“STENOSIS PULMONER”
DOSEN PEMBIMBING :
Farudin Kurdi , S.Kep.,Ns,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuni, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan ASKEP “SLE”. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak Farudin Kurdi, S.Kep,.Ns selaku dosen mata kuliah
Sistem Kardiovaskuler STIKES PEMKAB JOMBANG yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap ASKEP ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam ASKEP ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan ASKEP yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga ASKEP sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. I
BAB I PENDAHULUAN
1.3.patofisiologi ................................................................................................................. 4
iii
BAB III ASKEP KASUS ................................................................................................. 17
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
1
Gambar 1.1 Stenosis Pulmoner
2
1.2 ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Fakto eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextro amphetamine. aminopterin,
amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
3
1.3 WOC
4
1.4 PATOFISIOLOGI
Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada
pangkal arteri pulmonal ( tipe supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel kanan
( tipe subvalveler ), maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan
yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan pertanda yang
karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan pada tipe
stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu systole,
tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi. Jika ditemukan
proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi endokarditis bacterial.
Adanya hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal
cukup signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi pula dan hal ini
akan memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan
pun meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung
kanan.
Severitas stenosis pulmonal umumnya dibedakan sebagai stenosis pulmonal
yang ringan, yang moderat dan yang berat, walaupun perbedaan ini hanya bersifat
arbitrer dan sering overlapping, bahkan mengalami perubahan yang progresif. Pada
stenosis pulmonal yang ringan, tekanan sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang
dari 50 mmHg dan itu berarti kurang dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis
pulmonal yang moderat, tekanan sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari
tekanan sistemik, atau antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat,
apabila tekanan sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih
dari 75 mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan
sistolik ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik.
Pada pasien PS, tentu dapat dilakukan upaya agar pembukaannya dapat lebih
lebar. Pertama dengan jalan operasi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat
dilakukan pula dengan upaya non-bedah yakni dengan balonisasi katup untuk
melebarkan katup yang sempit tersebut (pasien datang pagi hari, dan pulang keesokan
harinya). Dapat dilakukan di RS2 yang ada fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter
jantung yang berpengalaman melakukan tindakan ini.
5
1.5 MANIFESTASI KLINIS
I. Gangguan fungsi miokard :
a. Takikardia
b. Perspirasi ( yang tidak tepat )
c. Penurunan haluaran urine
d. Keletihan
e. Kelemahan
f. Gelisah
g. Anoreksia
h. Ekstrimitas pucat dan dingin
i. Denyut nadi perifer lemah
j. Penurunan tekanan darah
k. Irama gallop
l. Kardiomegali
6
1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan ekokardiografi
b. Penggunaan kateterisasi
Pada stenosis pulmonal yang ringan dan asimtomatik, kateterisasi tidak perlu
segera dilakukan. Tapi pada stenosis pulmonal yang cukup berat, kateterisasi harus
segera dilakukan untuk mengetahui gradient tekanan antara ventrikel kanan dengan
arteri pulmonal, perbedaan saturasi antar ruang dan kemungkinan adanya kelainan
jantung yang lain.
Tekanan di ventrikel kanan tampak meningkat, tapi tekanan dalam arteri
pulmonal relative normal atau bahkan berkurang, sehingga terjadi gradient tekanan
sistolik antara kedua ruangan itu diatas 10mmHg. Tekanan ventrikel kanan biasanya
7
kurang dari 50mmHg, tapi belum melebihi tekanan sistemik, dianggap stenosis
pulmonal masih moderat. Dan stenosis pilmonal dianggap berat, apabila tekanan di
ventrikel kanan menyamai atau bahkan sudah melebihi tekanan sistemik, sementara
tekanan rata-rata dalam arteri pulmonal rendah sekali.
Angiografi ventrikel kanan dengan posisi lateral dapat memperlihatkan
letaknya stenosis. Katop pulmonal tampak tebal, doming, dengan pancaran kontras
yang nyata pada saat systole melalui lubang katup yang kecil. Dengan jelas tampak
pula dilatasi arteri pulmonal pasca stenotik.
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Radiologis
e. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai pulmonal
Dengan posisi pengambilan aksis bujur dan aksis lintang parasternal atau
subsifoid, dapat direkam kedua pembuluh darah besar (aorta dan pulmonal) dan
hubungannya dengan kedua ventrikel tempat asal keluarnya. Tampak kedua pembuluh
darah besar berjalan paralel pada rekaman aksisi bujur para sternal. Pada rekaman
aksis lintang parasternal, tampak posisi katup aorta justru berada disebelah anterior
8
dan katub pulmonal di sebelah posterior.dan apabila transduser kemudian lebih
diarahkan ke posterior pada aksis lintang itu, maka akan tampak percabangan dari
pembuluh darah yang berada di sebelah posterior dan percabangan ini menunjukkan
bahwa pembuluh darah itu adalah arteri pulmonal.
Dimensi ventrikel kanan biasanya besar dan ventrikel kiri dalam batas normal,
kecuali sudah terjadi hipertrofi biventrikuler. Pada pemeriksaan ekokardiografi,
identifikasi morfologi tiap ruang ventrikel sangat penting dipehatikan, seprti bentuk
trabekelnya, ada tidaknya infundibulum, jumlah daun katup, dan jumlah otot papiler
yang dimiliki ruangan itu.
B. Kateterisasi
Pemeriksaan kateterisasi menunjukkan bahwa saturasi oksigen di aorta
umumnya lebih rendah dari arteri pulmonal. Tekanan diventrikel kiri relatif sama atau
bahkan bisa lebih rendah dibandingkan dengan ventrikel kanan.
Ventrikulografi harus dilakukan pada kedua ventrikel dengan posisi
pengambilan laterak dan frontal, untuk mengetahui hubungan transposisi ventrikulo-
arterial itu dan kemungkinan adanya kelainan kongenital lainnya. Angiografi aorta
dilakukan untuk melihat adanya duktus arteriosus atau koartasio aorta yang mungkin
menyertainya pula. Dan seperti halnya dengan kelainan jantung kongenital sianotik
lainnya, kadang-kadang terlihat berkembangnya MAPCA pada transposisi pembuluh
darah besar yang mampu bertahan hidup sampai usia 1-2 tahun.
Pada waktu kateterisasi, hendaknya dilakukan septostomi atrial dengan kateter
balon rashkind ataupun septektomi atrial menurut blalock-harlon, sebagai tindakan
paliatif untuk memungkinkan terjadinya percampuran pada tingkat atrium. Dengan
demikian, percampuran darah pada tingkat ventrikel dapat dikurangi dengan operasi
penutupan defek septum ventrikel atau pengikatan (banding) arteri pulmonal, untuk
mengatasi gejala-gejala gagal jantung kongestif. Apabila transposisi pembuluh darah
besar disertai dengan stenosis pulmonal yang berat, maka perlu dilakukan anastomosis
lebih dahulu antara pembuluh darah sistemik dengan arteri pulmonal secara blalock-
taussig, potts atau waterston, sebelum tidakan komisurotomi pulmonal
dipertimbangkan dikemudian hari.
9
1.8 TANDA DAN GEJALA
10
BAB II
Biasanya identitas pasien berisi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, agama, pendidikan, alamat, No Registrasi, Tanggal MRS, DxMedis, Tgl Kajian.
2.2. RIWAYAT KEPERAWATAN :
1. Keluhan Utama :
Biasanya Pasien yang menderita stenosis pulmonal pasien mengeluhkan sesak
nafas saat melakukan aktifitas dan irama nafas tidak teratur
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak nafas ,nyeri dada, dan lemas saat beraktifitas selama beberapa hari
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Biasanya Pasien mempunyai penyakit panas di sertai sesak nafas
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang,
Anggota keluarga penyakit jantung bawaan yaitu stenosis pulmonal
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan.:
Tidak ada pengaruh dengan lingkungan
2.3. PEMERIKSAAN TTV
Nadi : Takikardi
TD : Penurunan TD
RR : Dispnea serta mengalami takipnea
Suhu : Normal ( 36˚C - 37,5˚C )
BB : Penurunan BB
2.4.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan persistem :
B1 ( Sistem pernafasan )
RR Meningkat atau terjadi dispnea
B2 ( Sistem kardiovaskuler )
Palpitasi
Kulit, membran mukosa pucat
Suara tambahan s3 dan s4
Clubbing finger
11
B3 ( Sistem persyarafan )
Compos Mentis
B4 ( Sistem penginderaan )
Gangguan penglihatan
Tidak ada ganguan pendengaran
B5 ( Sistem genitourinaria )
Normal
B6 ( Sistem pencernaan )
Anoreksia
Penurunan berat badan
Membran mukosa pucat
Ketidaknyamanan Abdomen
B7 ( Sistem musculoskeletal )
Nyeri tulang, sendi,
ROM terbatas
Perubahan pada tonus otot
NS. DIAGNOSIS :
Penurunan Curah Jantung
(NANDA-I)
Ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebetuhuan
DEFINITION: metabolik tubuh
Aritmia
Bradikardi
Perubahan EKG
Palpitasi
Takikardi
Penurunan tekanan vena central
Penurunan tekanan baji arteri paru
Edema
DEFINING Keletihan
CHARACTERISTICS Peningkatan CVP
Peningkata PAWP
Distensi vena jugularis
Murmur
Peningkatan berat badan
Kulit lembab
Penurunan nadi perifer
Penurunan resistansi vaskular paru
Dispneu
Peningkatan PVR
12
Peningkatan SVR
Oligurasi
Pengisisan kapiler memanjang
Perubahan warna kulit
Variasi pada pembacaan tekanan darah
Batuk
Penurunan indeks jantung
Penurunan frekuensi jantung
Penurunan fraksi injeksi
Penurunan stroke volume
Ortopnea
Bunyi S3
Bunyi S4
Ansietas
Gelisa
Perubahan Afterload
Perubahan kontraktilitas
RELATED Perubahan frekuensi jantung
FACTORS: Perubahan preload perubahan irama
Perubhan volume sekuncup
Client
Diagnos
tic
Stateme Related to:
nt: Penurunan curah jantung
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Contoh Kasus :
Seorang anak berumur 8 tahun datang ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keluhan
yang dialaminya,ia mengeluh nyeri di bagian dada bahkan sampai tubuhnya lemas selama
beberapa hari yang lalu sebelum di bawa masuk ke Rumah Sakit,dan juga terasa sesak nafas
di area dada lalu pola nafas juga tidak teratur. Lalu pada saat melakukan aktifitas yang
lumayan berat rasa sesak dan nyeri terasa seperti di tekan dan irama nafas yang tidak
teratur,namun penderita masih melakukan kegiatannya sehari-hari sampai pada akhirnya dia
memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu :
36,7°C TD : 110/70 mmHg Nadi : 79 x/menit RR : 75 x/menit
14
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah sakit panas dan sesak
d. Riwayat Keluarga
Keluarga ada yang pernah mengidap penyakit kelainan jantung
e. Pemeriksaan Fisik
Suhu : 36,2 º C
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 79 x/menit
RR : 25 x/menit
f. Pemeriksaan Persistem
A. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Pasien terlihat sesak nafas pola nafas tidak teratur frekuensi nafas melebihi
normal
Hidung: Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi), Secret / ingus tidak ada, oedem
pada mukosa tidak ada
Inspeksi: dada tidak simetri .
Palpasi: nyeri tekan ada, fraktur tulang nasal tidak ada.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak sianosis, Alat bantu nafas ETT t ada.
Sinus paranasalis
Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis normal
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Leher
Inspeksi : trakheostomi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran kelenjar limfe
tidak ada, posisi trachea di tengah.
Faring :
Inspeksi : kemerahan tidak ada, oedem / tanda-tanda infeksi tidak ada
Area dada:
Inspeksi: pola nafas teratur, penggunaan otot Bantu pernafasan tidak ada,pergerakan
15
dada simetris, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi normal), trauma dada
tidak ada, pembengkakan tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, bengkak tidak ada.
Auskultasi : Suara nafas tambahan tidak ada
Wajah
Inspeksi : sembab(-), pucat(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-), konjungtiva
anemis.
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, odema tidak ada.
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) tidak ada kelainan bunyi jantung.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
C. Persyarafan
Anamnesis : Pada pasien tidak mengalami nyeri kepala berputar-putar,nyeri kepala
sebelah,hilang keseimbangan, mual dan muntah, perubahan berbicara, dan tremor.
• Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)
Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat (seperti
16
minyak kayu putih,parfum dan kopi).
2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)
Pada pasien pandangan sudah agak kabur dikarenakan faktor usia.
Jarak pandangan antara 20-30cm.
3. Uji nervus III oculomotorius
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata jauh,bola
mata menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva matanya anemis.
4. Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi sinaran
oleh cahaya.
5. Nervus V abdusen :
Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya adalah normal
antar mata kanan dan kiri.
6. Uji nervus VI facialis dengan cara : kedua alis mata simetris
7. Nervus VII auditorius/AKUSTIKUS :
Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.
8. Nervus VIII vagus:
Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada gangguan pada
pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9. Nervus IX aksesorius :
Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng, menoleh
kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
- Eye/membuka mata (E) :
4 = dapat membuka mata spontan
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
17
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat
BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 1500-1600cc
Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
Ginjal :
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagi-siang-malam
tetapi tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, maupun
gangguan menelan. Pada hari dilakukan pengkajian pasien belum BAB. Pasien
merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies (-),
terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
18
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : hipertympai
Palpasi:
Kuadran I:
Hepar hepatomegali(-), nyeri tekan(-)
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan abdomen(-)
Lien splenomegali(-)
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : tidak ada nyeri dan tidak terjadi kelemahan ekstremitas
Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-), kulit tidak bersisik
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa: tidak merasakan kram, pandangan kabur sesuai penambahan usia,
perubahan berat badan dan tinggi badan normal, kesulitan menelan(-), berkeringat(-),
tremor(-), hot flushes (panas pada wajah tidak ada)
Riwayat KB : pasien tidak pernah melakukan KB karena setiap selesai melahirkan
pasien langsung melakukan kiret.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut(menyebar), tebal, kerontokan(-)
Leher
Inspeksi : bentuk(normal), pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan warna(-).
Palpasi : pembesaran kelenjar(thyroid, parathyroid tidak ada), nyeri tekan(-),suhu
badan hangat
19
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (-)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada), bersih,
pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).
Palpasi : benjolan(-),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
H. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1. cyclus haid (normal), lama haid(7hari),darah banyak & sifat(cair), flour albus
(normal tidak bau dan warna normal),disminore(-), terjadi nyeri punggung saat
menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Pernah hamil,4x hamil,keguguran pada hamil ke dua,penyulit dalam kehamilan
adalah sakit pinggang. jarak kehamilan anak ke-1 dan ke-2 7tahun.
b. Selama 3x persalinan:persalinan 1&2 normal dan kiret,persalinan terakhir melalui
SC.
Payudara
Inspeksi : bentuk(normal),kebersihan(+), warna areola(coklat kehitaman), bentuk
papilla mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi : benjolan(-), pengeluaran(-), nyeri tekan(-).
Axilla :
Inspeksi : benjolan(-).
Palpasi : teraba benjolan(-).
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen(-), luka post SC(-).
Palpasi : pembesaran (-),massa(-).
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-),
pengeluaran (-), tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi : benjolan(-), massa(-), dan nyeri tekan(-).
I. Persepsi sensori
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunang-kunang(-),
20
penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing dalam mata(-),
penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata
(menyebar), produksi air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong
lakrimal(normal).
Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi
pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
21
III. Intervensi
NIC NOC
Setelah dilakukan
Penurunan Curah - Evaluasi adanya nyeri - Cardiac Pump
tindakan keperawatan
Jantung dada effectiveness
penurunan curah jantung
- Catat adanya disritmia - Circulation Status
pasien teratasi dengan
Definisi : Darah yang jantung - Vital Sign Status
kriteria hasil:
tidak memadai dipompa - Catat adanya tanda dan - Tissue perfusion:
NIC NOC
22
- Monitor toleransi aktivitas
pasien
- Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk
menurunkan stress
- Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- jumlah, bunyi dan irama
jantung
- Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
- Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
23
- Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
- Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
- Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
- Minimalkan stress
lingkungan
24
IV. Implementasi
25