Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Jiwa

Dengan Penyakit Halusinasi

Desa Lurah Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon

Nama : Fahira Rahmawati

NIM : CKR0200184

PROGRRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2023
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Utama)


Halusinasi

2. Etiologi
Gangguan otak karena keracunan, obat halusinogenik, gangguan jiwa seperti
emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosisi yang dapat
menimbulkan halusinasi dan pengaruh sosial budaya, sosial budaya yang
berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosial
budaya yang berbeda (Dalami, 2009).
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, tress
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri. Isolasi
soasial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan ketertiban dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.

3. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan (Keliat, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang
kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suarasuara tersebut seperti
mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan
sesuatu (Kusumawati, 2010).

B. Tanda dan Gejala


o Bicara atau tertawa sendiri
o Marah-marah tanpa sebab,
o Mendekatkan telinga kearah tertentu,
o Menutup telinga,
o Mendengar suara-suara atau kegaduhan,
o Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
o Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
(Fitria, 2009).
C. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitas
o Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi
korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih
sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal
dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki
riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta
pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup
sendiri), serta tidak bekerja.

o Faktor Presipitas
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta
konflik antar masyarakat.
D. Klasifikasi
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang
terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis,
dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
(Yosep Iyus, 2007: 130)
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
 Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering
merasa diringa terpecah dua.
 Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya
seperti dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012 : 55-56)
E. Fase-Fase

Tahap Karakteristik Perilaku yang teramati


I Karakteristik tahap ini ditandai  Menyeringai / tertawa yang
(Conforting) dengan adanya perasaan bersalah tidak sesuai
Halusinasi bersifat dalam diri pasien dan timbul  Menggerakkan bibirnya
menenangkan, perasaan takut. Pada tahap ini tanpa menimbulkan suara
tingkat ansietas pasien mencoba menenangkan 24  Respon verbal yang lambat
pasien sedang. pikiran untuk mengurangi  Diam dan dipenuhi oleh
Pada tahap ini ansietas. Individu mengetahui sesuatu yang mengasyikan.
halusinasi secara bahwa pikiran dan sensori yang
umum dialaminya dapat dikendalikan
menyenangkan dan bisa diatasi (non psikotik).
II Pengalaman sensori yang dialmi  Peningkatan kerja susunan
(Condeming) pasien bersifat menjijikkan dan sarapotonom yang
Halusinasi bersifat menakutkan, pasien yang menunjukkan timbulnya
menyalahkan, mengalami halusinasi mulai ansietas seperti peningkatan
pasien mengalami merasa kehilangan kendali, pasien nadi, TD dan pernafasan.
ansietas tingkat berusaha untuk menjauhkan  Kemampuan kosentrasi
berat dan dirinya dari sumber yang menyempit.
halusinasi bersifat dipersepsikan, pasien merasa  Dipenuhi dengan
menjijikkan untuk malu karena pengalaman pengalaman sensori,
pasien. sensorinya dan menarik diri dari mungkin kehilangan
orang lain (non psikotik). kemampuan untuk
membedakan antara
halusinasi dan realita.
III Pasien yang berhalusinasi pada  Lebih cenderung mengikuti
(Controlling) tahap ini menyerah untuk petunjuk yang diberikan oleh
Pada tahap ini melawan pengalaman halusinasi halusinasinya dari pada
halusinasi mulai dan membiarkan halusinasi menolak.
mengendalikan menguasai dirinya. Isi halusinasi  Kesulitan berhubungan
perilaku pasien, dapat berupa permohonan, dengan orang lain.
pasien berada pada individu mungkin mengalami  Rentang perhatian hanya
tingkat ansietas kesepian jika pengalaman tersebut beberapa menit atau detik,
berat. Pengalaman berakhir (Psikotik) gejala fisik dari ansietas berat
sensori menjadi seperti : berkeringat, tremor,
menguasai pasien ketidakmampuan mengikuti
petunjuk
IV Pengalaman sensori menakutkan  Perilaku menyerang - teror
(Conquering) jika individu tidak mengikuti seperti panik.
Halusinasi pada perintah halusinasinya. Halusinasi  Sangat potensial melakukan
saat ini, sudah bisa berlangsung dalam beberapa bunuh diri atau membunuh
sangat jam atau hari apabila tidak orang lain.
menaklukkan dan diintervensi (psikotik).  Amuk, agitasi dan menarik
tingkat ansietas diri.
berada pada  Tidak mampu berespon
tingkat panik. terhadap petunjuk yang
Secara umum komplek.
halusinasi menjadi  Tidak mampu berespon
lebih rumit dan terhadap lebih dari satu
saling terkait orang.
dengan delusi.

F. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Proses pikrr kadang Gangguan proses pikir


Persepsi kuat terganggu Waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
Perilaku sesuai Emosi berkebihan/kurang Kerusakan proses emosi
Hub social harmonis Perilaku tidak Perilaku tidak sesuai
terorganisisr
Isolasi sosial

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
diri sendiri, mekanisme koping halusinasi menurut Yosep (2016), diantaranya:
1. Regresi Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan
perilaku kembali pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan identitas).
3. Menarik diri Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stressor, sedangkan reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan

4. Pohon Masalah
Halusinasi

Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial

5. Diagnosa
- Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
- Isolasi Sosial : Menarik Diri
- Resiko Perilaku Kekerasan terhadap diri sendri, orang tua, dan lingkungan

6. Rencana Tindakan Keperawatan


- Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
 Tujuan/strategi pelaksanaan
 Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan kalian menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
 Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Strategi pelaksanaan 3 (SP3) untuk klien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa dilakukan klien dirumah).
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Strategi pelaksanaan 4 ( SP4) untuk klien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Tindakan Keperawatan untuk Klien
a. Membantu klien mengenali halusinasi.
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien
mengenali halusinasinya titik perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi
halusinasi (apa yang didengar atau dilihat) , waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul,
(komunikasinya sama dengan pengkajian di atas)
b. Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada klien
titik tersebut sudah terbukti mampu mengontrol halusinasi seseorang. Keempat
cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang ter jadwal, dan mengonsumsi obat secara teratur.
- Rencana Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
 Tujuan/strategi pelaksanaan.
 Strategi pelaksanaan 1( SP 1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi.
 Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga
a. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien halusinasi.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi.
 Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan jiwa di
rumah titik Hal ini mengingat keluarga adalah sistem pendukung terdekat dan
orang yang bersama-sama dengan klien selama 24 jam. Keluarga sangat
menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang
mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mampu mempertahankan
program pengobatan secara optimal. Namun demikian, jika keluarga tidak mampu
merawat maka klien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya kembali akan
sangat sulit. Oleh karena itu, perawat harus melatih keluarga klien agar mampu
merawat klien gangguan jiwa di rumah.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahap.
Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh klien dan
pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien. Tahap kedua adalah melatih
keluarga untuk merawat klien, dan tahap yang ketiga yaitu melatih keluarga untuk
merawat klien langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi cara merawat klien halusinasi ( cara berkomunikasi,
Pemberian obat, dan pemberian aktivitas kepada klien) , serta sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.

7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009).
S : Responsubjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon

8. Daftar Pustaka
Dalami, E. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta :
TIM

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperwatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai