Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

DISUSUN OLEH :
SITI SURYANTI
23030213

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan persepsi sensori : halusinasi
B. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikansesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dariluar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimuluseksteren/ persepsi palsu. Halusinasi adalah kesan, respon
dan pengalaman sensori yang salah.
C. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart, faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
responneurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan
oleh penelitian-penelitianyang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yangsignifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasirealitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan,konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertaistress
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasiserta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkanketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untukdiinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untukmenentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
c. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart, jenis halusinasi antara lain :
a) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b) Halusinasi penglihatan (VIisual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometrik, gambar kartun dan /atau panorama yang luas
dankompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c) Halusinasi penghidu (oliactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang -kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d) Halusinasi peraba (tactile)


Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
matiatau orang lain.
e) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
D. Fase-Fase Halusinasi
Halusinasi Karakteristik Perilaku klien

FASE I Pengalami perasaan  Tersenyum dan


Conforting ansietas seperti ansietas, kesepian, tertawa
sebagai halusinasi rasa bersalah dan  Tidak sesuai
menyenangkan takutmencoba untuk menggerakan bibir
berfokus pada pikiran yang tanpa suaraa
menyenangkan untuk  Mengerakan mata
meredakan ansietas yang cepat dab
individu mengenal bahwa respon verbal yang
pikiran-pikiran dan lambat jika sedang
pengalaman sensori dalam asik sendirr

kondisi kesadaran jika  Meningkatkan tanda-


ansietas dapat ditangani tanda sarat otonomi

psikotik.
FASE II Pengalaman sensasi Ansietas seperti
Complementing ansietas menjijikan dan peningkatan denyut
berat halusinasi menakutkan klien mulai jantung, pernafasan, dan
memberatkan lepas kendali dan munhkin tekanan darah,rentang
mencoba untuk perhatian menyempit
mengambil jaraknya asik dengan
dengan sumber pengalaman
yang dipersiapkan klien sensori dan kehilangan
mungkin mengalami kemampuan
pengalaman sesnsori dan membedakan halusinasi
menarikdiri dari orang lain dan realita
psikotik ringan.

FASE III Klien berhenti Kemampuan


Controlling ansietas berat menghentikan perlawanan mengendalikan
pengalaman sensori menjadi terhadap halusinasi dan halusinasi akan lebih
berkuasa menyerah pada ditakuti,
halusinasinya menjadi kerusakanberhubungan
menarik, klien mengalami dengan orang lain,
pengalaman kesepian jikaa rentang perhataian hanya
sensdori halusinasinya beberapa detik/menit
berhenti psikotik. adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat,
berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami
praturan.
FASE IV Pengalaman sensori Perilaku tremor akibat
Conquering panic asnsietas menjadi mengancam jika panic,potensi kuat
panic pengalaman sensori klien mengikuti perintah suicida/nomicide
meankutkan halusinasi berakhir dari aktifitas merefleksikan
beberapa jam/ hari jika halusinasi perilaku isi
intervensi terapeurik seperti kekerasan , agitas
psikoti berat. menarik daru katafonici,
tidak mampu merespon
terhadap pemerintah,
yang komplek, tidak
mampu berespon lebih
daru satu orang.
E. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaftif Respon Maladatif

- Kadang – kadang
- Pikiran logis - Waham
proses pikir
- Persepsi - Halusinasi
terganggu
- akurat - Sulit berespon
- Ilusi
- Emosi konsisten - Perilaku
- Menarik diri
- Perilaku sosial disorganisasi
- Perilaku tidak
- Hubungan sosial - Isolasi sosial
biasa

F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien gangguan persepsi sensori : Halusinasi , perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respon neurologis maladaptive yaitu (Sutejo, 2017):
1. Regresi: Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas hidup sehari-
hari
2. Proyeksi: Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri

G. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan : mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi Sosial : menarik diri

Harga diri Rendah


H. Diagnosa Keperawatam
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

I. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

Gangguan Klien dapat Bina hubungan saling percaya dengan Bila sudah terbina
persepsi mengontrol menggunakan prinsip komunikasi hubungan saling percaya
sensori: halusinasi yang terapeutik : diharapkan klien dapat
Halusinasi dialaminya kooperatif, sehingga
 Sapa klien dengan ramah baik
pelaksanaan asuhan
Tuk 1 : verbal maupun non verbal
keperawatan dapat
 Perkenalkan nama, nama panggilan
Klien dapat berjalan dengan baik
dan tujuan perawat berkenalan
membina hubungan
 Tanyakan nama lengkap dan nama
saling percaya
panggilan yang disukai klien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

Tuk 2 2.1. Adakan kontak sering dan singkat  Kontak sering dan
secara bertahap singkat selain upaya
Klien dapat
membina hubungan
mengontrol 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait
saling percaya, juga
dengan halusinasinya
(*dengar/lihat/penghidu/raba/kecap),
halusinasi dengan jika menemukan klien yang sedang dapat memutuskan
menghardik halusinasi : halusinasi.
 Mengenal perilaku
 Tanyakan apakah klien mengalami
pada saat halusinasi
sesuatu (halusinasi
timbul,
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)
memudahkan
 Jika klien menjawab ya, tanyakan
perawat dalam
apa yang sedang dialaminya
melakukan
 Katakana bahwa perawat percaya
intervensi.
klien mengalami hal tersebut,
 Mengenal halusinsi
namun perawat sendiri tidak
memungkinkan
mengalaminya (dengan nada
klien untuk
bersahabat tanpa menuduh atau
menghindarkan
menghakimi)
factor pencetus
 Katakan bahwa ada klien lain yang
timbulnya
mengalami hal yang sama
halusinasinya.
 Katakan perawat akan membantu
 Dengan
klien
mengngetahui
Jika klien tidak sedang berhalusinasi
waktu, isi dan
klarifikasi tentang adanya pengalaman
frekuensi
halusinasi, diskusikan dengan klien :
munculnya
 Isi, waktu dan frekuensi
halusinasi
terjadinya halusinasi (pagi,
mempermudah
siang, sore, malam atau sering
tindakan
dan kadang-kadang)
keperawatan yang
 Situasi dan kondisi yang
akan dilakukan
menimbulkan atau tidak
perawat.
menimbulkan halusinasi
 Untuk
mengidentifikasi
pengaruh halusinasi
pasien.

Tuk 3 3.1.Identifikasi bersama klien cara atau  Upaya untuk


tindakan yang dilakukan jika terjadi memutuskan siklus
Klien dapat halusinasi (tidur,marah,menyibukkan halusinasi sehingga
mengontrol diri dll) halusinasi tidak
halusinasi dengan berlanjut.
3.2. Diskusikan vara yang digunakan klien,
kegiatan  Reinforcement
 Jika cara yang digunakan adaptif positif dapat
beri pujian meningkatkan harga
 Jika cara yang digunakan diri klien.
maladaptive diskusikan kerugian  Memberikan
cara tersebut alternatif pilihan
3.3. Diskusikan cara baru untuk bagi klien untuk
memutus/mengontrol timbulnya mengontrol
halusinasi : lingkungan.
 Katakan pada diri sendiri bahwa ini  Memotivasi
tidak nyata (“saya tidak mau meningkatkan
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap kegiatan klien untuk
pada saat halusinasi terjadi) mencoba memilih
 Menemui orang lain salah satu cara
(perawat/teman/anggota keluarga) mengendalikan
untuk menceritakan tentang halusinasi dan dapat
halusinasinya. meningkatkan harga
 Membuat dan melaksanakan jadwal diri klien.
kegiatan sehari-hari yang telah  Member kesempatan
disusun. kepada klien untuk
 Meminta keluarga/teman/perawat mencoba citra yang
menyapa jika sedang berhalusinasi. sudah dipilih.
3.4. Bantu klien memilih cara yang sudah  Stimulasi persepsi
diajurkan dan latih untuk dapat mengurangi
mencobanya. perubahan
3.5. Beri kesempatan untuk melakukan interpretasi realitas
cara yang dipilih dan dilatih. klien akibat
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih halusinasi.
dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktifitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.

Tuk 4 : 4.1. Buat kontrak dengan keluarga untuk Untuk mendapatkan


pertemuan (waktu, tempat dan bantuan keluarga
Klien dapat
topic) mengontrol halusinasi.
dukungan dari
keluarga dalam 4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada Untuk mengetahui
mengontrol saat pertemuan keluarga kunjungan pengetahuan keluarga
halusinasinya rumah) dan meningkatkan
kemampuan pengetahuan
 Pengertian halusinasi
tentang halusinasi.
 Tanda dan gejala halusinasi
 Proses terjadinya halusinasi
 Cara yang dapat dilakukan klien
Agar keluarga dapat
dan keluarga untuk memutus
merawat klien atau
halusinasi
anggota keluarga lain
:
yang berhalusinasi di
 Obat-obatan halusinasi
rumah.
 Cara merawat anggota keluarga yag
halusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan
Keluarga klien menjadi
bersama, berpergian bersama,
tahu cara mencaribantuan
memantau obat-obatan dan cara
jika halusinasitidak dapat
pemberiannya untuk mengatasi
diatasi dirumah.
halusinasi)
 Beri informasi waktu control
kerumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di rumah.
Tuk 5: 5.1 Diskusikan dengan klien tentang  Dengan
manfaat dan kerugian tidak minum menyebutkan dosis,
Klien dapat
obat, warna, dosis, cara, efek terapi frekuensi dan
memanfaatkan obat
dan efek samping penggunaan obat. manfaat obat,
dengan baik
diharapkan klien
5.2. Pantau klien saat penggunaan obat.
melaksanakan
5.3. Beri pujian jika klien menggunakan program
obat dengan benar. pengobatan.
 Menilai kemampuan
5.4. Diskusikan akibat berhenti minum
klien dalam
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
pengobatannya
5.5. Ajurkan klien untuk konsultasi kepada sendiri.
dokter/perawat jika terjadi hal-hal  Program pengobatan
yang dapat berjalan sesuai
tidak diinginkan.
rencana.
 Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Mary W., dan Anastasia M. (2018). Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta:
EGC.
Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan PsikososialNo Title. Pustaka Baru Press.
Yusuf, A., Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika .
Yosep, I. (2018). Keperawatan Jiwa edisi 1. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai