Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Oleh:

Rizqi Maulana Hasan

NIM: 2214314901032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Masalah Utama (Kasus)


Halusinasi dalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang lagi
berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017)
II. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi
korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih
sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
c. Jenis-jenis
Anda telah mengetahui dan mempelajari mengenai pengertian, proses terjadinya
halusinasi, rentang respon neurobioogis dan tahap-tahap halusinasi.penulis
berharap Anda telah memahaminya. Materi yang akan kita pelajari selanjutnya
adalah jenis halusinasi. Penjelasan dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi.

Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif


Halusinasi  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-
Pendengaran sendiri suara atau kegaduhan
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara
sebab yang mengajak
 Menyedengkan bercakap-cakap
telinga ke arah  Mendengar suara
tertentu menyuruh melakukan
 Menutup telinga sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke  Melihat bayangan,
Pengelihatan arah tertentu sinar, bentuk
 Ketakutan pada geometris,bentuk
sesuatu yang tidak kartoon, melihat
jelas hantu atau monster
Halusinasi Penghidu  Mengisap-isap  Membaui bau-bauan
seperti sedang seperti bau darah,
membaui bau-bauan urin, feses, kadang-
tertentu kadang bau itu
 Menutup hidung menyenangkan
Halusinasi Pengecapan  Sering meludah  Merasakan rasa
 Muntah seperti darah, urin
atau feses
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
 Merasa seperti
tersengat listrik

d. Fase-fase

Tahap Karakteristik Perilaku yang teramati


I Karakteristik tahap ini ditandai  Menyeringai / tertawa yang
(Conforting) dengan adanya perasaan bersalah tidak sesuai
Halusinasi bersifat dalam diri pasien dan timbul  Menggerakkan bibirnya
menenangkan, perasaan takut. Pada tahap ini tanpa menimbulkan suara
tingkat ansietas pasien mencoba menenangkan 24  Respon verbal yang lambat
pasien sedang. pikiran untuk mengurangi  Diam dan dipenuhi oleh
Pada tahap ini ansietas. Individu mengetahui sesuatu yang mengasyikan.
halusinasi secara bahwa pikiran dan sensori yang
umum dialaminya dapat dikendalikan
menyenangkan dan bisa diatasi (non psikotik).
II Pengalaman sensori yang dialmi  Peningkatan kerja susunan
(Condeming) pasien bersifat menjijikkan dan sarapotonom yang
Halusinasi bersifat menakutkan, pasien yang menunjukkan timbulnya
menyalahkan, mengalami halusinasi mulai ansietas seperti peningkatan
pasien mengalami merasa kehilangan kendali, pasien nadi, TD dan pernafasan.
ansietas tingkat berusaha untuk menjauhkan  Kemampuan kosentrasi
berat dan dirinya dari sumber yang menyempit.
halusinasi bersifat dipersepsikan, pasien merasa  Dipenuhi dengan
menjijikkan untuk malu karena pengalaman pengalaman sensori,
pasien. sensorinya dan menarik diri dari mungkin kehilangan
orang lain (non psikotik). kemampuan untuk
membedakan antara
halusinasi dan realita.
III Pasien yang berhalusinasi pada  Lebih cenderung mengikuti
(Controlling) tahap ini menyerah untuk petunjuk yang diberikan oleh
Pada tahap ini melawan pengalaman halusinasi halusinasinya dari pada
halusinasi mulai dan membiarkan halusinasi menolak.
mengendalikan menguasai dirinya. Isi halusinasi  Kesulitan berhubungan
perilaku pasien, dapat berupa permohonan, dengan orang lain.
pasien berada pada individu mungkin mengalami  Rentang perhatian hanya
tingkat ansietas kesepian jika pengalaman tersebut beberapa menit atau detik,
berat. Pengalaman berakhir (Psikotik) gejala fisik dari ansietas berat
sensori menjadi seperti : berkeringat, tremor,
menguasai pasien ketidakmampuan mengikuti
petunjuk
IV Pengalaman sensori menakutkan  Perilaku menyerang - teror
(Conquering) jika individu tidak mengikuti seperti panik.
Halusinasi pada perintah halusinasinya. Halusinasi  Sangat potensial melakukan
saat ini, sudah bisa berlangsung dalam beberapa bunuh diri atau membunuh
sangat jam atau hari apabila tidak orang lain.
menaklukkan dan diintervensi (psikotik).  Amuk, agitasi dan menarik
tingkat ansietas diri.
berada pada  Tidak mampu berespon
tingkat panik. terhadap petunjuk yang
Secara umum komplek.
halusinasi menjadi  Tidak mampu berespon
lebih rumit dan terhadap lebih dari satu
saling terkait orang.
dengan delusi.

e. Rentang Respon
Stuart and Laraia menjelaskan rentang respon neurobiologis pada pasien
dengan gangguan senssori persepsi halusinasi sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Proses pikrr kadang Gangguan proses pikir
Persepsi kuat terganggu Waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
Perilaku sesuai Emosi berkebihan/kurang Kerusakan proses emosi
Hub social harmonis Perilaku tidak Perilaku tidak sesuai
terorganisisr
Isolasi sosial

f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
diri sendiri, mekanisme koping halusinasi menurut Yosep (2016), diantaranya:
1. Regresi Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan
perilaku kembali pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan identitas).
3. Menarik diri Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stressor, sedangkan reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
III.Pohon Masalah
a. Pohon Masalah
Halusinasi

Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji
Data Masalah
Data Objektif: Halusinasi
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah marah tanpa sebab
 Mengarahkan telinga ke posisi
tertentu
 Menutup telinga

Data Subjektif
 Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
 Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suaru menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya

IV.Diagnosa Keperawatan
GSP Halusinasi
V. Rencana Tindakan

Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM: a. Setelah 2x pertemuan SP I Halusinasi
sensori Pasien 1. Identifikasi halusinasi : isi,
pasien mampu
persepsi : mampu
frekuensi, waktu terjadi, situasi
halusinasi mengontrol menyebutkan waktu,
pendengaran halusinasi pencetus, perasaan, respon
isi, frekuensi timbulnya
2. Jelaskan cara mengontrol
TUK I halusinasi, dan respon
Pasien halusinasi: hardik, obat,
terhadap halusinasi.
dapat
bercakap-cakap, melakukan
mengenali b. Setelah 2x pertemuan
halusinasiny kegiatan
pasien mampu
a
3. Latih cara mengontrol halusinasi
TUK II menyebutkan cara
Pasien dengan menghardik
mengontrol halusinasi:
dapat
4. Masukan pada jadwal kegiatan
mengontrol menghardik, minum
halusinasiny untuk latihan menghardik
obat, bercakap-cakap
a
TUK III dan melakukan
Pasien
aktivitas
dapat
mengikuti c. Setelah 2x pertemuan
program
pasien mampu
pengobatan
secara mendemonstrasikan
optimal
cara menghardik,
SP II Halusinasi
minum obat, bercakap- 1. Evaluasi kegiatan mengardik.
cakap dan melakukan beri pujian
aktivitas 2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat ( jelaskan 6 bbenar:
jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat

SP III Halusinasi
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan obat , beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap
cakap saat terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan
bercakap cakap

SP IV Halusinasi
1. Evaluasi kegiatan menghardik
dan obat dan bercakap cakap,
beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap cakap dan kegiatan
harian

SP V Halusinasi
1. Evaluasi kegiatan
menghardik, obat,bercakap
cakap, dan kegiatan harian
beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Niali kemampuan yang telah
mandiri
4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol

TUM: a. Setelah 3x pertemuan SP I keluarga


Keluarga 1. Diskusikan masalah yang
keluarga mampu
mampu
dirasakan dalam merawat pasien
merawat menyebutkan pengertian,
pasien di 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
tanda, dan tindakan untuk
rumah dan
gejala, dan proses terjadinya
menjadi mengendalikan halusinasi halusinasi (gunakan booklet)
sistem
b. Setelah 3x pertemuan 3. Jelaskan cara merawat
pendukung
keluarga mampu halusinasi
memperagakan cara 4. Latih cara merawat halusinasi :
mengontrol halusinasi menghardik
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian

SP II keluarga
1. Evaluasi kegiatan dalam
merawat/ melatih pasien
menghardik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara memberikan/
membimbing minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian
SP III keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/ melatih
pasien menghardik dan
memberi obat. Beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap
cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu
bercakap cakap dengan
asien terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SP IV keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/ melatih
pasien menghardik,memberi
obat, dan becakap cakap.
Beri pujian
2. Jelaskan follow ip ke
RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian

SP V keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/ melatih
pasien menghardik,memberi
obat, dan becakap cakap,
melakukan kegiatan harian
dan follow up. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
dalam kontrol ke RSJ/ PKM

VI. Daftar Pustaka


1. Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition
and Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
2. Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN -
Basic Course). Jakarta: EGC
3. Townsend, M. C. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.
4. Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
5. Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015,
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai