Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORIK PERSEPSI: HALUSINASI

A. Pengertian

Halusinasi adalah distorsi perseptual palsu yang terjadi dalam respons maladaptif. Pasien
secara aktual mengalami distorsi sensori yang menjadi nyata dan berrespons
terhadapnya, tidak ada stimulus eksternal (Stuart & Laraia, 2005).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang diterima disertai
dengan penurunan berlebihan distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus.
(Nanda,2006)

Gangguan sensorik persepsi: halusinasi adalah gangguan penerimaan panca indera tanpa
adanya sumber rangsang eksternal (Keliat, 2006)

Jenis-Jenis Halusinasi:
Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif

Halusinasi Dengar:  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara


sendiri atau kegaduhan.
Klien mendengar  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
suara dan bunyi yang sebab mengajak bercakap-
tidak berhubungan  Menyedengkan telinga
cakap.
dengan stimulus nyata ke arah tertentu  Mendengar suara
 Menutup telinga
dan orang lain tidak menyuruh melakukan

mendengarnya sesuatu yang berbahaya.


Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke  Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan: arah tertentu bentuk geometris,
 Ketakutan dengan pada
bentuk kartoon, melihat
Klien melihat sesuatu yang tidak jelas. hantu atau monster
gambaran yang jelas
atau samar-samar
tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain
tidak melihatnya
Halusinasi Penghidu:  Mengisap-isap seperti  Membaui bau-bauan
sedang membaui bau- seperti bau darah, urin,
Klien mencium bau
bauan tertentu. feses, kadang-kadang
yang muncul dari  Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata
dan orang lain tidak
menciumnya
Halusinasi  Sering meludah  Merasakan rasa seperti
Pengecapan:  Muntah darah, urin atau feses

Klien merasa makan


sesuatu yang tidak
nyata. Biasanya
merasakan makanan
yang tidak enak.
Halusinasi Perabaan:  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di permukaan
Klien merasakan
kulit
sesuatu pada kulitnya  Merasa seperti tersengat
tanpa stimulus yang listrik
nyata.
B. Etiologi
Etiologi dari gangguan sensorik persepsi: halusinasi adalah sebagai berikut (Stuart &
Sundeen, 1998):
1. Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologik yang meladaptif seperti
lesi, hambatan dalam perkembangan otak khususnya, korteks frontal,temporal dan
limbic, sehingga mengakibatkan hembatan dalam belajar, bicara, daya ingat dan
mungkin akan timbul prilaku menarik diri. Kerusakan otak akan menyebabkan
proses informasi terganggu sehingga mungkin menimbulkan halusinasi.
2. Psikologis
Hubungan individu dengan keluarga, pengaruh dan lingkungan klien dapat
mempengaruhi terjadinya halusinasi, factor lain adalah penolakan yang dirasakan
dari ibu, pengasuh yang bersifat dingin, cemas dan tidak sensitive atau terlalu
melindungi bisa menimbulkan halusinasi. Halusinasi timbul untuk mempengaruhi
hubungan terputus antara manusia karena penolakan yang dialaminya.
3. Sosial budaya
Konflik sosial budaya kehidupan yang terisolasi disertai stres yang menumpuk dapat
menunjang timbulnya skizofrenia
4. Fisik
Factor fisik meliputi kelelahan, kurang tidur dan tingkat kecemasan sedang sampai
berat. Bila kecemasan akibat penolakan diri sendiri mencapai tingkat berat dapat
menimbulkan terjadinya halusinasi
5. Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi rasa bermusuhan klien terhadap lingkungan, menarik
diri, lingkungan yang gaduh dan rebut, isolasi sosial akan menimbulkan klien lebih
banyak melakukan komunikasi intrpersonal, sedangkan lingkungan yang gaduh
merupakan stimulus untuk timbulnya halusinasi.
6. Sikap dan Perilaku
Faktor sikap meliputi perasaan klien tidak berguna putus asa dan tidak berdaya,
perasaan tersebut akan menyebabkan klien menolak dirinya sendiri dan apabila
mencapai tingkat berat atau panic dapat menimbulkan halusinasi.

C. Tingkat intensitas Halusinasi


1. Tahap I : Menenangkan, ansietas tingkat sedang. Secara umum
menyenangkan.

Karakteristik : Merasa bersalah dan takut serta mencoba memusatkan


pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non
psikotik)

Perilaku yang teramati:

a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai


b. Menggerakan bibirnya tampa menimbulkan suara
c. Respon verbal yang lambat.
d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikkan .
2. Tahap II : Menyalahkan, ansietas tingkat berat. Halusinasi menyalahkan.

Karakteristik : Pengalaman sensori bersifat menyalahkan dan menakutkan, orang


yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu
karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik)
Perilaku klien yang teramati :

a. Peningkatan SSO yang menunjukan ansietas. Misalnya peningkatan nadi,


tekanan darah dan pernafasan.
b. Penyempitan kemampuan kosentrasi.
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita.
3. Tahap III : Pengendalian, ansietas tingkat berat. Pengalaman sensori
menjadi penguasa.

Karakteristik : Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan


pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi
halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman tersebut berakhir (Psikotik)

Perilaku klien yang teramati:

a. Lebih cendrung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolak.
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas
berat seperti : berkeringat, tremor, ketidak mampuan mengikuti petunjuk .
4. Tahap IV : Menaklukan , ansietas tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

Karakteristik : pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu


tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi terapeutik (psikotik)

Perilaku yang teramati :

a. Perilaku menyerang – teror seperti panik .


b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau mebunuh orang lain .
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti : amuk, agitasi, menarik
diri.
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

D. Psikodinamika
1. Faktor predisposisi :
a. Teori biologi : faktor genetik yang mungkin terlihat dalam perkkembangan suatu
kelainan psikologis, kecacatan sejak lahir, teori biokimia (peningkatan dopamin
neurotransmiter yang menghasilkan gejala–gejala peningkatan aktivitas yang
berlebihan
b. Teori psikososial : teori sistem keluarga (disfungsi perkembangan
keluarga/konflik keluarga), teori interpersonal (hubungan orang tua–anak yang
pernah ansietas), teori psikodinamik (mekanisme pertahan ego pada waktu
ansietas maladaptif).
2. Faktor presipitasi
a. Teori biologis : lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik , berhubungan
dengan perilaku psikotik, dan dopamin neurotransmiter
b. Teori psikologis : sosial budaya, kehilangan, kekacauan komunikasi dalam
keluarga, tidak ada hubungan saling terbuka sesama anggota keluarga.
3. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik termaksud :
a.Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari.
b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c.Menarik Diri
4. Rentang Respons
RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS

Respon Maladaptif

Rentang respons neurobiologis menurut Stuart & Laraia, 2005 adalah sebagai
berikut:
a. Respons adaptif
1) Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan

1) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

2) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah perasaan yang timbul dari hati
sesuai dengan pengalaman

3) Perilaku sesuai adalah perilaku yang dilakukan oleh individu sesuai


dengan stimulus atau harapan respons

4) Hubungan sosial harmonis adalah segala sesuatu yang berhubungan baik


mengenai masyarakat

b. Respons psikososial

1) Kadang pikiran terganggu

2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
sungguh terjadi, karena rangsangan panca indera.

3) Emosi berlebihan atau kurang: masalah emosi termasuk afek datar yaitu
rentang dan intensitas ekspresi emosi terbatas

4) Perilaku yang tidak biasa yaitu katatonia, gangguan pergerakan, gangguan


perilaku sosial

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang


lain atau hubungan dengan orang lain

c. Respons maladaptif

1) Waham adalah merupakan salah satu gagasan yang menetap, keyakinan


yang salah, yang tidak sesuai dengan latar belakang budaya klien

2) Halusinasi adalah ketidakmampuan individu mengidentifikasi dan


menginterpretasikan stimulus sesuai dengan informasi yang diterima
melalui pancaindera
3) Pertukaran proses emosi: Ketidakmampuan memunculkan emosi yang
tepat terhadap stimulus atau ketidakmampuan berlebihan terhadap
pengendalian kontrol diri (locus of control)

4) Perilaku yang tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak


teratur

5) Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu dan


diterima sebagai ketentuan oleh orang lain sebagai suatu keadaan negatif
atau mengancam

E. Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien Halusinasi

a. Tetapkan hubungan saling percaya

b. Kaji gejala halusinasi.

c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi.

d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat dan atau alkohol.

e. Jika klien bertanya, nyatakan sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus
yang sama.

f. Bantu klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang
berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu).

g. Bantu klien identifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang


direfleksikannya.

h. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan interpersonal dalam memenuhi


kebutuhan.

i. Identifikasi cara gejala-gejala psikosis lainnya.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan


Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi → Core Problem

Isolasi Sosial

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Gangguan persepsi sensorik: halusinasi (pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan)
DS : Ungkapan tentang isi, frekuensi, waktu, yang dilakukan, dan perasaan saat
terjadi halusinasi

DO :
 Perilaku halusinasi: mendengarkan sesuatu, berbicara sendiri, pandangan tajam
ke suatu tempat, merasakan sesuatu di kulit, pengecapan, menghidu sesuatu
tanpa ada objeknya
 Tingkat konsentrasi rendah, tidak mampu fokus pada lingkungan
 Perilaku melamun, sampai dengan teror, melukai karena kendali halusinasi
3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensorik: halusinasi (pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan)

Anda mungkin juga menyukai