Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Rahma Kesuma Wardani

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Masalah Utama (Kasus)


Halusinasi dalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang lagi
berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017)
II. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi
korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih
sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
c. Jenis-jenis
Anda telah mengetahui dan mempelajari mengenai pengertian, proses terjadinya
halusinasi, rentang respon neurobioogis dan tahap-tahap halusinasi.penulis
berharap Anda telah memahaminya. Materi yang akan kita pelajari selanjutnya
adalah jenis halusinasi. Penjelasan dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi.

Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif


Halusinasi Pendengaran  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-
sendiri suara atau kegaduhan
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara
sebab yang mengajak
 Menyedengkan bercakap-cakap
telinga ke arah  Mendengar suara
tertentu menyuruh melakukan
 Menutup telinga sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi Pengelihatan  Menunjuk-nunjuk ke  Melihat bayangan,
arah tertentu sinar, bentuk
 Ketakutan pada geometris,bentuk
sesuatu yang tidak kartoon, melihat
jelas hantu atau monster
Halusinasi Penghidu  Mengisap-isap seperti  Membaui bau-bauan
sedang membaui bau- seperti bau darah,
bauan tertentu urin, feses, kadang-
 Menutup hidung kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Pengecapan  Sering meludah  Merasakan rasa
 Muntah seperti darah, urin
atau feses
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
 Merasa seperti
tersengat listrik

d. Fase-fase

Tahap Karakteristik Perilaku yang teramati


I Karakteristik tahap ini ditandai  Menyeringai / tertawa yang
(Conforting) dengan adanya perasaan bersalah tidak sesuai
Halusinasi bersifat dalam diri pasien dan timbul  Menggerakkan bibirnya
menenangkan, perasaan takut. Pada tahap ini tanpa menimbulkan suara
tingkat ansietas pasien mencoba menenangkan 24  Respon verbal yang lambat
pasien sedang. pikiran untuk mengurangi  Diam dan dipenuhi oleh
Pada tahap ini ansietas. Individu mengetahui sesuatu yang mengasyikan.
halusinasi secara bahwa pikiran dan sensori yang
umum dialaminya dapat dikendalikan
menyenangkan dan bisa diatasi (non psikotik).
II Pengalaman sensori yang dialmi  Peningkatan kerja susunan
(Condeming) pasien bersifat menjijikkan dan sarapotonom yang
Halusinasi bersifat menakutkan, pasien yang menunjukkan timbulnya
menyalahkan, mengalami halusinasi mulai ansietas seperti peningkatan
pasien mengalami merasa kehilangan kendali, pasien nadi, TD dan pernafasan.
ansietas tingkat berusaha untuk menjauhkan  Kemampuan kosentrasi
berat dan dirinya dari sumber yang menyempit.
halusinasi bersifat dipersepsikan, pasien merasa  Dipenuhi dengan
menjijikkan untuk malu karena pengalaman pengalaman sensori,
pasien. sensorinya dan menarik diri dari mungkin kehilangan
orang lain (non psikotik). kemampuan untuk
membedakan antara
halusinasi dan realita.
III Pasien yang berhalusinasi pada  Lebih cenderung mengikuti
(Controlling) tahap ini menyerah untuk petunjuk yang diberikan oleh
Pada tahap ini melawan pengalaman halusinasi halusinasinya dari pada
halusinasi mulai dan membiarkan halusinasi menolak.
mengendalikan menguasai dirinya. Isi halusinasi  Kesulitan berhubungan
perilaku pasien, dapat berupa permohonan, dengan orang lain.
pasien berada pada individu mungkin mengalami  Rentang perhatian hanya
tingkat ansietas kesepian jika pengalaman tersebut beberapa menit atau detik,
berat. Pengalaman berakhir (Psikotik) gejala fisik dari ansietas berat
sensori menjadi seperti : berkeringat, tremor,
menguasai pasien ketidakmampuan mengikuti
petunjuk
IV Pengalaman sensori menakutkan  Perilaku menyerang - teror
(Conquering) jika individu tidak mengikuti seperti panik.
Halusinasi pada perintah halusinasinya. Halusinasi  Sangat potensial melakukan
saat ini, sudah bisa berlangsung dalam beberapa bunuh diri atau membunuh
sangat jam atau hari apabila tidak orang lain.
menaklukkan dan diintervensi (psikotik).  Amuk, agitasi dan menarik
tingkat ansietas diri.
berada pada  Tidak mampu berespon
tingkat panik. terhadap petunjuk yang
Secara umum komplek.
halusinasi menjadi  Tidak mampu berespon
lebih rumit dan terhadap lebih dari satu
saling terkait orang.
dengan delusi.

e. Rentang Respon
Stuart and Laraia menjelaskan rentang respon neurobiologis pada pasien
dengan gangguan senssori persepsi halusinasi sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Proses pikrr kadang Gangguan proses pikir
Persepsi kuat terganggu Waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
Perilaku sesuai Emosi berkebihan/kurang Kerusakan proses emosi
Hub social harmonis Perilaku tidak Perilaku tidak sesuai
terorganisisr
Isolasi sosial

f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
diri sendiri, mekanisme koping halusinasi menurut Yosep (2016), diantaranya:
1. Regresi Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan
perilaku kembali pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan identitas).
3. Menarik diri Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stressor, sedangkan reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
III.Pohon Masalah
a. Pohon Masalah
Halusinasi

Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji
Data Masalah
Data Objektif: Halusinasi
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah marah tanpa sebab
 Mengarahkan telinga ke posisi
tertentu
 Menutup telinga

Data Subjektif
 Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap
 Mendengar suaru menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya

IV.Diagnosa Keperawatan
GSP Halusinasi
V. Rencana Tindakan

Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM: a. Setelah 2x pertemuan SP I Halusinasi
sensori Pasien 1. Mengidentifikasi jenis
pasien mampu
persepsi : mampu
halusinasi pasien
halusinasi mengontrol menyebutkan waktu,
pendengaran halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi
isi, frekuensi timbulnya
pasien
TUK I halusinasi, dan respon
Pasien 3. Mengidentifikasi waktu
terhadap halusinasi.
dapat
halusinasi pasien
mengenali b. Setelah 2x pertemuan
halusinasiny 4. Mengidentifikasi frekuensi
pasien mampu
a
halusinasi pasien
TUK II menyebutkan cara
Pasien 5. Mengidentifikasi respon pasien
mengontrol halusinasi:
dapat
terhadap halusinasi
mengontrol menghardik, minum
halusinasiny 6. Mengajarkan pasien menghardik
obat, bercakap-cakap
a
halusinasi
TUK III dan melakukan
Pasien 7. Menganjurkan pasien
aktivitas
dapat
memasukan cara menghardik
mengikuti c. Setelah 2x pertemuan
program halusinasi dalam jadwal
pasien mampu
pengobatan
kegiatan harian
secara mendemonstrasikan
optimal
cara menghardik,
SP II Halusinasi
minum obat, bercakap- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
cakap dan melakukan harian pasien
aktivitas 2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP III Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP IV Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa
dilakukan dirumah)
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan pasien

TUM: a. Setelah 3x pertemuan SP I k


Keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang
keluarga mampu
mampu
dirasakan keluarga dalam
merawat menyebutkan pengertian,
pasien di merawat pasien
tanda, dan tindakan untuk
rumah dan
2. Menjelaskan pengertian, tanda
menjadi mengendalikan halusinasi
sistem dan gejala halusinasi, dan jenis
b. Setelah 3x pertemuan
pendukung
halusinasi yang dialami pasien
keluarga mampu
beserta proses terjadinya
memperagakan cara
3. Menjelaskan cara-cara merawat
mengontrol halusinasi
pasien halusinasi

SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi

SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal altivitas
dirumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang

VI. Daftar Pustaka


1. Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition
and Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
2. Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN -
Basic Course). Jakarta: EGC
3. Townsend, M. C. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.
4. Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
5. Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015,
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENGLIHATAN

Pertemuan :1
Hari / tanggal : Selasa, 30 November 2021
Ruangan : Nuri
Nama Klien : Tn.W
Pertemuan/ SP : 1 / Bercakap-cakap

A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
a. Data Subjektif
 Klien mengatakan pernah melihat jin
 Perawat ruangan melihat klien berbicara sendiri
b. Data Objektif
 Klien beberapa kali blocking saat diajak komunikasi
 Klien tampak melihat kesatu arah namun objeknya tidak jelas

2) Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan.

3) Tujuan
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
b. Mengenal halusinasi yang dimiliki serta mengetahui 4 cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktifitas,
dan minum obat.
c. Mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

4) Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
b. Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
g. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, bercakap-cakap,
melakukan aktivitas dan minum obat.
h. Melatih cara bercakap-cakap.

B. Strategi Komunikasi
1) Fase Pra Interaksi
a. Mengenal diri sendiri
b. Mengenal perasaan sendiri
c. Diskusi akan dilakukan sekitar 15 menit.
d. Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih 1
meter.
2) Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya?
Ya, benar.”
b. Evaluasi/ Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“Apa bapak masih melihat jin yang hanya dapat dilihat oleh bapak?”
c. Kontrak
 Topik
“Baiklah, hari ini kita akan berbincang – bincang mengenai jin yang
hanya dapat dilihat oleh bapak dan cara untuk mengontrol .”
 Waktu
“Berapa lama bapak ingin berbincang – bincang? Bagaimana jika 15
menit?”
 Tempat
“Dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana jika di ruang
kegiatan?”
 Tujuan
“Tujuan kita berbincang – bincang ini agar bapak dapat mengetahui apa
yang bapak lihat dan cara mengontrolnya.”
3) Fase Kerja
“Apakah bapak pernah melihat jin yang hanya bapak sendiri dapat melihat?
Apakah bapak melihatnya terus menerus? Atau sewaktu-waktu? Kapan waktu
yang paling sering bapak lihat jin itu? Berapa kali dalam sehari bapak
melihatnya? Pada saat keadaan apa jin itu terlihat? Apakah saat bapak sendiri?
Apa yang bapak rasakan ketika melihat jin tersebut? Kemudian apa yang bapak
lakukan? Apakah dengan cara tersebut jin itu hilang? Apakah bapak mengerti
apa yang bapak alami sekarang? Ya benar, yang bapak rasakan saat ini adalah
halusinasi penglihatan. Apakah bapak tau bagaimana cara mengontrol
halusinasi? Cara mengontrol halusinasi itu ada 4 cara pak, yaitu dengan cara
menghardik, bercakap-cakap atau berbincang, melakukan kegiatan yang bisa
dilakukan, dan terakhir minum obat. Dari ke-4 cara ini, bapak ingin latihan yang
mana? Baik, kita akan latihan bercakap-cakap ya pak.”
“Baiklah pak jika nanti bapak sedang sendiri sebaiknya bapak mencari teman
untuk diajak bercakap-cakap caranya adalah jika bapak mulai melihat jin
langsung saja bapak cari teman sekamar atau yang bapak kenal untuk diajak
berbicara, contohnya seperti ini pak, coba berbicara dengan saya jika mulai
mendengar suara-suara “Ayo kita ngobrol pak” atau minta pada perawat untuk
berbicara denganya seperti “pak berbicaralah dengan saya, karena saya mulai
melihat jin” apakah sudah jelas? Coba bapak ulangi. Iya bagus.”
“Coba sekarang bapak praktekkan kembali cara bercakap – cakap yang telah
saya praktekkan.”
“Bagus, bapak memang hebat.”
“Bapak bisa melakukan cara bercakap – cakap dengan siapapun sampai suara itu
hilang.”
“Sekarang kita masukkan cara bercakap – cakap ke dalam jadwal harian ya,
bapak mau kapan saja latihannya?”
“Jika bapak melakukannya secara mandiri maka bapak tuliskan (M), jika bapak
melakukannya dibantu maka bapak tulis (B), dan jika bapak tidak
melakukannya tulis (T). Apa bapak sudah mengerti? Coba bapak ulangi apa saja
yang saya jelaskan tadi? Nah... Bagus pak.”

4) Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang – bincang
mengenai latihan menghilangkan halusinasi dengan cara bercakap -
cakap?”
 Objektif
“Nah, tadikan kita sudah belajar cara bercakap-cakap. Sekarang coba
bapak lakukan atau praktikkan lagi cara bercakap-cakap.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah pak, karena kita sudah membuat jadwal harian bapak bisa latihan
cara bercakap – cakap sesuai jadwal yang telah kita buat dan jangan lupa
diisi ya pak.” “Besok kita akan latihan kembali ya pak yaitu melakukan
kegiatan yang bapak sukai.”
c. Kontrak
 Topik
“Bapak besok kita akan berbincang – bincang kembali untuk
melakukan latihan dengan melakukan kegiatan.”
 Waktu
“Bapak mau berapa lama melakukan kegiatannya? Bagaimana jika 15
menit?”
 Tempat
“Dimana kita akan latihannya? Di ruang kegiatan? Baiklah karena
pertemuan untuk hari ini sudah selesai. Saya permisi dulu ya pak,
samapai jumpa besok. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai