3) Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya
minum obat.”
4) Kontrak
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi
Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam ? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi.”

Anda mungkin juga menyukai