Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN HALUSINASI DI RUANG KENARI


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh:
MILA MIRANTIWI

G3A020046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN HALUSINASI

A. Masalah Utama
Perubahan sensori perseptual : halusinasi.

B. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal
terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004).

C. Penyebab
Penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan
kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus
eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala:
1. Aspek fisik:
a. Makan dan minum kurang
b. Tidur kurang atau terganggu
c. Penampilan diri kurang
d. Keberanian kurang
2. Aspek emosi:
a. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
b. Merasa malu, bersalah
c. Mudah panik dan tiba-tiba marah
3. Aspek social
a. Duduk menyendiri
b. Selalu tunduk
c. Tampak melamun
d. Tidak peduli lingkungan
e. Menghindar dari orang lain
f. Tergantung dari orang lain
4. Aspek intelektual
a. Putus asa
b. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
c. Kurang percaya diri

D. Tanda dan Gejala :


a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup
(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat

E. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain:
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Tabel 1 Fase tingkat Halusinasi (Stuart &Laraira, 2005)
Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
FASE 1 Klien mengalami perasaan Tersenyum dan tertawa
Comforting seperti ansietas, kesepian, tidak sesuai menggerekan
Ansietas sebagai rasa bersalah dan takut bibir tanpa suara
halusinasi mencoba untuk befokus mengegerkan mata yang
menyenangkan pada pikiran menyengkan cepat dan respon verbal
untuk meredakan ansietas yang lambat jika
individu mengenal bahwa Sedang asik sendiri
pikiran-pikiran dan meningkat tanda-tanda
pengalaman sensor berada sarat otonomi
dalam kondisi kesadaran
jika ansietas dapat ditangani
psikotik.
FASE II Pengalaman sensasi Ansietas seperti
Complementing menjijikan dan peningkatan denyut
Ansietas berat menakutkan,klien mulai jantung pernafasan dan
halusinasi lepas kendali dan mungkin tekanan darah, rentang
memberatkan mencoba untuk mengambil perhatian menyempit asik
jaraknya dengan sumber dengan penglaman sensori
yang dipersepsikan klien dan kehilangan
mungkin mengalami kemampuan membedakan
pengamalan sensori dan halusinasi dan realita
menarik diri dari orang lain,
psikotik ringan
FASE III Klien berhenti Kemampuan dikendalikan
Controling menghentikan perlawanan halusinasi akan lebih
Ansietas berat terhadap halusinasi dan ditakuti, kerusakan
pengalamn menyerah pada halusnasinya berhubungan
sensorsi menjadi menjadi menarik, klien dengan orang lain, rentang
berkuasa mengalami pengalaman perhatian hanya beberapa
kesepian jika sensori detik / menit adanya tanda-
halusinasinya berhenti tanda fisik ansietas berat
psikotik berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami
peraturan.
FASE IV Pengalaman sensori menjadi Perilaku tremor akibat
Conquering mengancam jika klien panik, potensi kuat
panik mengikuti perintah suicida / nomicide aktifitas
Ansietas panik halusinasi berakhir dari merefleksikan halusinasi
pengalaman beberapa jam / hari jika perilaku isi, seperti
sensori intervensi terapeutif psikoti kekerasan, agitas menarik
menaklukan berat. diri katafonici, tidak
mampu merespon terhadap
pemerintah, yang komplek
tidak mampu berespon
lebih dari satu orang

F. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006).
Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada
diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku:
Tanda dan gejala :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

G. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Halusinasi Core
Problem

Menarik diri Penyebab

H. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual: halusinasi
c. Isolasi sosial: menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif:
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif:
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif:
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
1) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
2) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
3) Klien merasa makan sesuatu
4) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
5) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
6) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
c. Isolasi sosial: menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.

Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
I. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasi sosial : menarik diri

J. Rencana Keperawatan
Diagnosa I :Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum :Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara:
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan:
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
1) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-
olah ada teman bicara
2) Bantu klien mengenal halusinasinya
a) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b) Apa yang dikatakan halusinasinya
c) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
d) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
3) Diskusikan dengan klien:
a) Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
b) Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
4) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan:
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri

d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara


bertahap:
1) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
2) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan:
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan:
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi:
halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c) Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
2) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap:
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kelompok/Masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
1) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
2) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
3) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
d. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
e. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
5) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
6) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
7) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas


Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya :
Airlangga Universitas Press
Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth
Edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA
Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide
to Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai