Anda di halaman 1dari 22

BISNIS MODEL CANVAS

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah enterpreneurship


yang dibina oleh:
Ns. Rahmawati Maulidya , M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 1

Devi Safitri (1814314201006)


Diba Berliana Indah (1814314201007)
Vega Luyuni Dwiyanti (1814314201033)
Nunik Rofifatul Hidayah (1814314201019)
Deky Hangu Andung (1714314201006)
Muhammad Tri Wahyudi I (1614314201026)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Bisnis Model
Canvas ” Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya terutama kepada Ns.
Rahmawati Maulidya, M.Kep yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................2
1.3 TUJUAN............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 DEFINISI.........................................................................................3
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI.................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI...........................................................................5
2.5 PATHWAY.....................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS ................................................................8
2.7 KOMPLIKASI..................................................................................8
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................10
2.9 PENATALAKSANAAN...............................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................13
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................15
3.3 INTERVENSI KEPERWATAN....................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN...............................................................................19
4.2 SARAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

ii
1. Profil Usaha

a. Latar Belakang

Bronko dan

b. Perkembangan Usaha Hingga Saat ini

Pada saat ini

c. Produk, Layanan Usaha

Produk yang dijual pada Apotek sbcksgkgchzbhbxkgxhhzVJMx

2. Evaluasi Usaha dengan BMC

3. Dokumentasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bronkomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi
umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia berhubungan dengan
sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi
tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya
kemudian di masa kecil, langka
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi
terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada
bronkus di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas
besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas
ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing
rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan
insufisiensi respirasi
2.2 Etiologi Bronkomalasia
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga
saat ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran
pernapasan. Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari
beberapa penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan
gejala bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bawah berulang
untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di
kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi atau
penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018)

2
Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus
utama dan atau divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi
karena cacat yang melekat pada kartilago atau dari kompresi extinsik.
Bronkomalasia lebih sering muncul dengan trakeomalasia dibandingkan dengan
lesi yang terisolasi. bronchomalacia terlihat dominan di sisi kiri (35,7%)
dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering terlihat pada
bronkus batang utama kiri, bronkus lobus kiri atas, bronkus lobus kanan tengah,
dan bronkus batang utama kanan, dalam urutan prevalensi menurun. ada juga
dominasi laki-laki pada lesi ini (Laberge, 2008)

Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan


membaik ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya
waktu. Ketika Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi kompromi
pernapasan, tracheostomy dan ventilasi tekanan positif dapat diindikasikan. Selain
itu, perawatan bedah dari sumber kompresi eksternal, seperti dengan aortopeksi
dapat membantu. Stent juga dapat digunakan, seperti yang didiskusikan dengan
Traakomalasia, tetapi mereka memiliki komplikasi serius termasuk caut,
penghilangan yang sulit, pembentukan jaringan granulasi. Dengan demikian ini
harus disediakan untuk situasi yang muncul dan bukan untuk terapi jangka
panjang saat ini

Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal


dari prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan
kongenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat
dengan sindrom Williams-campbell. rembesan saluran napas distal pada sindrom
William-Campbell dapat menyebabkan bronkiektasis. bronchomalacia sekunder
terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung diperbesar atau anomali
vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder. Bronchomalacia juga dapat
dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang menyebabkan hiperinflasi pada
jaringan yang terkena.

Secara simtomatik, pasien datang dengan gambaran yang mirip dengan


trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk terus-menerus,
infeksi pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan sianosis. Mereka sering

3
hadir pada masa bayi dengan infeksi pernafasan pertama mereka. Bronchomalacia
sering salah didiagnosis sebagai asma dan dengan demikian dapat terjadi
keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan diferensiasi dari asma dilakukan oleh
bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana karakteristik dinamis dari
saluran napas dapat disaksikan.

2.3 Klasifikasi Bronkomalasia


Klasifikasi Bronkomalasia adalah:
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago.
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital.
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
2.4 Patofisiogi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan
mulut, melalui kontak suara(Laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi
menjadi dua cabang (bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing paru-paru.
Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika
tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan
dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku
cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam
dirinya sendiri. Hal ini mungkin terjadi saat mengembusankan nafas dan
menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan/atau napas
cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu
sehingga tracheomalasia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,
tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi
di saluran napas kecil disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang
pelunakan (dinding saluran kemih)

4
Kerusakan saluran udara dinamis yang berlebihan (trakea, bronkus utama)
dan bronkomalasia (anastomosis kanan)
1. Foto pertama, diambil selama inspirasi, menunjukkan diameter normal dari
trakea dan anastomosis kanan permeabel.
2. Dalam foto kedua, diambil selama kadaluwarsa, dinding posterior trakea dan
tonjolan utama bronkus ke dalam menyebabkan penyempitan berlebihan.
Oklusi hampir lengkap dari anastomosis kanan diamati selama expirium.

5
PATHWAY BRONKOMALASIA

Pembedahan Bronkomalasia adalah WOC BRONKOMALASIA


1. Trakeostomi ketidakstabilan/kelemahan kartilago
2. trakeoplasti pada dinding bronkus biasanya pada
Manifestasi klinis :
2.5 Pathway

bayi/anak kurang dari 6 tahun


1. Mengi
Imaturitas 2. Stidor
Kelainan kongenital Primer Sekunder
jaringan bronkus 3. Gagal nafas
embriologi pd trimester
4. Hiperinflasi bak difus
1
maupun terlokalisasi
Abnormaltas
kelenturan
Pemeriksaan penunjang :
Stimulasi sel goblet Respon non spesifik I 1. Fluoroskopi jalan nafas
Kelenturan kartilago Infeksi yang dapat mempengaruhi 2. Bronkoskopi serat optic
pd dinding bronkus kartilago dinding bronkus fleksibel

Respon inflamasi Respon non spesifik


II

6
Menutupnya saluran Pengaktifan sel T sebagai Merangsang saraf vagus
pernafasn dibawah Fagositosis oleh reaksi patogen
Akumulasi sekret berlebih
bunyi stidor makrofag alveolar yg menyebabkan sputum Sinyal mencapai SSP
meningkat Dilatasi pembuluh darah
Penurunan ekspansi paru
Merangsang hipotalamus
Bersihan jalan Eksudat plasma masuk meningkatkan titik patokan
Penurunan kadar O2 Konpensasi nafas tidk efektif ke alveoli suhu (suhu point)
pemenuhan O2 dg
peningkatan frekuensi
Metabolisme anaerob pernafasan Sputum bau & kental Gg. Pertukaran gas Hipertermia

hipoksia Penggunaan otot Anoreksia Metabolisme


bantu nafas
tubuh meningkat
Metabolisme anaerob Ketidakseimbangan
Sesak nafas
nutrisi : kurang dari Risiko kekurangan
kebutuhan tubuh volume cairan
Akumulasi asam laktat
Gg. Pola nafas

Fatique/kelemahan Intoleransi aktivitas


2.6 Manifestasi Klinis
a. Gejala Bronkomalasiaa.
1. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung
tersumbat.
2. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
3. Puncak gejala pada hari ke-5 sakit : batuk, sesak napas, takipne,
mengi,minum menurun, apne, sianosis.
4. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal,
suara nafas melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat
menghilang.
b. Tanda-tanda Bronkomalasiaa.
1. Nafas cuping hidung
2. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi
interkostal dan subkostal).
3. Sesak napas, takipne, apneu.
4. Hiperinflasi dada.
5. Retraksi, expiratory effort.
6. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
7. Ekspirasi memanjang, mengi.
8. Hepar atau limpa dapat teraba
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari Bronkomalasia diantaranya berupa:
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan
atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang
mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis.
2. Bronkitis
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang
dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit

7
saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Secara
harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala
yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit
yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis
ikut memegang peran (Ngastiyah, 2006)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan
atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain
seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asmadan
sebagainya
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai
peradangan tulang rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung.
Penyakit ini dikenal dengan nama lain seperti Meyenburg Altherr Uehlinger
sindrom, kronis atrofi polychondritis dan sindrom Von Meyenburg.Penyakit
ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan jaringan
sendi, telinga, hidung dan trakea.Penyebab polychondritis diyakini
gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulaimenyerang jaringan dan
tulang rawan menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang
dihasilkan autoimun akan menghancurkan glycosaminoglycans yang
merupakan bagian terpenting dalam jaringan ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih
– lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus.(Smelzer Suzanne :
2001). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.

8
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Bronkomalasia berupa:
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring,
trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau
bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut dengan
bronkofibroskop.Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep
biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk
pemeriksaan sitologi.
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan
mengumpulkan spesimen. Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
2. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
3. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
4. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
5. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut.
1. Persetujuan tindakan.
2. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
3. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
4. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
5. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
6. Premedikasi.
7. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi
fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi.
Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan
melalui mulut atau hidung.
8. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
9. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
b. CT-Scan

9
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang
digunakan untuk mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai
kelainan pada paru-paru. CT scan atau pemindaian tomografi
terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudut-
sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan
untuk menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari
struktur internal paru-paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur
abnormal di dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi
merupakan gejala yang dialami oleh pasien. Di samping
untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga
dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk
memastikan ketepatan dan ketelitian. Banyak tenaga medis profesional
menggunakan CT scan paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan
yang tepat bagi pasien, yang meliputi peresepan, pembedahan, atau terapi
radiasi.
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau
toraks. Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi
penghasilan berbagai gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang
dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien. Irisan-irisan
tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat
gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan
bidang. Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT scan menyediakan
gambaran yang lebih rinci dan akurat yang menunjukkan hingga
abnormalitas atau ketidakteraturan yang bersifat minor.
Selain itu, CTscan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor
paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah
mengapa CT scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi,
ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker. Prosedur pencitraan ini
juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus
limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru – paru
c. MRI

10
Dada Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi
magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan
energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ
dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak
bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen, USG atau CT scan.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk Bronkomalasia berupa:
1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
Metode menggunakan respiratory ventilation.
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara
langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bronkomalasia biasanya akan didapatkan
data:
a) Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelelahan, malaise.
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
3) Ketidakmampuan untuk tidur.
4) Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
b) Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung/takikardia
berat.
2) Distensi vena leher.
3) Edema dependent
4) Bunyi jantung redup.
5) Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
6) Pucat, dapat menunjukkan anemi.
7) Integritas Ego
c) Integritas Ego
Gejala :
1) Peningkatan faktor resiko

