Anda di halaman 1dari 21

LAPORA PENDAHULUAN TOF (TETRALOGY OF FALLOT)

OLEH:
I GUSTI AYU DIAN ROSITA DEWI
2014901144

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Tetralogi of fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang
paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih
kurang 10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, dan merupakan
penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan sianotik. Tetralogi
fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan
yang ditandai dengan sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri
(Waskitho, 2011).
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe
sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana
terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum
intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek
tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (FK UNRI, 2010).
Tetralogi of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi
defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan
hipertrofi ventrikel kanan.
Empat kelainan anatomi sebagai berikut :
a. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh
darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar
dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-
olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel
kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat
dari stenosis pulmonal.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek
septum ventrikel dan stenosis pulmonalis dengan syarat defek pada
ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta.
TOF dibagi dalam 4 derajat :
a. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
b. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
c. Derajat III : sianosis waktu istirahat, kuku gelas arloji, waktu
kerja sianosis bertambah, ada dispneu.
d. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen :
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom (sindrom
down)
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen :
a. Riwayat kehamilan ibu, sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter seperti thalidmide,
dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Pajanan terhadap sinar – X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan
lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya,
pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai. Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam
kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit
mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit
berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru
timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena
menyusu atau menangis.
3. Patofisiologi
Sirkulasi darah pada penderita TOF berbeda dibanding anak normal.
Kelainan yang memegang peranan penting adalah stenesis pulmonal
dan VSD. Tekanan antara ventrikel kiri dan kanan pada pasien TOF
adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan darah bebas
mengalir bolak balik melalui celah ini. Tingkat keparahan hambatan
pada jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan arah
aliran darah pasien TOF. Aliran darah ke paru akan menurun akibat
adanya hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan;
hambatan yang tinggi di sini akan menyebabkan makin banyak darah
bergerak dari ventrikel kanan ke kiri. Hal ini berarti makin banyak
darah miskin oksigen yang akan ikut masuk ke dalam aorta sehingga
akan menurunkan saturasi oksigen darah yang beredar ke seluruh
tubuh, dapat menyebabkan sianosis. Jika terjadi hambatan parah,
tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan cabang-cabang
arteri pulmonalis untuk mendapatkan suplai darah yang mengandung
oksigen. Onset gejala, tingkat keparahan sianosis yang terjadi sangat
tergantung pada tingkat keparahan hambatan yang terjadi pada jalan
keluar aliran darah di ventrikel kanan.
4. Manifestasi Klinis
a. Murmur, merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut
jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar
setelah bayi berumur beberapa hari.
b. Sianosis, satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata,
mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin
mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin
terdapat suatu gagal jantung kongesif.
c. Dispneu, terjadi bilapenderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan
anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih
besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum
berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung
penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas
anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan
menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik,
biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam
beberapa menit.
d. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia
“biru”), terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama
kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah,
sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas.
Serangan-serangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
e. Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak tumbuh dan berkembang
secara tidak normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi of
fallot berat yang tidak diobati Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya
berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat
kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
f. Biasanya denyut pembuluh darah normal seperti halnya tekanan darah
arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan.
Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak
jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus
sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
g. Bising sistolik yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar,
bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya
pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran
keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada
obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2
terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising
sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus
menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior
maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh-
pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh
suatu duktus arteriosus menetap.

5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan
hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %.
2) BGA Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH. pasien dengan Hn dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
3) Analisa Gas Darah PCV meningkat lebih besar 65% dapat
menimbulkan kelainan koagulasi ; waktu perdarahan
memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit
yang abnormal.
4) Desaturasi darah arterial
5) Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
b. Radiologi
1) Jantung tidak membesar
2) Arkus aorta sebelah kanan (25%)
3) Aorta asendens melebar
4) Konus pulmonalis cekung
5) Apeks terangkat
6) Vaskularitas paru berkurang
7) Jantung berbentuk sepatu
c. EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan
(RVH): gelombang P diantara II sering tinggi
d. Ekokardiogram
1) Overiding aorta
2) Defect septum ventrikel
3) Jalan keluar ventrikel kanan menyempit
4) Kateterisasi
6. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan
pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
c. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
d. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu
tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen,
tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas
diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak
menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan
pemberian :
1) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk
menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi.
Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
2) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat
ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan
juga sedative
3) Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan
dapat efektif dalam penganan serangan sianotik.
Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah
jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh
juga meningkat
Lakukan selanjutnya :
a. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan
sianotik
b. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
c. Hindari dehidrasi
Pembedahan :
a. Bedah paliatif
Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-
Taussig) Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal
dengan menghubungkan a.subklavia dengan a.pulmonalis yang
ipsilateral. Umumnya operasi paliatif dilakukan pada bayi kecil
atau dengan hipoplasia a.pulmonalis dan pasien yang sering
mengalami sianotik. Selain BT Shuntter dapat pula Potts Shunt,
Waterston Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT Shunt merupakan
yang paling sering digunakan karena memberikan hasil yang
paling baik. Tetapi BT Shunt juga menimbulkan beberapa
komplikasi walaupun angka kejadiannya sangat kecil. Komplikasi
yang mungkin terjadi antara lain : hipoplasia pada lengan,
gangren pada digitalis, cedera nervus frenikus, stenosis
a.pulmonal.
b. Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului
atau tanpa bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil,
umumnya koreksi total dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di
bawah usia 2 tahun.

B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan.
Dalam melakukan pengkajian, harus memperhatikan data dasar pasien.
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan Tetralogi of
fallot diantaranya adalah :
a. Pengkajian Umum
b. Identitas pasien : Nama lengkap bayi, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, anak ke berapa, BB/PB alamat bayi, nama orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
c. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
a) Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik.
b) Berat badan bayi tidak bertambah.
2) Riwayat penyakit dahulu : Anak yang sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
3) Riwayat penyakit sekarang
a) Sesak saat beraktivitas
b) Berat badan bayi tidak bertambah
c) Pertumbuhan berlangsung lambat
d) Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
e) Kebiruan

d. Riwayat kesehatan keluarga : Tetralogi of falot biasanya juga bisa


dikarenakan kelainan genetik, seperti sindrom down, adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti hipertensi,diabetes mellitus, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan : Adanya penyakit rubela atau
infeksi virus lainnya pada ibu saat hamil khususnya bila terserang
pada trimester 1, penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter seperti
talidomid,dextroamphetamine,aminopterin,jamu.
f. Pengkajian Khusus
1) Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan
2) Pola aktivitas dan latihan : Pasien tetralogi of fallot mengalami
intoleransi aktivitas sehingga pola aktivitas dan latihan
mengalami penurunan sehingga dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang dari pasien itu sendiri.
3) Pola istirahat dan tidur : Anak yang menderita tetralogi of
fallot membutuhkan pola istirahat yang cukup, teratur, dan
lebih banyak daripada anak normal untuk menghindari
kelelahan yang terjadi serta meminimalkan terjadinya
intoleransi aktivitas sehingga dapat mengoptimalkan proses
tumbuh kembang anak sendiri.
4) Pola nutrisi dan metabolik : Pasien tetralogi of fallot dapat
mengalami penurunan nafsu makan yang dapat berakibat
status nutrisi pada pasien tetralogi of fallot berada pada
rentang gizi sedang dan gizi buruk. Status gizi seorang anak
dapat dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)
X 100 %, dengan interpretasi yaitu <60% (gizi buruk), <30%
(gizi sedang) dan >80% (gizi baik).
5) Pola eliminasi : Pola eliminasi pasien tetralogi of fallot
normal.
6) Pola kognitif perceptual : Pasien tetralogi of fallot mengalami
gangguan tumbuh kembang karena fatiq selama makan.
7) Konsep diri : Pasien tetralogi of fallot dapat mengalami
gangguan citra diri karena kelemahan dan adanya keadaan
patologi dalam tubuhnya.
g. Pemerikaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : Kesadaran pasien ventrikel septum defek
dapat mengalami penurunan karena ketidakadekuatan
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan dan otak.
b) Sirkulasi : Pada auskultasi terdengar bising sistolik
yang keras di daerah pulmonal yang semakin melemah
dengan bertambahnya derajat obstruksi.
c) Respirasi: Sering sianotik mendadak ditandai dengan
dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
bahkan sampai koma dan kematian
d) Eliminasi : Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
e) Neurosensori : Sistem neurosensori pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
f) Gastrointestinal : Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
g) Muskuloskeletal : Bentuk dada bayi masih normal,
namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan
h) Integumen: Pada awal bayi baru lahir biasanya belum
ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh.
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
i) Endokrin : Sistem endokrin pada pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
j) Reproduksi : Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of
fallot dalam batas normal.
2) Inspeksi
a) Status nutrisi: Gagal tumbuh atau penambahan berat
badan yang buruk berhubungan dengan penyakit
jantung.
b) Warna : Sianosis merupakan gambaran umum dari
penyakit jantung congenital.
c) Deformitas dada : Bentuk dada menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan
d) Pulsasi tidak umum : Terkadang terjadi pulsasi yang
dapat dilihat.
e) Ekskursi pernafasan : Pernafasan dispnea, nafas cepat
dan dalam.
f) Jari tabuh : Berhubungan dengan beberapa tipe
penyakit jantung congenital, clubbing finger.
g) Perilaku : Anak akan sering squatting (jongkok) setelah
anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama
anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum
ia berjalan kembali.
3) Palpasi dan Perkusi
a) Dada : Membantu melihat perbedaan antara ukuran
jantung dan karakteristik lain (seperti thrill, vibrasi
yang dirasakan pemeriksa saat mempalpasi) yang
berhubungan dengan penyakit jantung.
b) Nadi perifer : Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo
(kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
4) Auskultasi
a) Jantung : Mendeteksi adanya murmur jantung.
b) Frekuensi dan irama jantung : Observasi adanya
ketidaksesuaian antara nadi apikal dan perifer.
c) Karakteristik bunyi jantung : Bunyi jantung I normal,
sedang bunyi jantung II tunggal dan keras
d) Paru-paru : Menunjukkkan adanya sesak nafas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi, ventilasi,
hipoksemia
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d berat badan
kurang dari normal, ketidakadekutan menelan dan ketidakmmpuan
mencerna makanan
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d oksigen ke otak
menurun
3. Perencanaan
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi,
ventilasi, hipoksemia
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam,
diharapkan berkurangnya gangguan pertukaran gas dengan
kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
2. Gangguan pertukaran gas akan berkurang
3. Saturasi O2 kembali normal
4. Kadar PaO2, PaCO2, Ph dan saturasi O2 dalam rentang normal
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital pasien
2. Monitor Respirasi dan status SaO2
3. Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat adanya
sianosis perifer atau sianosis sentral
4. Pasang sensor pemantauan oksigen non infasif
Rasional
1. Dari data tanda-tanda vital yang didapat dari pasien melalui
observasi dapat sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang
dapat diberikan kepada pasien
2. Agar terpenuhinya kebutuhan oksigen
3. Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau
malah bertambah parah
4. Untuk memantau kondisi pernafasan pasien

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d berat


badan kurang dari normal, ketidakadekuatan menelan dan
ketidakadekuatan mencerna makanan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
terpenuhi, dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3) Berat badan stabil atau meningkat
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Auskultasi bunyi usus
3. Monitor intake nutrisi
4. Anjurkan pasien atau ibu menyusui makan makanan yang bergizi
untuk meningkatkan kualitas asupan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan
6. Memberikan ASI melalui dot/lagsung dari ibu
Rasional :
1. Untuk mengetahui berat badan pasien
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurnan motilitas gaster dan
konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
penurunan aktifitas dan hipoksemia.
3. Untuk mengetahui asupan gizi yang masuk ke tubuh pasien
4. Agar adanya kerjasama antara perawat dengan orang tua pasien dalam
proses penyembuhan
5. Mengevaluasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi
6. Untuk memberikan nutrisi kepada pasien

c. Resiko ketidakefektifan
u perfusi jaringan serebral b.d oksigen ke otak
menurun
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan
perfusi jaringan serebral teratasi
Kriteria Hasil
1. TTD dalam batas normal
2. Klien tidak mengeluh pusing
3. CRT < 3 detik
4. Kesadarab compos mentis
Intervensi
1. Ukur TD bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri bila memungkinkan
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaphoresis secara
teratur
3. Kaji kualitas peristaltic, jika perlu pasang selang nasogastrik
4. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
5. Pantau urine output klien
6. Catat adanya murmur
7. Pantau frekuensi jantung dan irama jantung
8. Berikan makanan kecil atau mudah dikunyah, batasi intake cafein
9. Kolaborasi dengan pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai
dengan indikasi
Rasional
1. Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel,
hipertensi juga merupakan fenomena umum yang berhubungan
dengan nyeri, cemas dan pengeluaran katekolamin
2. Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer
3. Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta
dampak penurunan elektrolit
4. Sebagai dampak gagal jantung kanan berat akan ditemukan
adanya tanda kongesti pada hepar
5. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi
urine pemantauan yang ketat pada produksi urine yang < 600
ml/hari merupakan tanda terjadinya syok cardiogenic
6. Menunjukkan gangguan aliran darah pada jantung (kelainan
katup, kerusakan sputum atau vibrasi otot paliparis)
7. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi
distritmia
8. Makanan besar dapat meningkat kerja jantung
9. Carefein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga
meningkatkan frekuensi jantung. Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat.
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi, status kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Semua implementasi
keperawatan harus terdokumentasi dengan baik, (Olfah,2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item- item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah
hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan (Doengoes, 2010).
Evaluasi adalah penilaian akhir dari proses keperawatan berdasarkan
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan indicator
keberhasilan dalam proses keperawatan.
Menurut Asmadi (2011), evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi proses ini merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai
menilai respon pasien. Evaluasi formatif terus-menerus dilaksanakan
ssampai tujuan yang direncanakan tercapai. System penulisan pada
tahap evaluasi ini bisa menggunakan system “SOAP” atau model
dokumentasi lainnya.
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
Evaluasi hasil merupakan kegiatan melakukan evaluasi dengan target
tujuan yang diharapkan. Fokus evaluasi hasil adalah perubahan
perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir tindakan
keperawatan pasien. Tipe evaluasi yang ini dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah
objektif, fleksibel, dan efisien.
WOC TOF

Terpapar factor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II

Kelainan jantung kongenital sianotik

Sianosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi berat

Aliran darah paru Tek sistolik puncak ventrikel kanan = kiri

O₂ dlm darah Hipertrofi aliran darah Percampuran darah kaya O₂ dgn CO2
Ventrikel kanan aorta

Hipoksemia

Sesak Sianosis (blue spells)

Kelemahan tubuh Hipoksia & laktat

Bayi/anak cepat lelah beraktifitas (menetek) Asidosis metabolic O₂ di otak

Kesadaran
Gg Pertukaran Gas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Resiko ketidakefektifan
kebutuhan tubuh perfusi jaringan serebral
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2011). Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Doenges. M. E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. 2010. Jakarta


H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jilid
1. Jogjakarta. Mediaction.
Olfah,Y.2016. Dokumentasi Keperawatan. (Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan) : Jakarta
Selatan
Putri. D. A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami Tetralogy Of Fallot Di
Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Muhammadiyah Samarinda.
Potter, P. A, & Perry, A.G (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik,
Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai