(TETRALLOGI OF FALLOT)
Dosen Pembimbing :
Ahmad Nur Khori,S kep,Ns, M kes
Oleh : Kelompok 2
1. Adinda Vici Pandulum (151001002)
2. Faridatul Umroh (151001014)
3. Hasri Provitasari (151001019)
4. Irma Maulinda Damayanti (151001021)
5. Makfiatul abadiyah (151001023)
6. Nur Aini (151001033)
7. Nuratri Harmiani (151001034)
8. Puji Rahayu Ningsih (151001036)
9. Vina Ismawati (151001044)
Page | i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien DenganTetralogi Of Fallot (Tof)” yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tetralogi
Of Fallot (Tof)” yang mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh sebab itu kritik yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang
telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 2
Page | ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
Page | iii
4.1 Identitas Klien .............................................................................................22
4.2 Riwayat Keperawatan (Nursing History) ................................................22
4.2.1Riwayat Penyakit Sekarang .............................................................22
4.2.2Riwayat Kesehatan Terdahulu ........................................................23
4.2.3Riwayat Kesehatan Keluarga ...........................................................23
4.2.4Riwayat Kesehatan Lingkungan ......................................................23
4.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................24
4.4 Pemeriksaan Per Sistem .............................................................................24
4.5 Data Penunjang ..........................................................................................30
4.6 Analisa Data ................................................................................................32
4.7 Diagnosa Keperawatan ..............................................................................34
4.8 Intervensi Keperawatan .............................................................................35
4.9 Implementasi Keperawatan .......................................................................38
4.10 Evaluasi Keperawatan .............................................................................43
Page | iv
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 22
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari TOF ?
2. Bagaimana klasifikasi dari TOF
3. Apa saja tanda dan gejala TOF ?
4. Bagaimana etiologi TOF ?
5. Bagaimana epidemiologi TOF ?
6. Bagaimana manifestasi klinik dari TOF ?
7. Bagaimana patofisiologi TOF ?
8. Apa saja komplikasi TOF ?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari TOF ?
10. Bagaimana penatalaksanaan TOF ?
11. Bagaimana prognosis TOF
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari TOF
2. Mengetahui kalsifikasi TOF
3. Mengetahui tanda dan gejala TOF
4. Mengetahui etiologi dari TOF
5. Mengetahui epidemiologi TOF
6. Mengetahui manifestasi klinik TOF
7. Mengetahui patofisiologi dari TOF
8. Mengetahui komplikasi TOF
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostic TOF
10. Mengetahui penatalaksanaan TOF
11. Mengetahui prognosis TOF
Page | 23
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan
yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari
bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan
syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai
konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut :
Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
Page | 24
sedikit sama besar dengan lubang aorta. Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung
sianotik paling banyak yang tejadi pada 5 dari 10.000 kelahiran hidup dan merupakan
kelainan jantung bawaan nomor 2 yang paling sering terjadi. TF umumnya berkaitan
dengan kelainan jantung lainnya seperti defek septum atrial. Komponen yang paling
penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari
sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin
berat. Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan
gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada
obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal
menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel
kanan sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang
harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah
antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada
di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi sistemik
bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2.
Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi
sistemik mengalami penurunan kadar O2.
Page | 25
e. Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu,
atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh
tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to
left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya
jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan
mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru
dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis
yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi.
2.4 Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down
syndrome, marfan syndrome.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya
VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Efek radiologi (paparan sinar X)
d. Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adalah multifaktor. Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
Page | 26
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke
seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak
nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi
mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.
2.5 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati
angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak
dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan
factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan
dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul
pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini
adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan
kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin
meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat
dipulihkan dengan operasi yang dini.
2.6 Patofisiologi
Karena pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan,maka:
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari
kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.
Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta
yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi
pembesaran ventrikel kanan.
4. Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehingga tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena
yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpa mengalami oksigenasi.
Page | 27
2.7 WOC
Page | 28
2.8 Komplikasi TOF
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tetralogi Fallot antara lain :
a. Infark serebral (umur < 2 tahun)
b. Abses serebral (umur > 2 tahun)
c. Polisitemia
d. Anemia defisiensi Fe relatif (Ht < 55%)
e. SBE
f. DC kanan jarang
g. Perdarahan oleh karena trombositopenia
Page | 29
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
d. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot.
Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding
depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup
pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan
antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
e. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
2.10Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
Page | 30
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian :
a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
a) Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan
sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau
langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan
menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada
waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada
saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun
sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai resiko besar.
b) Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis
kecil morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan
ini serangan anoksia sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini diberikan pula
obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard.
Page | 31
Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati
anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah frekuensi
serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat.
2.11 Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan operasi
prognosis atau ramalan penyakit kedepan adalah buruk atau tidak baik. Rata-rata klien
akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan
yang dialami. Ancaman pada anak dengan TF adalah abses otak pada umur sekitar 2
sampai dengan 3 tahun. Gejala neurologis disertai demam dan leukositosis
memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. Jika pada bayi denagn TF terdapat
gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah
otak daripada abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita perdarahan
banyak, karena berkurangnya trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya
endokarditis bakterialis selalu ada.
Page | 32
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Page | 33
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada membran
muksa, gigi sianotik.
1. Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4. Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek.
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
5. Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6. Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk.
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian.
7. Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku.
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/ mengeluh.
8. Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal
yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam.
9. Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologi : Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu
Page | 34
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke
kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.
Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis &
penurunan aliran darah ke paru-paru
Page | 35
NANDA NOC NIC
Domain 3:Eliminasi dan Respiratory status : Respiratory
pertukaran Gas Exchange Monitoring
Kelas 4:Fungsi pernapasan Kriteria hasil : Intervensi :
Definisi kelebihan atau defisit 1. Mendemonstrasikan 1. Monitor rata-rata,
pada oksigenasi dan atau peningkatan kedalaman, irama
eliminasi karbondioksida pada ventilasi dan usaha respirasi
membran alveolar –kapiler 2. Oksigen yang 2. Monitor suara
Batasan karakteristik adekuat napas
1. pH darah arteri abnormal 3. Memelihara 3. Auskultasi suara
2. pH arteri abnormal kebersihan paru napas, catat area
(mis.pucat,kehitaman) 4. Bebas dari tanda penurunan/tidak
3. konfusi distress pernafasan adanya ventilasi
4. sianosis (pada neonatus 5. TTV dalam rentang dan suara
saja) normal tambahan
5. penurunan karbondioksida Indicator skala : 4. Tentukan
6. diaforesis 1 = Selalu kebutuhan suction
7. dispnea menunjukan dengan
8. sakit kepala saat bangun 2 = Sering mengauskultasi
9. hiperkapnia menunjukan crakles dan ronkhi
10. hipoksemia 3 = Kadang pada jalan napas
11. iritabilitas menunjukan 5. Monitor kelelahan
12. napas cuping 4 = Jarang otot diafragma
13. gelisah menunjukan (gerakan
14. somnolen 5= Tidak pernah paradoksis)
15. takikardi menunjukan 6. Monitor TTV
16. gangguan penglihatan
2. Penurunan kardiak output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif sekunder
dengan adanya malformasi jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan curah
jantung efektif
Page | 36
NANDA NOC NIC
Domain 4:Aktifitas/Istirahat Status Sirkulasi Regulasi
Kelas 4:Respon Kardiovaskular/Pulmonal Kriteria Hasil : Hemodinamik
Batasan Karakteristik. 1. Sistolik dan Intervensi :
Perubahan Frekuensi/Irama Jantung diastolik dalam 1. Pantau denyut
1. Aritmia batas normal perifer, waktu
2. Bradikardi 2. Denyut jantung pengisian
3. Perubahan EKG dalam batas kapiler, dan
4. Palpitasi normal suhu serta
5. Takikardi 3. Oedem perifer warna
Perubahan preload tidak ada ekstremitas
1. Penurunan tekanan vena 4. Gas darah dalam 2. Pantau dan
sentral(central venous batas normal dokumentasikan
pressure,CVP) Indikator skala : denyut jantung,
2. Penurunan tekanan baji arteri 1 = Ekstrem irama dan nadi.
paru(pulmonary artery wedge 2 = Kuat 3. Pantau asupan /
pressure,PAWP) 3 = Ringan haluaran urin,
3. Edema 4 = Sedang dan berat badan
4. Keletihan 5 = Tidak ada pasien dengan
5. Peningkatan CVP gangguan tepat
6. Peningkatan PAWP 4. Minimalkan /
7. Distensi vena jugular hilangkan
8. Murmur stressor
9. Peningkatan berat badan lingkungan
Perubahan afterload 5. Pasang kateter
1. Kulit lembab jika diperlukan
2. Penurunan nadi perifer
3. Penurunan resistansi vaskular
paru(pulmonary vascular
resistance ,PVR)
4. Penurunan resistansi vaskular
sistemik(systemic vascular
resistance ,SVR)
Page | 37
5. Dispnea
6. Peningkatan PVR
7. Peningkatan SVR
8. Oliguria
9. Pengisian kapiler memanjang
10. Perubahan warna kulit
11. Variasipada pembacaan tekanan
darah
Page | 38
9. Kelambatan Penyembuhan luka sirkulasi arteri
perifer yang tepat.
10. Penurunan nadi 5. Anjurkan
11. Edema latihan gerak
12. Nyeri ekstrimitas aktif/pasif
13. Bruit femoral selama tirah
14. Pemendekan jarak total yang di baring
tempuh dalam uji berjalan enam-
menit
15. Pemendekan jarak bebas nyeri yang
di tempuh dalam uji berjalan enam-
menit
16. Parestesia warna kulit pucat saat
elevasi.
Page | 39
umum kelompok usia 6. Bantu keluarga membangun strategi
4.Kesulitan melakukan untuk mengintegrasikan
keterampilan umum 7. Berikan aktifitas yang meningkatkan
kelompok usia interaksi diantara anak – anak
5.Efek datar 8. Dorong anak untuk mengekspresikan
6.Ketidak mampuan diri melalui pujian atau umpan yang
melakukan aktivitas positif atas usaha – usahanya
perawatan diri yang sesuai 9. Beri mainan atau benda – benda yang
dengan usia sesuai dengan usianya
7.Lesu/tidak bersemangat 10. Dukung pasien untuk mengemban
tanggungjawab perawatan diri
sebanyak mungkin
11. Dukung orang tuan untuk
mengkomunikasikan secara jelas
harapan terhadap tanggung jawab atas
perilaku anak.
3.4 Implementasi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan alian darah ke
pulmonal
Implementasi:
1) Mencatat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
2) Menganjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3) Mengannjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4) Menjelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
5) Menunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi
batas.
6) Membantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah
kemandirian anak sesui dengan indikasi.
7) Menjadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
2. Penurunan kardiak output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif
sekunder dengan adanya malformasi jantung
Page | 40
Implementasi:
1) Memonitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan
pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran
jika memungkinkan.
2) Mengkaji dan mencatat denyut apikal selama 1 menit penuh.
3) Mengobservasi adanya serangan sianotik.
4) Memberikan posisi knee-chest pada anak.
5) Mengobservasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan
disorientasi.
6) Memonitor intake dan output secara adekuat.
7) Menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada
saat melakukan aktivitas.Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi
konsumsi kafeine.
8) Mengkolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-
obatan anti disritmia.
9) Mengkolaborasi pemberian oksigen.
10) Mengkolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi
( anoxiakronis, serangan sianotik akut)
Implementasi
1) Memantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna.
2) Mengkaji Kaji tingkat rasa tidak nyaman / nyeri.
3) Memantau status cairan meliputi asupan dan haluaran.
4) Merendahkan ekstremitas untuk menigkatkan sirkulasi arteri yang tepat.
5) Menganjurkan latihan gerak aktif/pasif selama tirah baring.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan
kongenital.
Implementasi :
1) Menimbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang
sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2) Mencatat intake dan output secara akurat.
3) Memberikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan
disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain).
Page | 41
4) Memberikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak.
5) Memberikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan.
6) Menggunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela
makan dan sendawakan.
7) Menggunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak.
8) Memberikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan
kebutuhan.
9) Membatasi pemberian sodium jika memungkinkan.
10) Mengkolaborasi pemeriksaan laboratorium bila ditemukan tanda anemia.
3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka diharapkan pasien dalam keadaan
normal, seperti:
1) Tanda-tanda vital normal sesuai umur.
2) Tidak ada dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi, mur-
mur.
3) Pasien komposmentis.
4) Akral hangat.
5) Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas.
6) Capilary refill time < 3 detik
7) Urin output 1-2 ml/kgBB/jam.
8) Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan.
9) Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur.
10) Fatiq dan kelemahan berkurang.
11) Anak dapat tidur dengan lelap
12) Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur.
13) Peningkatan toleransi makan.
14) Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
15) Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb.
16) Mual muntah tidak ada.
17) Anemia tidak ada.
Page | 42
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Page | 43
Terapi yang diberikan KAEN MG3 25 tetes/jam menggunakan infus pump,
morfin 1ml/jam melalui syringe pump, midazolam 1ml/jam melalui syringe pump,
dobutamin 1ml/jam melalui syringe pumpvankomisin 3x300mg/syringe pump,
meropenem 3x800mg/ syringe pump, paracetamol 200mg (kalau perlu),
omeprazole 2x20mg/ syringe pump, fluconazole 1x230mg/ syringe pump, dan
proponolol 4x10mg/NGT.
4.2.2 Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pada usia 3 bulan An. D mengalami keluhan yang sama seperti sesak nafas,
pernah dibawa ke rumah sakit didaerah Tasik. Keluarga mengatakan disarankan
untuk melakukan tindakan operasi kepada An. D pada saat An. D berusia 1 tahun,
tetapi keluarga tidak melakukan itu dengan alasan tidak ada biaya.
4.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami permasalahan yang dirasakan atau dikeluhkan
oleh An. D serta tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
mellitus maupun yang lain.
Genogram :
Page | 44
letak rumah pasien berada didekat sungai, jika sewaktu-waktu terdapat sampah
yang memenuhi sungai dan menimbulkan bau tidak sedap pasien akan mengalami
serangan asma
4.3 PEMERIKSAAN FISIK
4.3.1 Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S :37°C (axila)
N : 83x/menit
TD : 130/82mmHg
TB : … cm
BB : …. Kg
A. Sistem Pernapasan
Anamnesa :
Hidung:
Mulut
Area dada:
Page | 45
Perkusi : sonor
Wajah
Leher
Dada
Perkusi : pekak
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : kanan dan kiri terpasang iv line dengan tri way untuk disambungkan ke
syringe pump, tangan kiri terpasang infus KAEN MG3 dengan infus pump
10tetes/jam
Ekstrimitas Bawah
Page | 46
C. Persyarafan
1) Fungsi Serebral
a). Tingkat kesadaran: Composmentis (nilai : 15)
(1). Mata membuka secara spontan (nilai: 4)
(2). Respon verbal terorientasi, sesuai dengan apa yang dibicarakan (nilai
: 5)
(3). Klien dapat menggerakkan extremitasnya sesuai perintah (nilai : 6)
b). Status Mental
(1). Tidak ada kelainan orientasi terhadap orang,tempat dan waktu
(2). Klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang di tanyakan
(3). Penampilan rapi, pakaian bersih sesuai keadaan dan jenis kelamin
2) Fungsi Kranial
a). Nervus I (Olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau balsem dengan
minyak kayu putih
b). Nervus II (Optikus) : Ketajaman penglihatan klien masih baik
c). Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan Abdusen) : Klien dapat
menggerakkan bola matanya ke segala arah.
d). Nervus V (Trigeminus) : Mata klien berkedip saat ada benda asing asing
menyentuh kornea.
e). Nervus VII (Facialis) : Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya
f). Nervus VIII (Akustikus) : Klien mengatakan pendengarannya masih baik
g). Nervus IX (Glasofaringeus) : Klien merasakan pahit
h). Nervus X (Vagus) : Rangsangan menelan baik
i). Nervus XI (Spiral Aksesorius) : Klien mampu menggerakan tangannya
j). Nervus XII (Hipoglosus) : Klien mamapu menggerakan lidah ke kiri dan
kanan.
2). Tingkat kesadaran : Composmentis
3). Skala Koma Glasgow (GCS): 15
Page | 47
D. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?)
Anamnesa
Mulut:
Inspeksi : sianosis (+), Tidak tampak adanya stomatitis, Tidak ada kelainan dalam
menelan
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : tymphani,
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Kuadran III:
Kuadran IV:
Page | 48
E. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : Lemah, Kelainan tulang belakang (-)
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
Kepala
Inspeksi : ada luka decubitus dengan kondisi basah, lebar ±5cm, ditutup dengan
kassa kering
Rambut
Kulit
Inspeksi : Warna kulit coklat merata di seluruh tubuh, Tidak tampak adanya lesi
Page | 49
Kuku
Anamnesa : lemah
Kepala :
Inspeksi : ada luka decubitus dengan kondisi basah, lebar ±5cm, ditutup dengan
kassa kering
G. Persepsi sensori :
Anamnesa :
Mata
Penciuman (Hidung) :
Palpasi; Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina ( tidak
nyeri),Pembengkakan (-), Deformitas(-)
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila
palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat (-)
Page | 50
4.5 Data Penunjang
1. Laboratorium
No. Tanggal Nama pemeriksaan Hasil Normal Satuan
lab
1 30/10 Hematologi
- Haemoglobin 22.2 11.5-15.5 g/dL
- Hematokrit 68 35-45 %
- Leukosit 10.500 4.500- /mm3
- Eritrosit 8.17 13.500 /dL
- Trombosit 63.000 4.19-5.96 / mm3
Kimia Klinik 150-450/rbu
- GDS 80 Mg/dL
- CRP Koan 44.7 <140 Mg/L
- Natrium 130 <5 mEq/L
- Kalium 3.8 135-145 mEq/L
- Klorida 97 3.6-5.5 mEq/L
Analisa Gas Darah 98-108
- pH 7.392
- PCO2 38 7.34-7.44
- PO2 43.3 35-45
- HCO3 22.4 69-116
Page | 51
6/11/15 Hematologi
- Hemoglobin 20.5 11.5-15.5 g/dL
- Hematokrit 65 35-45 %
- Eritrosit 7.86 4.500- /mm3
- Lekosit 9.400 13.500 /dL
- Trombosit 128.000 4.19-5.96 / mm3
- Index eritrosit 150-450/rbu
MCV 83.2 fL
MCH 26.1 77-95 pg
MCHC 31.3 25-33 %
Mikrobiologi 31-37
- Resistensi aerob Tidak
ditemukan
- Bulyon/ Bac. T Tidak
ditemukan
2. Rontgen
Tanggal 30 Oktober 2015
Kesan : kardiomegali tanpa bendungan paru
3. Therapy
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 5/11/15 a. Morfin 1ml/jam/syringe pump
b. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
c. Dobutamin 1ml/jam/syringe pump
d. Vancomisin 3x300 mg
e. Proponolol 4x10 mg
f. Meropenem 3x800 mg
g. Parasetamol 1x260 mg
h. Omeprazol 2x20 mg
i. fluconazole 1x230 mg
2. 6/11/15 a. Morfin 1ml/jam/syringe pump
b. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
Page | 52
c. Vancomisin 3x300 mg
d. Proponolol 4x10 mg
e. Meropenem 3x800 mg
f. Parasetamol 1x260 mg
g. Omeprazol 2x20 mg
h. fluconazole 1x230 mg
7/11/15 a. Morfin 1ml/jam/syringe pump
b. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
c. Vancomisin 3x300 mg
d. Proponolol 4x10 mg
e. Meropenem 3x800 mg
f. Parasetamol 1x200 mg
g. Omeprazol 2x20 mg
h. fluconazole 1x230 mg
Page | 53
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Pada tanggal 05 April 2016 pukul 08.00 An. Dian berumur 8 tahun dibawa ibunya
ke RS dengan keluhan sesak saat beristirahat/ beraktiitas dan nyeri dada disertai sianosis.
Saat pengkajian Pasien terlihat lemah, nafsu makan berkurang, lemah dan konjungtiva
terlihat pucat. Di hasil pemeriksaan didapatkan TD : 130/82 mmHg, Nadi : 83x/menit, HR:
134x/menit, S: 37.0C, RR : 38x permenit. Dengan diagnose medis Tetrallogi Fallot
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Page | 54
Keadaan pasien lemah, kesadaran compos mentis, terpasang NGT, ETT yang
tersambung ke ventilator mekanik dengan mode SIMV PS, PEEP 5, IPL 10, I:E
1:2, FiO2 40%, serta terpasang OPA. Tanda-tanda vital HR 134x/menit, RR
38x/menit, S 376 C, TD 130/82 mmHg, serta SpO2 81 %.
Upaya yang telah dilakukan :
Merujuk ke RS, di RS telah dilakukan tindakan pemasangan NGT dan ETT
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Terapi pada tgl 17 september 2015:
Terapi yang diberikan KAEN MG3 25 tetes/jam menggunakan infus pump,
morfin 1ml/jam melalui syringe pump, midazolam 1ml/jam melalui syringe pump,
dobutamin 1ml/jam melalui syringe pumpvankomisin 3x300mg/syringe pump,
meropenem 3x800mg/ syringe pump, paracetamol 200mg (kalau perlu),
omeprazole 2x20mg/ syringe pump, fluconazole 1x230mg/ syringe pump, dan
proponolol 4x10mg/NGT.
4.2.6 Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pada usia 3 bulan An. D mengalami keluhan yang sama seperti sesak nafas,
pernah dibawa ke rumah sakit didaerah Tasik. Keluarga mengatakan disarankan
untuk melakukan tindakan operasi kepada An. D pada saat An. D berusia 1 tahun,
tetapi keluarga tidak melakukan itu dengan alasan tidak ada biaya.
Page | 55
4.2.8 Riwayat Kesehatan Lingkungan
letak rumah pasien berada didekat sungai, jika sewaktu-waktu terdapat sampah
yang memenuhi sungai dan menimbulkan bau tidak sedap pasien akan mengalami
serangan asma
4.8 PEMERIKSAAN FISIK
4.3.2 Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S :37°C (axila)
N : 83x/menit
TD : 130/82mmHg
H. Sistem Pernapasan
Anamnesa :
Hidung:
Page | 56
Inspeksi: terpasang NGT , nampak menggunakan nafas cupping hidung
Mulut
Area dada:
Perkusi : sonor
Wajah
Leher
Dada
Perkusi : pekak
Ekstrimitas Atas
Page | 57
Inspeksi : kanan dan kiri terpasang iv line dengan tri way untuk disambungkan ke
syringe pump, tangan kiri terpasang infus KAEN MG3 dengan infus pump
10tetes/jam
Ekstrimitas Bawah
J. Persyarafan
1) Fungsi Serebral
c). Tingkat kesadaran: Composmentis (nilai : 15)
(1). Mata membuka secara spontan (nilai: 4)
(2). Respon verbal terorientasi, sesuai dengan apa yang dibicarakan (nilai
: 5)
(3). Klien dapat menggerakkan extremitasnya sesuai perintah (nilai : 6)
d). Status Mental
(4). Tidak ada kelainan orientasi terhadap orang,tempat dan waktu
(5). Klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang di tanyakan
(6). Penampilan rapi, pakaian bersih sesuai keadaan dan jenis kelamin
2) Fungsi Kranial
a). Nervus I (Olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau balsem dengan
minyak kayu putih
b). Nervus II (Optikus) : Ketajaman penglihatan klien masih baik
c). Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan Abdusen) : Klien dapat
menggerakkan bola matanya ke segala arah.
d). Nervus V (Trigeminus) : Mata klien berkedip saat ada benda asing asing
menyentuh kornea.
e). Nervus VII (Facialis) : Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya
f). Nervus VIII (Akustikus) : Klien mengatakan pendengarannya masih baik
g). Nervus IX (Glasofaringeus) : Klien merasakan pahit
h). Nervus X (Vagus) : Rangsangan menelan baik
i). Nervus XI (Spiral Aksesorius) : Klien mampu menggerakan tangannya
Page | 58
j). Nervus XII (Hipoglosus) : Klien mamapu menggerakan lidah ke kiri dan
kanan.
4). Tingkat kesadaran : Composmentis
5). Skala Koma Glasgow (GCS): 15
Mulut:
Inspeksi : sianosis (+), Tidak tampak adanya stomatitis, Tidak ada kelainan dalam
menelan
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : tymphani,
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Kuadran III:
Kuadran IV:
Page | 59
L. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : Lemah, Kelainan tulang belakang (-)
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
Kepala
Inspeksi : ada luka decubitus dengan kondisi basah, lebar ±5cm, ditutup dengan
kassa kering
Rambut
Kulit
Inspeksi : Warna kulit coklat merata di seluruh tubuh, Tidak tampak adanya lesi
Kuku
Page | 60
Palpasi : Tekstur rata dan halus, tidak mudah patah
Anamnesa : lemah
Kepala :
Inspeksi : ada luka decubitus dengan kondisi basah, lebar ±5cm, ditutup dengan
kassa kering
Mata
Penciuman (Hidung) :
Palpasi; Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina ( tidak
nyeri),Pembengkakan (-), Deformitas(-)
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan
apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat (-)
Page | 61
- Eritrosit 8.17 4.19-5.96 /dL
- Trombosit 63.000 150-450/rbu / mm3
Kimia Klinik
- GDS 80 <140 Mg/dL
- CRP Koan 44.7 <5 Mg/L
- Natrium 130 135-145 mEq/L
- Kalium 3.8 3.6-5.5 mEq/L
- Klorida 97 98-108 mEq/L
Analisa Gas Darah
- pH 7.392 7.34-7.44
- PCO2 38 35-45
- PO2 43.3 69-116
- HCO3 22.4 22-26
- TCO2 43.8 22-29
- Base Excesss -1.3 (-2)-(+3)
- SaO2 76.5 95-98
6/11/15 Hematologi
- Hemoglobin 20.5 11.5-15.5 g/dL
- Hematokrit 65 35-45 %
- Eritrosit 7.86 4.500-13.500 /mm3
- Lekosit 9.400 4.19-5.96 /dL
- Trombosit 128.000 150-450/rbu / mm3
- Index eritrosit
MCV 83.2 77-95 fL
MCH 26.1 25-33 pg
MCHC 31.3 31-37 %
Mikrobiologi
- Resistensi aerob Tidak
ditemukan
- Bulyon/ Bac. T Tidak
ditemukan
4. Rontgen
Page | 62
Tanggal 30 Oktober 2015
Kesan : kardiomegali tanpa bendungan paru
Therapy
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 5/11/15 j. Morfin 1ml/jam/syringe pump
k. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
l. Dobutamin 1ml/jam/syringe pump
m. Vancomisin 3x300 mg
n. Proponolol 4x10 mg
o. Meropenem 3x800 mg
p. Parasetamol 1x260 mg
q. Omeprazol 2x20 mg
r. Fluconazole 1x230 mg
2. 6/11/15 i. Morfin 1ml/jam/syringe pump
j. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
k. Vancomisin 3x300 mg
l. Proponolol 4x10 mg
m. Meropenem 3x800 mg
n. Parasetamol 1x260 mg
o. Omeprazol 2x20 mg
p. Fluconazole 1x230 mg
7/11/15 i. Morfin 1ml/jam/syringe pump
j. Midazolam 1ml/jam/syringe pump
k. Vancomisin 3x300 mg
l. Proponolol 4x10 mg
m. Meropenem 3x800 mg
n. Parasetamol 1x200 mg
o. Omeprazol 2x20 mg
p. Fluconazole 1x230 mg
Page | 63
4.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bradikardia
Papitasi jantung
Perubahan elektrokardiogram (EKG), (aritmia abnormalitas konduksi
Takikardia
Perubahan preload
Perubahan afterload
Dyspnea
Kulit lembap
Oliguria
Pengisian kapiler memanjang
Peningkatan PVR
Peningkatan SVR
Page | 64
Penurunan nadi perifer
Penurunan resistensi vascular paru (pulmonary artery resistance , PVR
Perubahan tekanan darah
Perubahan warna kulit (missal, pucat , abu-abu,sianosis)
Perubahan kontraktilitas
Batuk
Bunyi nafas tambahan
Bunyi S3
Bunyi S4
Dyspnea paroksimal noktural
Ortopnea
Penurunan fraksi ejeksi
Penurunan indeks jantung
Penurunan left ventricular stroke work index (LVSWI)
Penurunan stroke volume index (SVI)
Perilaku/Emosi
Ansietas
Gelisah
Perubahan afterload
Perubahan frekuensi jantung
RELATED Perubahan irama jantung
FACTORS: Perubahan kontratiktilitas
Perubahan preload
Perubahan volume sekuncup
Page | 65
Subjective data entry Objective data entry
Pemeeriksaan Fisik
TD : 130/82 mmHg
RR : 38x/menit
Nadi :83x/menit
Suhu : 37oC
HR : 134x/menit
AS
Client
Penurunan curah jantung (00029)
DIAGNOSIS
Diagnostic
Statement:
Related to: perubahan irama jantung
4.7 INTERVENSI
NIC NOC
Page | 66
ketidakseimba ekstremitas)
ngan antara Catat tanda dan gejala
suplai oksigen penurunan kardiak output
miokardial dan Monitor keseimbangan cairan
kebutuhan bagi (meliputi : intake output dan
pasien dengan berat badan harian)
kumpulan Perhatikan adanya perubahan
gejala tekanan darah
kerusakan Monitor toleransi aktivitas
jantung pasien
Monitor
dyspnea,fatigue,tachypnea, dan
orthopnea
Ciptakan hubungan yang
mendukung dengan pasien dan
keluarga
Instruksikan pasien terhadap
pentingnya melaporkann
ketidaknyamanan dada secara
langsung
4.8 IMPLEMENTASI
Tanggal Jam Dx. Kep Implementasi
07-04- 10.00 Penurunan Curah - Mencatat tanda dan gejala penurunan kard
2016 Jantung output
- Memperhatikan adanya perubahan tekanan
Page | 67
darah
- Melakukan auskultasi suara jantung dan pa
- Memonitor irama dan jumlah denyut jantu
- Memonitor oedem perifer dan denyut nadi
- Menginstruksikan pasien jika terjadi
ketidaknyamanan dada
Page | 68
4.9 Evaluasi Keperawatan
Tanggal Dx. SOAP TTD
Keperawatan
08-04- Penurunan S : Mengeluh sesak nafas dan nyeri dada saat
2016 Curah Jantung beraktifitas
O : Terpasang NGT, ETT, Menggunakan nafas
cuping hidung, Murmur ICS 4, Sianosis, CRT >3
dtk
Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/82 mmHg
RR : 38x/menit
Nadi :83x/menit
Suhu : 37oC
HR : 134x/menit
A : masalah keperawatan penurunan curah
jantung teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi
- monitor hemodinamik
- monitor bunyi jantung
- Berikan perubahan posisi dengan knee
chest
09-04- Penurunan S : Mengeluh sesak nafas dan nyeri dada saat
2016 Curah Jantung beraktifitas
O : Terpasang NGT, ETT, Menggunakan nafas
cuping hidung, Murmur ICS 4, Sianosis, CRT >3
dtk
Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/82 mmHg
RR : 38x/menit
Nadi :83x/menit
Suhu : 37oC
HR : 134x/menit
A : masalah keperawatan penurunan curah
jantung teratasi
Page | 43
P : Hentikan Intervensi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tetralogi fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang disebabakan oleh 4
kelainan antara lain defek septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup
pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor,
yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogi fallot umumnya akan mengalami
keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi yang tidak bertambah, clubbing
fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan darah,
gambar radiologis, elektrokardiografi.
5.2 Saran
Sebainya ketika hamil harus menghindari penggunaan alkohol atau obat yang
membahayakan pada masa kehamilan, makanan haruslah mencukupi nilai gizi serta
nutrisi yang dibutuhkan supaya bayi tidak mempunyai penyakit jantung bawaan.
Page | 44
DAFTAR PUSTAKA
Wong Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Lynn Betz Cecily dan A. Sowden Linda. 2004. Buku saku keperawatan pediatri, Edisi 5;
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG..
Guyton, Arthur C. 2006. BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta:
Infomedika.
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan neonates : rujukan cepat,alih bahasa HY Kuncoro.
Jakarta : EGC.
Kliegman. Nelson Pediatric. 18th Edition, Cyanotic Congenital Heart Lesions: Lesions
Associated with Decreased Pulmonary Blood Flow. 2006.
Page | 45
Teddy Ontoseno, Soebijanto Poerwodibroto, Mahrus A. Rahman. Tetralogi Fallot Dan
Serangan Sianosis. Diunduh dari :
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0
&pdf=&html=07110-gwtp250.htm. Perbaharuan terakhir : 2006
Webmaster. Tetralogi Fallot. Diunduh dari :
http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=70.Perbaharuan terakhir : 2008.
Webmaster. Tetralogi Fallot. Diunduh dari :
http://medicastore.com/penyakit/899/Tetralogi_Fallot.html.Perbaharuan terakhir : 2009.
Bedah Toraks Kardiovaskular Indonesia. Tetralogy of Fallot. Diunduh dari :
http://www.bedahtkv.com/index.php?/e-Education/Jantung-Anak/Tetralogy-of-Fallot.html.
2009.
Page | 46