12
2) Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d) Makanan/cairan
Gejala :
1) Mual/muntah.
2) Nafsu makan buruk/anoreksia
3) Ketidakmampuan untuk makan
4) Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
1) Turgor kulit buruk
2) Edema dependen
3) Berkeringat.
4) Penurunan berat badan
5) Palpitasi abdomen
e) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f) Pernafasan
Gejala :
1) Batuk brassy
2) Episode batuk terus menerus
Tanda :
1) Pernafasan biasa cepat.
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas ronchi/wheezing
4) Perkusi hyperresonan pada area paru.
5) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu-abu
keseluruhan.
g) Keamanan
Gejala :
1) Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
2) Adanya/berulangnya infeksi.

13
h) Interaksi sosial
Gejala :
1) Hubungan ketergantungan
2) Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
i) Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena
distress pernafasan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Nanda 2018-2020, diagnosa pada pasien dengan Bronkomalasia
berupa:
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan.
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispneu, anoreksia, mual muntah.
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
d) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
e) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
berlebih
f) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi pembuluh darah
g) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi dan
peningkatan metabolisme tubuh

14
3.3 Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1. Ketidakefektifan  Respiratory status :  Airway Management
pola nafas b.d ventilation - atur posisi tidur untuk
deformitas  Respiratory status memaksimalkan
tulang rawan Kriteria hasil : ventilasi
- menunjukkan - jaga kepatenan jalan
keefektifan pola nafas : suction, batuk
nafas (frekuensi, efektif
irama, suara - kaji TTV, dan adanya
auskultasi, dan sianosis
kepatenan nafas) - pertahankan
- tidak ada pemebrian O2 sesuai
penggunan otot kebutuhan
bantu pernafasan, - kaji adanya penurunan
tidak ada nafas ventilasi dan bunyi
pendek nafas tambahan,
- bunyi nafas kebutuhan insersi
tambahan tidak jalan nafas
ada (ronchi) - tentukan lokasi dan
- tidak ada nyeri dan luasnya krepitasi di
cemas tulang dada
- kaji peningkatan
kegelisahan, ansietas
dan tersenggal-
senggal
- monitor pola

15
pernafasan
(Bradipnea, takipnea,
hiperventilasi) :
kecepatan, irama,
kedalaman, dan usaha
respirasi
- ajarkan teknik
relaksasi kepada klien
dan keluarga
- kolaborasi tim medis :
untuk program terapi,
pemberian oksigen,
obat bronkodilator,
obat nyeri cairan,
nebulizer,
tindakan/pemeriksaan
medis, pemasangan
alat bantu napas, dan
fisioterapi.
2. Bersihan jalan  Respiratory status :  Airway suction
nafas tidak ventilation - Pastikan kebutuhan
efektif  Airway patency oral / tracheal suction
berhubungan Criteria hasil : - Auskultasi suara
dengan - Menunjukan jalan nafas sebelum dan
akumulasi secret nafas yang paten sesudah suctioning
berlebih (klien tidak merasa - Monitor status
tercekik,irama oksigen pasien
nafas, frekuensi  Airway management
nafas dalam - Identifikasi pasien
rentang normal, perlunya
tidak ada suara pemasangan alat
nafas abnormal) jalan nafas buatan

16
- Mampu - Auskultasi suara
mengidentifikasi nafas , catac adanya
dan mencegah suara nafas tambahan
factor yang dapat - Monitor respirasi dan
menghambat jalan status O2
nafas
3. Resiko  Fluid belence  Fluid management
kekurangan  Hydration - Pertahankan catatan
volume cairan  Nutritional status intake dan output
b.d. hipertermi  Fluid intake yang akurat
dan peningkatan - Mempertahankan - Monitor status
metabolism hidrasi
urine output sesuai
tubuh - Monitor vital sign
dengan usia, BB Bj
urine normal, HT - Monitor masukan
normal makanan/ cairan
- TTV normal - Kolaborasi dengan
Tidak ada tanda- dokter
tanda dehidrasi ,
elastisitas turgo
kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bronkomalsia dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus
di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar
merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel
pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren dan
infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi
respirasi
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali Bronkomalasia
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan disertainya makalah mengenai Bronkomalasia ini mampu memberikan
referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan pengetahuan bagi
petugas medis untuk merawat Bronkomalaisa

18
DAFTAR PUSTAKA

Lestari,Citra. 2016. “Profil Bayi Lahir Dengan Kelainan Kongenital Yang Di


Rawat Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo”,
Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin

Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Rosano A dkk. Infant mortality and congenital anomalies from 1950 to


1994: an international perspective. Journal of epidemiology and
community .

Smeltzer, Suzanne C.2001. buku ajar keperawatan medical bedah brunner &
suddarth. Jakarta :EGC.

Speer, Kathleen Morgan.2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik


dengan Clinical Pathway Ed.3. Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai