Disusun oleh:
Kelompok 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Bisnis Model
Canvas ” Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya terutama kepada Ns.
Rahmawati Maulidya, M.Kep yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................2
1.3 TUJUAN............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 DEFINISI.........................................................................................3
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI.................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI...........................................................................5
2.5 PATHWAY.....................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS ................................................................8
2.7 KOMPLIKASI..................................................................................8
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................10
2.9 PENATALAKSANAAN...............................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................13
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................15
3.3 INTERVENSI KEPERWATAN....................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN...............................................................................19
4.2 SARAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
ii
1. Profil Usaha
a. Latar Belakang
Bronko dan
3. Dokumentasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bronkomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi
umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia berhubungan dengan
sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi
tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya
kemudian di masa kecil, langka
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi
terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada
bronkus di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas
besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas
ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing
rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan
insufisiensi respirasi
2.2 Etiologi Bronkomalasia
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga
saat ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran
pernapasan. Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari
beberapa penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan
gejala bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bawah berulang
untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di
kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi atau
penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018)
2
Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus
utama dan atau divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi
karena cacat yang melekat pada kartilago atau dari kompresi extinsik.
Bronkomalasia lebih sering muncul dengan trakeomalasia dibandingkan dengan
lesi yang terisolasi. bronchomalacia terlihat dominan di sisi kiri (35,7%)
dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering terlihat pada
bronkus batang utama kiri, bronkus lobus kiri atas, bronkus lobus kanan tengah,
dan bronkus batang utama kanan, dalam urutan prevalensi menurun. ada juga
dominasi laki-laki pada lesi ini (Laberge, 2008)
3
hadir pada masa bayi dengan infeksi pernafasan pertama mereka. Bronchomalacia
sering salah didiagnosis sebagai asma dan dengan demikian dapat terjadi
keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan diferensiasi dari asma dilakukan oleh
bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana karakteristik dinamis dari
saluran napas dapat disaksikan.
4
Kerusakan saluran udara dinamis yang berlebihan (trakea, bronkus utama)
dan bronkomalasia (anastomosis kanan)
1. Foto pertama, diambil selama inspirasi, menunjukkan diameter normal dari
trakea dan anastomosis kanan permeabel.
2. Dalam foto kedua, diambil selama kadaluwarsa, dinding posterior trakea dan
tonjolan utama bronkus ke dalam menyebabkan penyempitan berlebihan.
Oklusi hampir lengkap dari anastomosis kanan diamati selama expirium.
5
PATHWAY BRONKOMALASIA
6
Menutupnya saluran Pengaktifan sel T sebagai Merangsang saraf vagus
pernafasn dibawah Fagositosis oleh reaksi patogen
Akumulasi sekret berlebih
bunyi stidor makrofag alveolar yg menyebabkan sputum Sinyal mencapai SSP
meningkat Dilatasi pembuluh darah
Penurunan ekspansi paru
Merangsang hipotalamus
Bersihan jalan Eksudat plasma masuk meningkatkan titik patokan
Penurunan kadar O2 Konpensasi nafas tidk efektif ke alveoli suhu (suhu point)
pemenuhan O2 dg
peningkatan frekuensi
Metabolisme anaerob pernafasan Sputum bau & kental Gg. Pertukaran gas Hipertermia
7
saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Secara
harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala
yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit
yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis
ikut memegang peran (Ngastiyah, 2006)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan
atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain
seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asmadan
sebagainya
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai
peradangan tulang rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung.
Penyakit ini dikenal dengan nama lain seperti Meyenburg Altherr Uehlinger
sindrom, kronis atrofi polychondritis dan sindrom Von Meyenburg.Penyakit
ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan jaringan
sendi, telinga, hidung dan trakea.Penyebab polychondritis diyakini
gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulaimenyerang jaringan dan
tulang rawan menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang
dihasilkan autoimun akan menghancurkan glycosaminoglycans yang
merupakan bagian terpenting dalam jaringan ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih
– lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus.(Smelzer Suzanne :
2001). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.
8
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Bronkomalasia berupa:
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring,
trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau
bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut dengan
bronkofibroskop.Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep
biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk
pemeriksaan sitologi.
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan
mengumpulkan spesimen. Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
2. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
3. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
4. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
5. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut.
1. Persetujuan tindakan.
2. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
3. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
4. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
5. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
6. Premedikasi.
7. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi
fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi.
Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan
melalui mulut atau hidung.
8. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
9. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
b. CT-Scan
9
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang
digunakan untuk mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai
kelainan pada paru-paru. CT scan atau pemindaian tomografi
terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudut-
sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan
untuk menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari
struktur internal paru-paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur
abnormal di dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi
merupakan gejala yang dialami oleh pasien. Di samping
untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga
dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk
memastikan ketepatan dan ketelitian. Banyak tenaga medis profesional
menggunakan CT scan paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan
yang tepat bagi pasien, yang meliputi peresepan, pembedahan, atau terapi
radiasi.
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau
toraks. Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi
penghasilan berbagai gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang
dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien. Irisan-irisan
tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat
gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan
bidang. Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT scan menyediakan
gambaran yang lebih rinci dan akurat yang menunjukkan hingga
abnormalitas atau ketidakteraturan yang bersifat minor.
Selain itu, CTscan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor
paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah
mengapa CT scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi,
ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker. Prosedur pencitraan ini
juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus
limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru – paru
c. MRI
10
Dada Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi
magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan
energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ
dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak
bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen, USG atau CT scan.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk Bronkomalasia berupa:
1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
Metode menggunakan respiratory ventilation.
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara
langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
12
2) Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d) Makanan/cairan
Gejala :
1) Mual/muntah.
2) Nafsu makan buruk/anoreksia
3) Ketidakmampuan untuk makan
4) Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
1) Turgor kulit buruk
2) Edema dependen
3) Berkeringat.
4) Penurunan berat badan
5) Palpitasi abdomen
e) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f) Pernafasan
Gejala :
1) Batuk brassy
2) Episode batuk terus menerus
Tanda :
1) Pernafasan biasa cepat.
2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas ronchi/wheezing
4) Perkusi hyperresonan pada area paru.
5) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu-abu
keseluruhan.
g) Keamanan
Gejala :
1) Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
2) Adanya/berulangnya infeksi.
13
h) Interaksi sosial
Gejala :
1) Hubungan ketergantungan
2) Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
i) Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena
distress pernafasan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Nanda 2018-2020, diagnosa pada pasien dengan Bronkomalasia
berupa:
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan.
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispneu, anoreksia, mual muntah.
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
d) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
e) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
berlebih
f) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi pembuluh darah
g) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi dan
peningkatan metabolisme tubuh
14
3.3 Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1. Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management
pola nafas b.d ventilation - atur posisi tidur untuk
deformitas Respiratory status memaksimalkan
tulang rawan Kriteria hasil : ventilasi
- menunjukkan - jaga kepatenan jalan
keefektifan pola nafas : suction, batuk
nafas (frekuensi, efektif
irama, suara - kaji TTV, dan adanya
auskultasi, dan sianosis
kepatenan nafas) - pertahankan
- tidak ada pemebrian O2 sesuai
penggunan otot kebutuhan
bantu pernafasan, - kaji adanya penurunan
tidak ada nafas ventilasi dan bunyi
pendek nafas tambahan,
- bunyi nafas kebutuhan insersi
tambahan tidak jalan nafas
ada (ronchi) - tentukan lokasi dan
- tidak ada nyeri dan luasnya krepitasi di
cemas tulang dada
- kaji peningkatan
kegelisahan, ansietas
dan tersenggal-
senggal
- monitor pola
15
pernafasan
(Bradipnea, takipnea,
hiperventilasi) :
kecepatan, irama,
kedalaman, dan usaha
respirasi
- ajarkan teknik
relaksasi kepada klien
dan keluarga
- kolaborasi tim medis :
untuk program terapi,
pemberian oksigen,
obat bronkodilator,
obat nyeri cairan,
nebulizer,
tindakan/pemeriksaan
medis, pemasangan
alat bantu napas, dan
fisioterapi.
2. Bersihan jalan Respiratory status : Airway suction
nafas tidak ventilation - Pastikan kebutuhan
efektif Airway patency oral / tracheal suction
berhubungan Criteria hasil : - Auskultasi suara
dengan - Menunjukan jalan nafas sebelum dan
akumulasi secret nafas yang paten sesudah suctioning
berlebih (klien tidak merasa - Monitor status
tercekik,irama oksigen pasien
nafas, frekuensi Airway management
nafas dalam - Identifikasi pasien
rentang normal, perlunya
tidak ada suara pemasangan alat
nafas abnormal) jalan nafas buatan
16
- Mampu - Auskultasi suara
mengidentifikasi nafas , catac adanya
dan mencegah suara nafas tambahan
factor yang dapat - Monitor respirasi dan
menghambat jalan status O2
nafas
3. Resiko Fluid belence Fluid management
kekurangan Hydration - Pertahankan catatan
volume cairan Nutritional status intake dan output
b.d. hipertermi Fluid intake yang akurat
dan peningkatan - Mempertahankan - Monitor status
metabolism hidrasi
urine output sesuai
tubuh - Monitor vital sign
dengan usia, BB Bj
urine normal, HT - Monitor masukan
normal makanan/ cairan
- TTV normal - Kolaborasi dengan
Tidak ada tanda- dokter
tanda dehidrasi ,
elastisitas turgo
kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkomalsia dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus
di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar
merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel
pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren dan
infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi
respirasi
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali Bronkomalasia
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan disertainya makalah mengenai Bronkomalasia ini mampu memberikan
referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan pengetahuan bagi
petugas medis untuk merawat Bronkomalaisa
18
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.2001. buku ajar keperawatan medical bedah brunner &
suddarth. Jakarta :EGC.
19