HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata (Farida, 2016). Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat & Akemat, 2018). Halusinasi juga dapat dikatakan sebagai
gangguan persepsi yang diterima oleh pancaindera. Meskipun tidak ada
rangsangan yang diterima dari luar. Halusinasi bukanlah mimpi, melainkan
orang yang berada di dalam kesadaran penuh namun tingkah lakunya
selayaknya orang yang berada di dalam kondisi bermimpi. Sehingga tak
heran jika anda akan melihat orang yang berhalusinasi akan bertindak aneh
yang di luar kewajaran (Savita, 2019)
2. Penyebab
Penyebab dari halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri
rendah. Harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial
membuat klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih
dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien akan kehilangan
kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal.
Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Faktor Predisposisi:
a. Faktor Perkembangan
Pada faktor ini klien terganggu akibat adanya kerendahan kontrol dan
kehangatan keluarga yang mempengaruhi kemampuan mandiri sejak
dini, sehingga mudah frustasi dan hilangnya kepercayaan diri.
b. Faktor Sosiokultural
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologis
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Faktor Presipitasi:
a. Aspek Fisik:
1) Makan dan minum kurang
2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang
b. Aspek Emosi:
1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2) Merasa malu, bersalah
3) Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek Intelektual
1) Putus asa
2) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3) Kurang percaya diri
d. Askep Spiritual
e. Aspek Sosial
1) Duduk menyendiri
2) Selalu tunduk
3) Tampak melamun
4) Tidak peduli lingkungan
5) Menghindar dari orang lain
6) Tergantung dari orang lain
3. Manifestasi Klinik:
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup
(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah.
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat
4. Jenis Halusinasi
Menurut Savita (2009), jenis halusinasi antara lain:
a. Halusinasi Pendengaran (auditorik) 70 %
Jenis halusinasi ini biasanya ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Penglihatan(Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidung (olfactory)\
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Tabel 1 Fase Tingkat Halusinasi (Stuart & Laraira, 2005)
Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
FASE 1 Klien mengalami perasaan Tersenyum dan tertawa
Comforting seperti ansietas, kesepian, tidak sesuai menggerekan
Ansietas sebagai rasa bersalah dan takut bibir tanpa suara
halusinasi mencoba untuk befokus mengegerkan mata yang
menyenangkan pada pikiran menyengkan cepat dan respon verbal
untuk meredakan ansietas yang lambat jika. Sedang
individu mengenal bahwa asik sendiri meningkat
pikiran-pikiran dan tanda-tanda sarat
pengalaman sensor berada otonomi
dalam kondisi kesadaran
jika ansietas dapat ditangani
psikotik.
FASE II Pengalaman sensasi Ansietas seperti
Complementing menjijikan dan menakutkan, peningkatan denyut
Ansietas berat klien mulai lepas kendali jantung pernafasan dan
halusinasi dan mungkin mencoba tekanan darah, rentang
memberatkan untuk mengambil jaraknya perhatian menyempit asik
dengan sumber yang dengan penglaman
dipersepsikan klien sensori dan kehilangan
mungkin mengalami kemampuan
pengamalan sensori dan membedakan halusinasi
menarik diri dari orang lain, dan realita
psikotik ringan
FASE III Klien berhenti Kemampuan
Controling menghentikan perlawanan dikendalikan halusinasi
Ansietas berat terhadap halusinasi dan akan lebih ditakuti,
pengalamn sensorsi menyerah pada halusnasinya kerusakan berhubungan
menjadi berkuasa menjadi menarik, klien dengan orang lain,
mengalami pengalaman rentang perhatian hanya
kesepian jika sensori beberapa detik/menit
halusinasinya berhenti adanya tanda-tanda fisik
psikotik ansietas berat
berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami
peraturan.
FASE IV Pengalaman sensori menjadi Perilaku tremor akibat
Conquering panik mengancam jika klien panik, potensi kuat
Ansietas panik mengikuti perintah suicida/nomicide aktifitas
pengalaman sensori halusinasi berakhir dari merefleksikan halusinasi
menaklukan beberapa jam/hari jika perilaku isi, seperti
intervensi terapeutif psikoti kekerasan, agitas
berat. menarik diri katafonici,
tidak mampu merespon
terhadap pemerintah,
yang komplek tidak
mampu berespon lebih
dari satu orang
5. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut
Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Tanda dan gejala :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang.
6. PohonMasalah
Resikomencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa
Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Savitra Khanza, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi Kedua. Jakarta:GC
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan
Ibu Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau
di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat
4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di
rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang
efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien